Ahli UNAIR Kaji Dinamika Karir Perawat Indonesia Usai Penempatan di Luar Negeri

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria Rifa'i

UNAIR NEWS – Berbicara mengenai migrasi keperawatan internasional, Indonesia telah menjadi pengekspor perawat ke negara-negara maju. Tercatat, ada Uni Emirat Arab, Belanda, Kuwait, Inggris, dan Arab Saudi yang telah menjadi salah satu negara penerima sejak migrasi pertama tahun 1996. Mengenai hal itu, Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., Ph.D., selaku Dosen FKp UNAIR mengatakan, perekrutan aktif perawat Indonesia di luar negeri didominasi oleh perekrut swasta yang kemudian diikuti oleh pemerintah.

“Regulasi migrasi perawat internasional berdasarkan perjanjian bilateral telah berkembang melalui skema pemerintah yang dimulai dengan Jepang dan diikuti oleh Timor Timur,” ujarnya.

Selanjutnya, dosen yang akrab disapa Ferry itu juga menjelaskan, generalisasi penelitian yang banyak dipublikasikan tentang masalah migrasi kembali bermasalah. Tidak hanya dalam konteks Indonesia tetapi juga dalam lingkup global. Migrasi balik, jelasnya, sering dibahas sebagai strategi baru untuk mendapatkan brain gain. Namun, bukti awal menunjukkan ini juga dapat menyebabkan brain waste.

“Tampak jelas bahwa penelitian yang dilakukan gagal untuk mendapatkan wawasan tentang perawat yang kembali bekerja di tahap postmigrasi. Ini menunjukkan kebutuhan untuk memahami berbagai keadaan di antara perawat yang kembali di bawah skema migrasi tenaga kerja,” tandasnya.

Oleh karena itu, Ferry dan tim berupaya mengatasi masalah-masalah ini dengan melakukan penelitian untuk menganalisis perawat Indonesia usai penempatan kerja di luar negeri terhadap pilihan pekerjaan mereka saat ini. Penelitian yang ia lakukan dan tim menggunakan desain penelitian deskriptif untuk menggambarkan pekerjaan saat ini dari perawat yang kembali ke Indonesia.

Ferry menegaskan bahwa situasi karir para perawat yang kembali dari Indonesia bervariasi pada tahap pasca migrasi. Umumnya, perawat kembali bekerja sebagai pekerja mandiri ketika mereka kembali ke pasar tenaga kerja, sementara sisanya bekerja sebagai pegawai swasta, penerjemah Bahasa Jepang, pegawai Badan Usaha Milik Negara Indonesia, staf hotel, agen asuransi, dan guru.

“Perawat yang memilih untuk tidak kembali bekerja di bidang keperawatan memiliki alasan kondisi kerja yang buruk, gaji buruk, kurang percaya diri dengan keterampilan keperawatan mereka, jalur karir yang tidak jelas atau perkembangan karier yang terhenti, kesulitan dalam menemukan pekerjaan keperawatan, bekerja dalam shift, dan masih banyak hal lainnya,” tuturnya.

Pada akhir, ia kembali menegaskan bahwa penelitian yang dilakukan menambah pemahaman dan pengetahuan baru di bidang migrasi kembali perawat yang relatif belum dieksplorasi. Situasi karir perawat usai penempatan di luar negeri, jelas Ferry, jumlahnya relatif sama antara kembali bekerja di bidang keperawatan dan non-keperawatan.

“Namun, fenomena brain waste terbukti di antara perawat karena banyak yang bekerja di luar area perawatan. Penelitian ini mengamati bahwa brain waste ada selama tahap pascamigrasi,” pungkasnya.

Penulis: Nuri Hermawan

Editor: Khefti Al Mawalia

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=2&article=055

Ferry Efendi, Nursalam, Elida Ulfiana, Rista Fauziningtyas. 2019. ‘Situational Analysis of Career Choices among Indonesian Nurses Returnees’. Indian Journal of Public Health Research & Development.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).