Perlunya Kesiapan Manajemen Bencana Perawat Indonesia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh ekonomi bisnis com

Membangun resiliensi (ketahanan) dan meminimalkan kerugian setelah bencana alam adalah prioritas pemerintah di seluruh dunia. Indonesia terkenal berada di lingkaran api yang secara geografis dan geologis, Indonesia sangat rentan terhadap bencana, karena terletak di atas lempeng tektonik yang membentang di seluruh kepulauan Indonesia dengan kegiatan sistemik yang menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap gempa bumi, banjir, tanah longsor, tsunami, dan bentuk-bentuk bencana alam lainnya.

Bencana dapat terjadi kapan saja tanpa prediksi. Upaya untuk mengantisipasi bencana telah dilakukan, dengan berbagai tingkat kesulitan. Efek dari suatu bencana dapat berbahaya bagi kehidupan manusia dan juga lingkungan.Tsunami pada tahun 2004 mengakibatkan 227.000 kematian di Asia dan 1,7 juta orang dievakuasi.Bencana adalah gangguan serius bagi komunitas dan masyarakat yang dapat menyebabkan kerusakan material, fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan dan sangat memengaruhi kemampuan masyarakat untuk mempertahankan diri.

Upaya dalam menangani bencana harus menjadi tanggung jawab lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat. Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah strategi manajemen bencana, dari menekankan respons darurat dan kesiapsiagaan menjadi kesiapan manajemen bencana. Faktor-faktor kunci dari rencana manajemen darurat yang efektif untuk bencana termasuk pengetahuan publik, keterlibatan layanan kesehatan, pelatihan komprehensif, protokol, teknologi, dan komunikasi yang efektif. Karena itu, partisipasi dan tanggung jawab yang dipikul oleh entitas lintas sektor sangat penting termasuk lembaga pemerintah, organisasi nonpemerintah, dan masyarakat bersama dengan penyedia layanan kesehatan, terutama perawat, sangat penting.

Sumber daya manusia untuk pelayanan kesehatan merupakan elemen penting di Indonesia terutama untuk perawat profesional. Perawat memainkan peran penting dalam kesiapsiagaan bencana seperti mendidik masyarakat untuk mengurangi kerentanan bencana dan bekerja dalam situasi bencana. Jadi, ketika terjadi bencana, perawat perlu memiliki keterampilan yang memadai terkait dengan kesiapsiagaan bencana dan manajemen bencana. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian untuk menjelaskan persepsi perawat tentang pengetahuan, keterampilan, dan kesiapan mereka dalam menghadapi bencana yang mungkin terjadi. di Indonesia

Penelitian ini merupakan penelitian survei cross-sectional terhadap perawat yang bekerja di seluruh Indonesia. Peserta potensial direkrut dari media sosial dan setiap grup daring yang terkait dengan perawat Indonesia selama empat bulan. Kriteria inklusi untuk penelitian ini termasuk perawat yang bekerja di lembaga layanan kesehatan dan lembaga pendidikan dan terdaftar sebagai perawat di Indonesia.

Hasil penelitian ini menemukan bahwa perawat di Indonesia tidak sepenuhnya siap untuk menangani situasi bencana nyata karena sebagian besar belum melakukan tugas di bawah kondisi ekstrem ini. Tidak ada program perencanaan bencana yang telah disetujui oleh pusat layanan medis di tingkat primer dan rumah sakit, meskipun sebagian besar perawat menerimapelatihan tentang manajemen bencana. Pada aspek respon kesiapsiagaan, perawat di Indonesia belum sepenuhnya memahami peran mereka selama fase kesiapsiagaan bencana, dan sepenuhnya organisasi koordinasi, dan kurang percaya diri dalam kemampuan mereka dalam menangani pasien mengalami trauma fisik dan emosional, dan secara efektif mengelola kondisi mereka.

Hal ini disebabkan oleh konflik kepentingan di tempat kerja, frekuensi terbatasnya pelatihan dalam tanggap bencana dan kesiapan yang diberikan oleh rumah sakit dan lembaga pendidikan. Juga, metode dan sumber pengajaran manajemen bencana tidak cukup terkait dengan situasi bencana yang sebenarnya. Upaya harus dilakukan untuk memperkuat respons dan kesiapsiagaan bencana melibatkan partisipasi dari banyak sektor program sistematis dan terencana dan pengalaman pembelajaran harus mencakup simulasi untuk manajemen bencana. Upaya tersebut memberikan pengalaman dan wawasan tentang manajemen bencana dan dapat memperkuat kepercayaan diri perawat dalam menghadapi bencana dan memberikan dukungan dalam situasi bencana. Pada manajemen pascabencana, perawat di Indonesia tidak sepenuhnya memahami peran mereka dalam situasi pascabencana, seperti identifikasi tanda dan gejala, dan strategi dalam mengelola stres pascatrauma. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan perawat Indonesia dalam kegiatan evaluasi perlu ditingkatkan lebih lanjut.

Sebagai salah satu daerah rawan bencana di dunia dan berisiko terhadap berbagai bahaya, Indonesia harus dapat mempersiapkan tenaga kesehatan dalam situasi bencana, khususnya perawat. Perawat sebagai ahli kesehatan garis depan dapat memberikan kontribusi penting dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana dengan berbagai bahaya. Mempertimbangkan peran, tanggung jawab, dan kompetensi perawat dalam manajemen bencana perlu dibahas di antara para pemangku kepentingan. Ada banyak ruang untuk kemajuan lebih lanjut dalam memeriksa persepsi perawat Indonesia tentang baik pengetahuan, keterampilan, dan kesiapsiagaan mereka dalam berbagai pengaturan klinis dan komunitas. Pelatihan simulasi manajemen bencana dan distribusi tenaga keperawatan di daerah bencana harus dipertimbangkan dengan kesiapan untuk berbagai tingkatan, termasuk organisasi profesional, lembaga pemerintah, organisasi swasta, dan masyarakat.

Penulis: Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., PhD.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S100812751830124X

Martono, M., Satino, S., Nursalam, N., Efendi, F., & Bushy, A. (2019). Indonesian nurses’ perception of disaster management preparedness. Chinese journal of traumatology22(1), 41-46.

https://doi.org/10.1016/j.cjtee.2018.09.002

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).