Optimasi EGCG Sebagai Alternatif Terapi Kanker Serviks

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria Rifa'i

UNAIR NEWS – Kanker serviks menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Tercatat jumlah kematian karena kanker serviks sempat menyentuh delapan belas ribu jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat. Dengan peningkatan prevalensi penyakit, dibutuhkan terapi yang lebih efektif dalam penanganan kanker serviks.

Salah satu senyawa yang terbukti memiliki aktivitas anti kanker adalah EGCG (Epigallocathecin gallate). EGCG merupakan senyawa yang diisolasi dari produk alam, salah satunya adalah teh. EGCG telah teruji aktivitasnya sebagai anti oksidan poten.

“EGCG dilaporkan terbukti memiliki aktivitas antikanker melalui beberapa mekanisme antara lain dengan menghambat pembentukan sel kanker, menghambat pembelahan sel kanker, serta menghambat pembentukan pembuluh darah di jaringan kanker yang dapat menghambat pertumbuhannya,” jelas Andang Miatmoko, Ph.D., Apt, dosen Departemen Farmasetika Fakultas Farmasi UNAIR.

Dalam pengobatan kanker serviks, EGCG diusulkan untuk digunakan secara lokal. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas terapinya.

“Hanya saja, EGCG memiliki kemampuan yang rendah untuk masuk ke dalam kulit. Hal ini disebabkan karena gugus fenolik dalam strukturnya,” ujar Andang.

Pada penelitian ini, dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan EGCG masuk ke dalam kulit. Dengan mengoptimalkan nilai koefisien partisinya, diharapkan EGCG bisa berpenetrasi ke dalam kulit secara maksimal. Untuk mencapai hal tersebut, maka digunakan kombinasi surfaktan, yaitu Tween 80 dan Span 80.

Kombinasi Tween 80 dan Span 80 dicoba dengan berbagai nilai perbandingan untuk mencapai angka HLB (hydrophilic-lipophilic balance ) tertentu. Angka HLB nantinya akan menjadi indikator apakah senyawa tersebut lebih larut di dalam lemak atau air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembentukan misel terbalik.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, nilai koefisien partisi modifikasi EGCG yang optimal dapat diperoleh dengan membuat campuran EGCG dengan Tween 80 dan Span 80 pada nilai HLB 6. Selain itu, hasil uji sitotoksisitas pada sel kanker Hela menunjukkan modifikasi EGCG-surfaktan pada nilai HLB 6 memiliki efektivitas lebih tinggi dalam menghambat pertumbuhan sel kanker daripada EGCG murni.

“Hasil tersebut menunjukkan bahwa hasil modifikasi EGCG-Surfaktan tersebut memiliki kemampuan menembus membran sel yang lebih baik dibandingkan EGCG murni,” Ujar Andang.

“Hal ini terjadi karena adanya perubahan karakteristik EGCG menjadi lebih lipofil,” lanjutnya.

Senyawa modifikasi EGCG ini juga diuji secara in-vivo dengan menggunakan tikus. Hasilnya, EGCG modifikasi terbukti dapat menembus ke lapisan kulit yang lebih dalam, sehingga meningkatkan efektifitasnya. Dengan pengembangan lebih lanjut, diharapkan bahan tersebut dapat menjadi salah satu alternatif terapi kanker serviks dalam bentuk krim maupun ovula. (*)

Penulis : Sukma Cindra Pratiwi

Editor : Khefti Al Mawalia  

Link Artikel Ilmiah :

https://www.future-science.com/doi/abs/10.4155/tde-2019-0015

Noorma Rosita, Vinta Arnike Meitasari, Mirna Candra Rianti, Dewi Melani Hariyadi & Andang Miatmoko. 2019. Enhancing skin penetration of epigallocatechin gallate by modifying partition coefficient using reverse micelle method.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).