Limbah Ampas Tebu dan Tahu Bisa Jadi Media Produksi Antibiotika

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria Rifa'i

UNAIR NEWS – Pengelolaan limbah hasil industri membutuhkan biaya yang sangat tinggi agar tidak memberikan dampak buruk kepada lingkungan sekitar. Namun ternyata beberapa limbah dapat diproses menjadi komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Salah satunya adalah limbah ampas tebu dan tahu.

Dr. Isnaeni, MS., Apt, dosen di Fakultas Farmasi UNAIR menjelaskan bahwa pada tahun 2015, produksi gula di Indonesia mencapai 2..49 ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tingginya kapasitas produksi gula tersebut kemudian berdampak pada melimpahnya limbah ampas tebu.

“Molases merupakan limbah proses pembuatan gula yang diperoleh dari hasil pemisahan sirup. Di Indonesia molases biasanya dimanfaatkan sebagai alternatif pakan ternak dan bahan baku pembuatan mono sodium glotamat (MSG),” jelas Isnaeni.

Selain gula, produk lain yang memiliki nilai nutrisi pada limbahnya masih layak untuk dikonsumsi adalah tahu. Produksi tahu di Indonesia cukup tinggi mengingat tahu merupakan salah satu makanan sehari-hari masyarakat yang mudah di olah dan dikonsumsi. Selain itu, kandungan protein pada tahu juga tinggi dengan harga yang murah.

Di Indonesia, limbah tahu lebih sering dimanfaatkan untuk makanan tradisional dan meningkatkan gizi ternak. Yaitu domba lokal. Sementara di Jepang, ampas tahu diproses dan dimanfaatkan serta dijual di pasar sebagai bahan baku alternatif, campuran kue dan roti.

Pemanfaatan molases dan ampas tahu juga dapat digunakan sebagai komponen media fermentasi untuk produksi biomassa sel dan metabolit anti mikroba dari bakteri Streptomyces sp. Pada peneliltian yang dilakukan oleh Isnaeni dan tim, diketahui bahwa kedua limbah gula dan tahu dapat mempengaruhi aktivitas sel untuk memproduksi senyawa antibikroba dari bakteri tersebut.

“Mikroba tanah yang produktif menghasilkan puluhan ribu senyawa antibiotika dan beberapa telah digunakan di klinik. Misalnya rifampisin, eritromisin, streptomisin dan kanamisin,” lanjutnya.

Dalam upaya pemanfaatan kedua limbah tersebut sebagai media fermentasi, perlu diperhatikan standarisasi kandungan nutrisinya. Pada molases, perlu diperhatikan kadar gula total, gula reduksi dan gula sukrosa. Sementara ampas tahu perlu diuji beberapa parameter yang sama dengan molases selan kandungan protein dan serat kasarnya.

Kemudian, uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar dapat mengevaluasi konsentrasi molases maupun ampas tahu yang memberikan aktivitas terbesar. Dilanjutkan dengan dibuatnya formula media yang mengandung ampas tahu dan molases pada konsentrasi optimal.

“Kombinasi molases dan ampas tahu sebagai komponen media fermentasi menghasilkan metabolit aktif terhadap Eschericia coli ATCC 25922 dengan daya hambat 1,7 kali lebih besar dibandingkan media ISP-4 (media produksi antibiotika yang lain,red),” pungkasnya.

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Khefti Al Mawalia

Reference :  Isnaeni., Hamida, A. A. & Nasution, N. E., 2019. Effect of sugar cane molases and tofu waste on the inhibitor activity of cell free fermentation broth of streptomyces antibioticus K-6. Pharmaciana, 9(2).

Link : http://journal.uad.ac.id/index.php/PHARMACIANA/article/view/13808

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).