Fokus Kesehatan dengan Kaji Faktor Merokok Kalangan Pemuda Pedesaan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria Rifa'i

UNAIR NEWS – Peduli akan faktor merokok pemuda di dalam negeri, Ferry Efendi S.Kep.Ns., M.Sc., PhD., selaku dosen FKp UNAIR, melakukan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang terkait dengan merokok di kalangan laki-laki muda usia 15-24 tahun yang tinggal di pedesaan Indonesia. Penelitian itu, jelas Ferry, berguna untuk memahami faktor-faktor yang terkait dengan perilaku merokok.

“Karena hal itu penting untuk mengidentifikasi populasi kunci berisiko tinggi dan untuk menginformasikan kebijakan pemerintah dan desain program penghentian merokok yang tepat,” tandasnya.

Sebelumnya, Ferry mengatakan bahwa dari 264 juta penduduk Indonesia, sekitar 61,4 juta adalah perokok tembakau, mayoritas adalah laki-laki berusia di atas 15 tahun. Baginya, publik sudah mengetahui dampak kesehatan negatif yang terkait dengan merokok, termasuk kematian dini karena penyakit jantung, penyakit paru-paru, stroke, kanker, dan diabetes.

“Di Indonesia, merokok tembakau adalah penyebab langsung lebih dari 225.000 kematian per tahun. Merokok tembakau adalah indikator penting dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dan juga misi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),” jelasnya.

Tidak hanya itu, ungkap Ferry, merokok juga dikaitkan dengan norma sosial dan maskulinitas untuk pria, terutama di daerah pedesaan Indonesia. Merokok sering dipandang sebagai bagian mendasar kehidupan pria Indonesia, terutama mereka yang tinggal di komunitas pedesaan di mana pria berkumpul di kedai kopi untuk bersosialisasi dengan teman-teman mereka dan menggunakan WiFi yang disediakan secara gratis untuk mengakses internet.

“Dari riset ini, saya harap pemerintah Indonesia terus komitmen untuk mengembangkan strategi terkoordinasi dalam mengendalikan konsumsi produk tembakau melalui kebijakan publik. Termasuk pembatasan dan larangan iklan merokok langsung dan tidak langsung,” tandasnya.

Penelitian dilakukan terhadap 4811 remaja rentang usia 15-24 tahun yang belum menikah dan tinggal di daerah pedesaan Indonesia. Tidak hanya itu, tambahnya, ia juga melihat tingkat pendidikan, status pekerjaan, status ekonomi, dan akses terhadap media. Baginya, semua itu merupakan faktor penentu perilaku merokok di kalangan pria muda di pedesaan Indonesia.

“Analisis kami menunjukkan bahwa laki-laki muda Indonesia pedesaan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, terpapar oleh media dan iklan rokok lebih cenderung berpotensi untuk merokok,” ujarnya.

Pada akhir, Ferry menegaskan bahwa studi yang ia lakukan dan tim menggarisbawahi perlunya program penghentian merokok komprehensif yang ditargetkan untuk laki-laki muda yang tinggal di daerah pedesaan di Indonesia. Hal itu, lanjutnya, untuk mencegah konsekuensi kesehatan jangka panjang terkait dengan merokok, program penghentian merokok khusus untuk populasi ini perlu dikembangkan.

“Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penghapusan iklan rokok mungkin bermanfaat dalam jangka panjang. Misalnya, memberikan kesempatan kepada laki-laki untuk sosialisasi denga pembatasan rokok,” pungkasnya.

Penulis : Nuri Hermawan

Editor : Khefti Al Mawalia

Referensi :

https://www.degruyter.com/view/j/ijamh.ahead-of-print/ijamh-2019-0040/ijamh-2019-0040.xml

Ferry Efendi, Fitriana Nur Aidah, Eka Misbahatul M. Has, Linlin Lindayani, Sonia Reisenhofer. (2019) “Determinants of smoking behavior among young males in rural Indonesia”, International Journal of Adolescent Medicine and Health. De Gruyter. doi: 10.1515/ijamh-2019-0040.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).