Waspada Parasit pada Kepiting Bakau dan Udang Vanamei

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria Rifa'i

UNAIR NEWS – Menurut kamus besar bahasa Indonesia, parasit merupakan organisme yang hidup dan menghisap makanan dari organisme yang ditempelinya. Parasit juga terbagi menjadi dua, yaitu endoparasit yang hinggap di dalam tubuh organisme inangnya, dan ektoparasit yang hinggap di luar tubuh organisme inang. Kedua jenis parasit tersebut dapat ditemukan pada biota akuatik, baik di dalam organ maupun pada kulit dan insang dari biota tersebut.

Dijelaskan oleh Putri Desi Wulan Sari S.Pi., M.Si., bahwa beberapa kasus infestasi atau serangan luar oleh parasit dilaporkan pernah menyerang pada biota akuatik, baik di perairan tawar, payau maupun laut. Oleh karena itu, ia bersama tim berinisiatif untuk melakukan penelitian dengan sasaran kepiting bakau (Scylla serrata) dan udang vannamei (Litopenaeus vannamaei) terhadap serangan ektoparasit.

“Kepiting bakau dan udang vannamei merupakan dua komoditas perikanan yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat, jadi menurut kami sangat penting jika digali terkait serangan parasit pada komoditas tersebut, untuk mengetahui dan kemudian bisa memberikan informasi yang valid kepada masyarakat,” jelas dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR tersebut.

Menggunakan 80 ekor sampel kepiting bakau ukuran 250 gram dan 150 ekor sampel udang vannamei ukuran 10-12 cm dari tambak pembesaran di daerah Ujung Pangkah-Gresik, dihasilkan data bahwa adanya serangan parasit jenis protozoa dan crustacea pada kepiting bakau dan udang vannamei. Lebih tepatnya dari spesies Zoothamnium sp., Epistylys sp., dan Octolasmis sp., dengan nilai prevalensi dan intensitas yang berbeda.

“Kesimpulan dari hasil yang didapatkan, lebih dari 60% keseluruhan populasi kepiting bakau terserang tiga spesies parasit tersebut. Sedangkan untuk udang vannamei serangan parasit masih dibawah 50% dari seluruh populasi sampel, serta hanya dua spesies parasit yang menyerang, yaitu Zoothamnium sp., dan Epistylys sp.,” ungkapnya.

Menurutnya, dari hasil tersebut dapat disimpulkan, kepiting bakau sangat rentan terhadap serangan ektoparasit dibanding udang vannamei, dimana bagian yang sering terserang yaitu insang dan permukaan tubuh. Sehingga masyarakat pengkonsumsi makanan seafood, diharapkan untuk lebih berhati-hati dalam pengolahan komoditas perikanan sebelum dikonsumsi.

Selanjutnya, dosen yang kerap disapa Putri tersebut memberikan sedikit gambaran terkait ciri-ciri dari ketiga jenis parasit yang menyerang kepiting bakau dan udang vannamei tersebut. Pertama yaitu Octolasmis sp., berbentuk seperti kecambah, mampu melekat erat pada inang karena memiliki alat pelekat, dan sering ditemukan di kepiting bakau. Kedua yaitu Zoothamnium sp., membentuk koloni jika menyerang inang, berbentuk kerucut memanjang, dan sering ditemukan di bagian insang. Ketiga yaitu Epistylis sp., warna tubuh transparan, berbentuk seperti lonceng dan memangang, serta membentuk koloni namun tidak berkontraktil.

Masyarakat sebagai konsumen tidak perlu khawatir dengan adanya parasit-parasit itu, karena tidak bersifat zoonis. Namun, adanya serangan ektoparasit dapat menimbulkan kerugian dari segi ekonomi, karena sifat parasit yang memanfaatkan inang sebagai sumber makanan, serta berkurangnya nilai estetika dari biota akuatik yang terinfestasi parasit,” pungkas Putri (*)

Penulis: Bastian Ragas

Editor: Nuri Hermawan

Sumber : Witular W, Kismiyati, Wulansari P.D (2019) Occurrance of Ectoparasites in Mud Crab (Scylla serrata) and White Shrimp (Litopenaeus vannamei), The Indian Veterinary Journal, 96 (09): 23-26.

https://www.researchgate.net/publication/336577835_Occurrance_of_Ectoparasites_in_Mud_Crab_Scylla_serrata_and_White_Shrimp_Litopenaeus_vannamei

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).