Perhatikan Asupan Kalsium dan Vitamin D Agar Terhindar dari Preeklampsia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Feri Fenoria Rifa'i

UNAIR NEWS – Preeklampsia atau keracunan dalam kehamilan, masih menjadi salah satu penyebab kematian ibu dan anak paling banyak di dunia. Preeklampsia ditandai dengan adanya perubahan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, setelah 20 minggu usia kehamilan tekanan darah menjadi lebih tinggi disertai dengan gejala yang variatif.

Lebih parah, angka kematian yang disebabkan oleh preeklampsiatujuh kali lebih besar di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Di Indonesia, preeklampsia menjadi penyebab kematian ibu paling banyak setelah perdarahan di tahun 2013. Berdasarkan data dari Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo pada 2013-2014, hampir satu dari tiga kematian ibu disebabkan oleh preeklampsia.

Meskipun begitu, hingga saat ini mekanisme terjadinya preeklampsia masih belum sepenuhnya dipahami. Satu-satunya prosedur penyelamatanyang dinilai paling aman adalah melahirkan bayi yang dikandung dan mengeluarkan plasenta dari rahim. Melalui penelitian yang dilakukan, Firas Farisi Alkaff, dr. selaku dosen Fakultas Kedokteran UNAIR mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang diduga ikut berperan dalam preeklampsia. Yakni genetik; perilaku; dan asupan nutrisi ibu.

“Ibu hamil harus memperhatikan asupan nutrisi baik sebelum maupun pada saat kehamilan karena hal ini sangat penting bagi ibu dan juga janin,” ujarnya.

Berdasarkan penelitian terdahulu, terkuat fakta bahwa kekurangan vitamin D dan mineral kalsium dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia. Pernyataan itu diperkuat oleh Firas melalui penelitiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar kalsium pada ibu hamil dengan preeklampsia jauh berbeda dibandingkan dengan ibu hamil tanpa preeklampsia.

“Ibu hamil dengan preeklampsia memiliki kadar kalsium di bawah nilai normal, sedangkan ibu hamil tanpa preeklampsia memiliki kadar kalsium dalam darah di atas nilai normal,” papar dia.

Meskipun begitu, dari penelitian yang Firas lakukan diketahui bahwa kadar vitamin D pada ibu hamil dengan preeklampsia dan tanpa preeklampsia tidak jauh berbeda.Hal itu dikarenakan keduanya sama-sama berada di bawah nilai normal.

Pada ibu hamil, lanjutnya, konsumsi kalsium meningkat terutama pada trimester dua dan tiga. Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian kalsium sebanyak 1.5 – 2gram sehari kepada semua ibu hamil dengan asupan kalsium yang rendah. Pemberian suplementasi kalsium itu terbukti dapat menekan angka kejadian preeklampsia secara drastis.

“Kekurangan vitamin D pada ibu hamil dapat meningkatkan faktor risiko preeklampsia pada ibu hamil ketika kadarnya sangat jauh dibawa nilai normal,” jelasnya. “Jika kadarnya Vitamin D rendah, pemberian suplementasi vitamin D tidak cukup untuk mencegah terjadinya preeklampsia,” imbuhnya.

Untuk mencegah terjadinya preeklampsia, sambungnya, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan memperbaiki asupan nutrisi. Menurutnya, dari nutrisi-nutrisi yang ada dalam makanan, perlu lebih diperhatikan terkait jumlah asupan kalsium dan vitamin D.

“Jika asupan kalsium dan vitamin D dalam makanan tidak mencukupi kebutuhan harian, maka perlu untuk mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D setiap harinya,” pungkasnya.(*)

Penulis: Erika Eight Novanty

Editor: Nuri Hermawan

Link                  : https://www.jcdr.net/article_fulltext.asp?issn=0973-709x&year=2019&month=March&volume=13&issue=3&page=QC04-QC07&id=12667

Reference       : Akbar MIA, Alkaff FF, Harsono AAH, Imawan DK, Klahan Y, Nugraha RA, Octora TN, Jonatan M (2019). Serum Calcium and 25-Hydroxy Vitamin D Level in Normal and Early Onset Pre-eclamptic Pregnant Women: A Study from Indonesia. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 13(3): QC04 – QC07.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).