Dosen UNAIR Banyuwangi Rancang Kompetisi Burung Kicau Berbasis Artificial Intelligence

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Lomba burung berkicau merupakan salah satu bentuk hobi yang diminati di Indonesia dari seluruh kalangan usia. Selain bertujuan untuk melestarikan dan mengenalkan keindahan burung ke masyarakat awam, lomba ini juga menjadi ajang silaturahmi bagi sesama peserta. Merupakan hal yang biasa bagi lomba ini untuk dikelola oleh organizer besar dalam dunia perburungan seperti Boy n Rusli (BNR Indonesia), Radjawali Indonesia, Ranggolawe, Pelestari Burung Indonesia (PBI), Rasyid Enterprise (RE), dan sebagainya.

Meskipun bertujuan baik, namun tetap saja ada dampak negatif yang dirasakan oleh peserta lomba dan menuai protes kepada pihak organizer. Peserta lomba merasakan adanya fraud (kecurangan) yang dilakukan baik sebelum hingga ketika lomba dilaksanakan.

Berlatarbelakang hal ini, Anak Agung Gde Satia Utama, SE., M.AK., AK., C.A selaku salah satu dosen program studi akuntansi PSDKU UNAIR di Banyuwangi bersama mahasiswanya, Hendri Arya Fernando, S.Ak. menciptakan rancangan operational information system e-bird competition menggunakan integrasi website dan aplikasi online.

Dengan pelaksanaan riset di Kabupaten Banyuwangi, sistem ini dirancang menggunakan teknologi sensor ultrasonik berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence). Sesuai dengan latar belakangnya, keluaran yang diharapkan dari sistem operasional ini antara lain dalam bentuk laporan pelanggaran dan sanksi peserta, laporan pelanggaran dan sanksi juri, serta rekapitulasi hasil poin dan laporan pemenang.

“Sistem yang dikembangkan untuk diusulkan adalah menggunakan teknologi sensor ultrasonik untuk menganalisis objek serta memberikan perintah suara untuk kontrol aktivitas tertentu,” jelas Agung mengenai rancangan sistemnya.

Lebih lanjut, Agung dan Nando juga merancang Data Flow Diagram (DFD) level 1 terkait proses penilaian dewan juri. Setelah rancangan DFD selesai, tahapan berikutnya adalah membangun Entity Relationship Diagram (ERD) dan Website. Dari website inilah calon peserta lomba mendaftarkan dirinya. Pendaftaran secara online juga dinilai lebih efektif terutama dalam hal waktu dan mengurangi probabilitas pemberian nomor ganda. Di dalam sistem ini  pula, ada tiga database untuk peserta, juri, dan sensor yang diharapkan dapat digunakan sebagai bukti rekam objektif atas pelanggaran yang dilakukan juri atau peserta

“Output dari pengelolaan teknologi sensor ultrasonik deteksi perilaku fraud berbasis artificial intelligence ditujukan untuk memudahkan informasi dapat diterima dengan cepat dan real-time oleh peserta. Output yang digunakan untuk kepentingan efektivitas dan efisiensi berupa pengelolaan notifikasi yang diterima melalui akun website/aplikasi online. Notifikasi rekam bukti pelanggaran peserta berisi identitas pelanggar serta identitas burung yang mengikuti lomba,” jelas Agung mengenai kinerja dari rancangan sistemnya.

Harapan dari sistem notifikasi adalah tampilan foto atau rekaman yang dapat memudahkan baik dari sudut pandang peserta maupun juri apabila ada fraud yang terjadi. Dari notifikasi pula ketua organizer mampu memutuskan jenis sanksi yang sepadan dengan fraud yang dilakukan.

Penulis: Tsania Ysnaini Mawardi

Editor: Nuri Hermawan

Untuk lebih lengkap hasil dari riset ini, dapat diunduh pada laman  https: //www.atlantis-press.com/proceedings/iclick-18/125913281

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).