Kisah Bangkitnya Survivor Seksual Trafficking

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Seksual Trafficking. (Sumber: BenarNews)

Pengalaman seksual trafficking memiliki dampak yang serius dan luar biasa bagi korban. Umumnya mereka mengalami trauma, luka fisik, kehidupan psikologis yang terganggu, masalah seksual yang merupakan akibat dari eksploitasi seksual secara terus menerus dan stigma yang diterima dari masyarakat. Kondisi tersebut membuat mereka secara mental menjadi tertekan, apalagi jika akses terhadap bantuan sulit mereka dapatkan.

Menariknya, ternyata tidak semua korban perdagangan seksual jatuh dalam kondisi psikologis yang kurang menguntungkan.  Beberapa penelitian menyatakan bahwa dalam stressor yang bertubi-tubi dan signifikan, bahkan kejadian traumatis yang berlipat ganda, ada orang-orang tertentu yang dapat segera bangkit dari masalah dan menjadi individu yang resiliens. Individu dapat keluar dari masalahnya dan menjadi resiliens disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mendukung.

Bagaimana Korban Bisa Bangkit?

Potensi yang dimiliki korban seksual trafficking untuk bangkit, pulih dan bertumbuh inilah yang akan menentukan mereka menjadi individu yang resiliens. Tidak hanya sekedar mengetahui potensi, namun bagaimana potensi tersebut aktual secara nyata untuk membawa mereka menjadi resilien atas tantangan yang dihadapi. Resiliensi secara umum merupakan kemampuan untuk pulih dari krisis dan mengatasi tantangan hidup.

Banyak dukungan  yang bekerja untuk mengembangkan potensi korban seksual trafficking menjadi actual.  Dengan mengeksplorasi kisah bangkit mereka melalui sebuah pertanyaan utama yaitu : ‘bagaimana anda bisa bangkit dari pengalaman perdagangan seksual yang dialami beberapa waktu lalu?’, kami mendapatkan beberapa tema penting yang teridentifikasi untuk memahami faktor-faktor yang membuat mereka bangkit dari tekanan mental akibat pengalaman seksual trafficking.

Resiliensi Survivor Seksual Trafficking

Risiko menjadi korban seksual trafficking dapat teridentifikasi melalui tema faktor resiko, berupa kondisi personal yang rentan, kemiskinan keluarga, disintegrasi keluarga, disfungsi keluarga, faktor pengaruh teman sebaya dan kenakalan remaja, masyarakat yang tidak supportif dan stigma yang ada di masyarakat. Faktor resiko tersebut sebagian besar melekat pada individu jauh sebelum mereka menjadi korban.

Sementara faktor yang mendorong pemulihan mental dan kemampuan untuk bangkit pada survivor seksual trafficking meliputi : (1) Personal Protective Support, yang berasal dari tumbuhnya keyakinan bahwa individu mampu bangkit, merasa memiliki nilai-nilai yang mendukung dirinya harus pulih dan tidak tenggelam dalam kondisi mental yang buruk, keterampilan memecahkan masalah secara efektif dan motivasi internal yang membantu mengarahkan dirinya untuk pulih.; (2) Social Protective Support, yaitu dukungan yang diterima dari keluarga, teman sebaya dan dukungan dari rumah aman/shelter yang memastikan mereka dapat melanjutkan semua aktivitas hidupnya dan menjadi pulih secara mental.

Berdasarkan uraian tentang faktor resiko, dukungan protektif dan dukungan sosial , profesional psikologi dapat melakukan intervensi untuk meningkatkan penguatan individu, keluarga maupun meningkatkan dukungan sosial bagi para survivor. Dengan mengetahui karakteristik faktor-faktor tersebut bekerja pada penyintas, akan memudahkan terapis untuk membuat program intervensi psikologis bagi survivor. (*)

Penulis : Ike Herdiana, Suryanto, Mustain Mashud, Wiwin Hendriani

Artikel ini bisa didapatkan di link berikut : http://journal.uad.ac.id/index.php/Psychology/article/view/13353/pdf_38

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).