Efek Ekstrak Delima Terhadap Gambaran Histopatologi Diameter dan Ketebalan Epitel Tubulus Seminiferus yang Terpapar Panas

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh alodokter

Hewan jantan dianggap infertil jika pembuahan tidak terjadi setelah kawin selama 12 bulan atau lebih. Infertilitas dapat disebabkan oleh penurunan produksi atau motilitas spermatozoa yang mengurangi jumlah yang mencapai sel telur dan mampu menembus membran telur selama pembuahan. Fungsi reproduksi pria dimulai dengan spermatogenesis, pengembangan spermatozoa dari spermatogonia yang diatur oleh testosteron, follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) yang diproduksi oleh sel Leydig dan Sertoli dalam tubulus seminiferus testis.

Kesuburan tergantung pada kualitas spermatozoa, keberhasilan pengiriman spermatozoa ke sel telur. Selain hormon, spermatogenesis dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menghambat fungsi epididimis, radiasi, dan peningkatan suhu. Paparan panas menyebabkan ketidakseimbangan produksi radikal bebas dan antioksidan dengan peningkatan radikal bebas yang mengakibatkan stres oksidatif.

Delima adalah sumber antioksidan tanaman yang kaya akan polifenol, antosianin, dan vitamin C yang dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh stres oksidatif dan melindungi sel dari radikal bebas. Vitamin C yang terkandung di dalamnya memiliki aktivitas antioksidan yang akan bersinergi dengan antioksidan lain (polifenol) yang ada dalam buah delima. Polifenol tersebut antara lain anthocyanin, punicalagin, ellagic acid, dan gallic acid.  Delima diduga dapat menjaga kesuburan dengan melindungi sel tubulus seminiferus dari kerusakan akibat radikal bebas. Penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh ekstrak delima terstandart dengan 40% ellagic acid terhadap histopatologi diameter dan ketebalan epitel tubulus seminiferus pada tikus putih yang terpapar panas.

Dua puluh lima tikus putih jantan strain Wistar berumur 7-8 bulan dibagi menjadi lima kelompok perlakuan. Kelompok K tidak diobati, kelompok P0 diobati dengan Na carboxymethyl cellulose (CMC) 0,5/hari dan terpapar panas. Kelompok P1, P2, dan P3 adalah kelompok yang terpapar panas dan diberi masing-masing 75, 150, dan 300 mg/kgbb/hari ekstrak delima terstandart dengan 40% ellagic acid yang telah dilarutkan dengan CMC Na secara oral. Paparan panas matahari diberikan  selama 15 menit pada suhu 40 ° C – 42 ° C selama 14 hari. Seluruh hewan percobaan dikorbankan pada hari ke 15 dan testis dieksisi untuk pembuatan preparat histopatogi dengan pewarnaan hematoxylin eosin (HE). Evaluasi histopatologis dilakukan dengan melakukan pengukuran diameter tubulus seminiferus dan ketebalan epitelnya secara mikroskopis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter dan epitel tubulus seminiferus dari tikus yang terpapar panas dan diobati dengan ekstrak delima terstandart dengan 40% ellagic acid sebesar 300 mg/kgbb/hari mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok perlakuan yang lain. Efek perlindungan dari ekstrak delima terstandart dengan 40% ellagic acid diduga disebabkan karena kandungan berbagai senyawa yang dimiliki. Kandungan berbagai senyawa tersebut yang menyebabkan delima memiliki aktivitas  antioksidan, anti-inflamasi, dan anti-bakteri.

Antioksidan dapat menstabilkan radikal bebas dengan menyumbangkan  elektron yang dimiliki dan menghambat reaksi berantai pembentukan radikal bebas yang menyebabkan kerusakan sel selama paparan panas. Aktivitas tersebut juga dapat mencegah kerusakan membran sel dan menjaga keberadaan reseptor hormon yang terlibat dalam proses spermatogenesis dan peningkatan produksi sel spermatogenik. Peningkatan sel spermatogenik dan sertoli dalam epitel tubulus menghasilkan penyempitan lumen tubulus seminiferus, penebalan epitel seminiferus, dan meningkatkan diameter tubulus seminiferus. Beberapa penelitian sejenis meyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara diameter tubular dan aktivitas spermatogenik.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian 300mg/kgbb/hari ekstrak delima terstandart dengan 40% ellagic acid selama 14 hari meningkatkan diameter tubulus seminiferus dan ketebalan epitel pada tikus putih yang terpapar panas.

Penulis : Budi Utomo, Nurfitri Rahmah Daningtia , Gandul Atik Yuliani, Wiwik Misaco Yuniarti

Informasi detail riset tersebut dapat dilihat pada tulisan kami di :

http://www.veterinaryworld.org/Vol.12/August-2019/13.pdf

Budi Utomo, Nurfitri Rahmah Daningtia, Gandul Atik Yuliani dan Wiwik Misaco Yuniarti

Effects of a standardized 40% ellagic acid pomegranate (Punica granatum L.) extract on seminiferous tubule histopathology, diameter, and epithelium thickness in albino Wistar rats after heat exposure. Veterinary World, 12(8): 1261-1265

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).