Cegah Risiko Penularan Tinea Kapitis Pada Lingkungan Sekitar

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Halodoc

Belum banyak masyarakat tahu tentang istilah penyakit yang disebabkan oleh jamur pada kulit kepala dan batang rambut. Tidak ada istilah khusus yang digunakan untuk menyebut nama penyakit tersebut. Biasanya masyarakat hanya tahu atau menduga bahwa anaknya menderita infeksi jamur dengan adanya ‘pitak’ atau kebotakan setempat yang memang merupakan gejala klinis yang paling sering ditemui. Dibawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang terminologi nama penyakit tersebut, gambaran klinis serta pengobatan dan pencegahannya.

Tinea kapitis adalah sebutan untuk penyakit jamur dari jenis dermatofit yang menginfeksi batang rambut dan kulit kepala, terutama pada area yang berkeringat dan lembab. Penyebab tinea kapitis adalah jamur dermatofit dari genus Trichophyton dan Microsporum. Tinea kapitis kebanyakan mengenai anak-anak usia prapubertas. Pada anak-anak prapubertas belum diproduksi asam lemak bebas pada kulit kepala yang bermanfaat sebagai ‘fungistatik’ atau menghambat pertumbuhan jamur dermatofit, sehingga tinea kapitis banyak ditemukan pada usia prapubertas. Angka kejadian penyakit ini telah meningkat dalam beberapa dekade terakhir.

Sebagai gambaran profil tinea kapitis di RSUD Dr. Sutomo pada tahun 2014 – 2016 ditemukan 42 kasus baru tinea kapitis dengan kelompok umur paling banyak ditemukan pada usia 5 – 14 tahun. Anak laki-laki lebih banyak ditemukan menderita sakit ini dibandingkan perempuan. Tinea kapitis sangat mudah menyebar melalui perantara benda seperti sisir yang sudah terpajan oleh jamur dermatofit, atau bisa juga akibat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau dari hewan peliharaan seperti kucing.

Gambaran klinis tinea kapitis dibagi menjadi 3 jenis yaitu pertama adalah ‘gray patch’ dengan manifestasi klinis berupa area berwarna keabu-abuan di daerah kulit kepala berupa sisik halus disertai kebotakan atau pitak setempat akibat rambut rontok karena terinfeksi oleh jamur dermatofit. Jenis kedua disebut ‘black dot’ dengan manifestasi klinis berupa titik-titik hitam akibat rambut yang terpotong tepat pada bagian muara rambut tumbuh oleh karena jamur dermatofit yang menginfeksi sampai ke dalam bagian batang rambut. Jenis ketiga disebut sebagai ‘kerion celsi’ adalah jenis infeksi yang paling beradang dan basah berupa tonjolan bernanah, kerak kulit yang melingkar berwarna kuning disertai bau tidak sedap. Tinea kapitis juga menyebabkan timbulnya pembesaran kelenjar getah bening di area leher bagian belakang dan demam yang ringan.

Penegakan diagnosis tinea kapitis dengan berbagai cara, selain dari riwayat penyakit juga dilakukan pull test atau rambut ditarik sampai terlihat basal rambut yang berwarna putih lalu diletakkan di atas gelas obyek dan diteteasi cairan KOH 10-20% untuk melisis keratin, sehingga jamur akan terlihat. Selain itu dilakukan kultur dengan menanam rambut yang terinfeksi pada media agar Sabouraud untuk mengidentifikasi jenis spesies jamur penyebab.

Pengobatan tinea kapitis membutuhkan waktu lama bisa sekitar satu bulan oleh karena rata-rata obat antijamur yang diberikan bersifat fungistatik atau mengahambat jamur tumbuh. Pengobatan berupa sampo antijamur seperti sampo selenium sulfide 2,5 persen atau ketokonazole 2 persen bisa diberikan 2-3 kali semingu sampai sebulan, disertai pengobatan sistemik seperti griseofulvin atau terbinafin yang sensitif terhadap jamur dermatofit dan bisa diberikan selama 2-4 minggu. Selanjutnya pasien diminta kontrol rutin setiap 2 minggu sekali hingga dipastikan sudah bebas dari infeksi jamur dermatofit. Selain pasien yang harus diobati hingga tuntas, juga diperlukan edukasi untuk mencari teman sekolah atau teman bermain yang mempunyai keluhan dan gambaran klinis yang sama agar penularan penyakit ini bisa dikendalikan.

Komplikasi tinea kapitis adalah kerontokan rambut yang menyebabkan kebotakan setempat dan bisa disertai jaringan parut yang permanen bila terlambat diobati, oleh karena jamur dermatofit sudah merusak dan menginfeksi hingga akar rambut. Komplikasi lain adalah timbulnya infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri.

Pencegahan tinea kapitis dapat dilakukan untuk mencegah risiko penularan dengan cara menerapkan budaya hand hygiene, mencuci rambut secara teratur dan berkala dua hari sekali dengan menggunakan shampo yang mengandung antiseptik atau antijamur, tidak menggunakan barang-barang orang lain seperti sisir, topi, kerudung, handuk, baju dan menghindari hewan yang terinfeksi jamur.

Tinea kapitis adalah istilah yang bisa digunakan masyarakat untuk sebutan pengganti jamur yang menginfeksi kulit kepala dan batang rambut yang banyak ditemukan pada anak-anak prapubertas, dengan gambaran klinis berupa ‘pitak’ atau kebotakan setempat.

Penulis : Evy Ervianti

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di Link:

https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8042

Siti Amira Venitarani, Samsriyaningsih Handayani, Evy Ervianti. 2019. Profile of patients with tinea capitis

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).