Perubahan Struktur Mikroskopis Sekum pada Ayam Broiler yang Stres

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Stres panas (heat stress) merupakan terganggunya keseimbangan antara produksi panas tubuh dan panas yang dilepaskan ke lingkungan. Di satu sisi ayam broiler memiliki kelebihan tingkat metabolisme yang tinggi sehingga umumnya sekarang dapat di panen pada usia ±35 hari, di sisi lain hal ini menyebabkan tingkat produksi panas tubuh yang juga tinggi sehingga ayam broiler menjadi sangat rentan mengalami stress panas.

Stres panas, antara lain, berdampak negatif terhadap morfologi mukosa usus sehingga menghambat proses pencernaan dan penyerapan pakan yang automatis mempengaruhi produktivitas. Adapun sekum ayam, bagian dari saluran cerna, selama ini kurang mendapat perhatian dalam hal stres panas jika dibandingkan dengan usus halus meskipun sekum mengandung cecal tonsil yang amat penting bagi imunitas ayam sekaligus mikroorganisme dalam jumlah dan jenis yang jauh lebih banyak dibanding organ lainnya. Jadi, apakah struktur mukosa sekum ayam broiler juga dipengaruhi stres panas?

Sekum merupakan sepasang organ berbentuk kantung yang membentuk percabangan pada perbatasan usus halus dan usus besar ayam. Sekum termasuk bagian dari usus besar. Sekum berfungsi membantu pencernaan bahan makanan yang mengandung serat dengan bantuan mikroorganisme. Sekum ayam juga sering menerima aliran balik urine yang sebenarnya berfungsi memelihara jumlah mikroba dalam sekum, tapi berpotensi membawa kuman pathogen. Karena itu, bila terjadi kerusakan mukosa sekum karena stress panas, maka bahaya yang ditimbulkan mungkin lebih fatal dibandingkan organ lainnya.

Banyak penelitian telah menemukan bahwa stres panas mampu mengurangi tinggi dan luas permukaan vili usus halus ayam. Tetapi, Varasteh dkk. pada 2015 menemukan bahwa usus besar ayam sebenarnya lebih resisten terhadap stres panas dari aspek molekuler. Sedikit penelitian yang ada berkaitan pengaruh stres panas terhadap mukosa sekum memberikan hasil yang saling bertolak belakang dan hanya sebagian dari penelitian tersebut yang menjadikan ayam broiler sebagai subjek. Karena itu, riset ini bertujuan mengkonfirmasi hasil sebelumnya dengan parameter yang lebih lengkap.

Percobaan ini melibatkan 20 day-old chicks (DOC) broiler strain Cobb yang dipelihara di kandang hewan coba Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya. Ayam-ayam tersebut dipelihara sesuai standard sebelum dibagi menjadi dua kelompok pada usia 22 hari. Kelompok kontrol dipelihara pada suhu 24-28⁰C dan kelembaban relatif 40–55%, sedangkan kelompok perlakuan dipapar suhu tinggi 36-40⁰C dan kelembaban relative 45-65% selama 8 jam lalu dikembalikan ke kondisi seperti kontrol setiap harinya. Hal ini berlangsung hingga ayam-ayam tersebut berusia 42 hari, lalu semua ayam dikurbankan dan sekum setiap ayam diambil untuk dibuat preparat histopatologi. Preparat yang telah jadi diamati dengan mikroskop untuk menentukan tinggi vili, lebar vili, dan kedalaman kripta.

Hasil penelitian menemukan bahwa ternyata perubahan yang signifikan hanya terjadi pada kripta sekum. Adapun kripta merupakan pusat regenerasi sel-sel penutup mukosa usus dikarenakan ciri sel-selnya yang mampu dengan aktif memperbanyak jumlahnya untuk mengganti sel-sel yang lebih lama atau rusak. Akan tetapi, sifat ini justru menjadikan kripta bagian yang paling rentan mengalami kerusakan akibat stress panas. Beberapa riset terdahulu mengindikasikan bahwa kerusakan pada vili selalu dimulai dari kripta. Karena itu, kripta sekum yang memendek pada studi ini tanpa disertai perubahan pada vili sekum menandakan bahwa kerusakan mukosa sekum ayam broiler masih berada pada tahap awal. Hal ini mendukung penemuan terdahulu bahwa usus besar ayam lebih tahan terhadap stres panas daripada usus halus.

Selain itu, ada kemungkinan bahwa ayam broiler pada penelitian ini telah beradaptasi terhadap suhu lingkungan yang tinggi. Adaptasi ini dapat merupakan hasil seleksi genetik ataupun hasil yang tidak disengaja dari pengembangbiakan stok indukan di bawah iklim tropis di Indonesia setelah beberapa lama. Hal ini juga ditunjukkan dengan tidak adanya kematian dari ayam-ayam tersebut sepanjang periode percobaan. Ini merupakan perkembangan yang positif mengingat dampak dari stres panas cukup merugikan industri perunggasan karena dapat mengurangi konsumsi pakan ayam, menghambat tercapainya berat badan optimum, dan menimbulkan kematian, sedangkan suhu Bumi secara bertahap terus naik dalam fenomena global warming. (*)

Penulis: Drh. Antonia Vania Adji

Artikel ilmiah dapat diperoleh di:

http://wvj.science-line.com/vol-9-no-3-sep-2019.html Antonia Vania Adji, Hani Plumeriastuti, Anwar Ma’ruf and Djoko Legowo (2019). Histopathological Alterations of Ceca in Broiler Chickens (Gallus gallus) Exposed to Chronic Heat Stress. World’s Veterinary Journal, 9(3): 211-217. www.wvj.science-line.com

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).