Mahasiswa Manajemen Ubah Persepsi Milenial Tentang Jamu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Perry Anggalishartono saat mengisi kuliah tamu pada 19 Oktober 2019 di Aula Mindrowo. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Jamu adalah salah satu minuman sekaligus obat tradisional yang memiliki potensi besar dalam pengembangan bisnis. Namun, saat ini, masih banyak yang memandang jamu sebelah mata, khususnya kaum milenial.

Melihat kondisi itu, Himpunan Mahasiswa (HIMA) Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan kuliah tamu bertajuk Mengubah Persepsi Jamu di Kalangan Milenial.

Kuliah tamu diselenggarakan pada Sabtu (19/10/2019) di Aula Mindrowo FEB UNAIR yang diisi oleh Perry Anggalishartono, tim Jamu Iboe. Perry mengungkapkan, memperkenalkan produk jamu pada jaman sekarang salah satunya dapat dilakukan melalui endorsment.

“Salah satu cara untuk melakukan promosi adalah endorse. Tetapi untuk endorse artis tidak mungkin karena mahal, dan sekarang anak-anak milenial itu endorse artis tidak suka karena tahu bahwa produk itu promosi. Justru yang laku sekarang adalah endorse dari orang-orang biasa, misalnya dari teman-temannya sendiri,” ungkap Perry.

Menurut Perry, yang menjadi tantangan Jamu Iboe saat ini untuk tetap eksis di era distrupsi adalah dengan menyesuaikan generasi-generasi penerus Jamu Iboe. Menurutnya, terdapat anggapan bahwa generasi pertama adalah penemu; generasi kedua adalah pembangun; dan generasi ketiga adalah penghancur.

“Untuk tetap eksis, maka produk kita harus relevan, produk kita harus mengikuti zaman. Dan untuk menjadikan relevan ini susah karena terdapat perbedaan generasi sebagai penerus Jamu Iboe ini,” jelasnya.

“Sisi menariknya, dari generasi ketiga mulai berfikir jika jamu hanya dikonsumsi dengan cara diseduh, jamu akan dipersepsi sebagai obat kuno yang tidak akan bisa masuk di outlet yang modern seperti toko obat, apotek, dan sebagainya, sehingga menambah omzet,” jelas Perry.

Selanjutnya, generasi keempat Jamu Iboe yang berfikir bahwa mengubah persepsi produk jamu menjadi produk yang tidak selalu serius, sehingga milenial dapat mengonsumsi jamu tanpa berfikir bahwa yang dikonsumsi itu merupakan sebuah minuman sehat.

Ubah Persepsi

“Kalau jamu hanya dipersepsi sebagai produk yang serius untuk pengobatan, maka penjualannya tidak akan bisa besar, dan konsumennya hanya orang-orang dewasa ke tua. Jika kita ingin masuk ke milenial maka kita harus masuk ke life style, karena dari life style tidak hanya milenial saja yang mengonsumsi, sampai kolonial pun bisa ikut mengonsumsi,” terangnya.

Adapun segmen pasar dari Jamu Iboe, menurut Perry, terdapat tiga jenis segmen konsumen, yakni youth sebagai mindshare dan pencipta trend, netizen sebagai heartshare, dan woman sebagai fokus utama perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan marketshare.

Perry menuturkan, bahkan pada saat ini produk Jamu Iboe tidak hanya mempunyai produk jamu saja, namun juga terdapat inovasi-inovasi baru beruba caffe serta membuka booth di mall. Tujuannya, memperkenalkan bahwa jamu itu tidak pahit, sehingga dapat mengubah persepsi para milenial. (*)

Penulis: Febrian Tito Zakaria Muchtar

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).