Ketimpangan Situasi, Dosen UNAIR Sebut Indonesia Perlu Refleksi Ulang Tujuan Perguruan Tinggi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Duke Univerisity. (Ilustrasi : The New York Times)

UNAIR NEWS – Mengikuti kegiatan di Chapel Hill, North Carolina, Amerika, memberikan banyak pengalaman dan pelajaran bagi Rizky Amelia Zein, S.Psi., M.Sc, atau Amel. Salah satu hal yang paling berkesan sekaligus miris bagi dosen psikologi tersebut adalah bagaimana kondisi universitas yang ada di sana.

“Saya jujur merasa takjub sekaligus miris ketika mengunjungi Duke University. Meskipun bukan masuk pada Ivy League, namun universitas tersebut cukup prestige di sana. Dan fasilitas yang ada di sana jauh berkali kali lipat lebih baik dari di Indonesia,” ucap Amel.

Menurut Amel, hal yang menarik adalah kenyataan bahwa universitas yang ada di Indonesia dituntut untuk berkompetisi dengan universitas sekelas Duke University, Havard, Stanford, atau universitas dunia yang lain. Sementara, jika dilihat dari sumber daya yang ada Indonesia masih jauh dari universitas tersebut.

Amel menambahkan, sebaiknya Indonesia bisa melakukan definisi ulang terkait universitas seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia. Dampak seperti apa yang perlu dihasilkan oleh universitas untuk bisa berkontribusi kepada masyarkat Indonesia. Karena apabila menggunakan tolak ukur yang sama dengan universitas kelas dunia, maka jelas kebutuhan masyarakat dan kondisi di Indonesia dan disana berbeda.

“Saat ini perguruan tinggi dituntut untuk mengejar ranking universitas dunia. Namun, perlu direfleksi ulang apakah kompetisi tersebut sudah adil dan benar untuk dilakukan? Atau ada hal yang lebih substansial yang bisa dilakukan bersama selain mengejar ranking dunia,” pungkasnya. (*)

Penulis : Galuh Mega Kurnia

Editor : Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).