Hari Santri Nasional, Berikut Pesan Dosen UNAIR untuk Para Santri

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi santri di Indonesia. (Sumber: tempo.co)

UNAIR NEWS – Hari Santri Nasional diperingati pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya. Peringatan yang berlaku sejak tahun 2015 ini, diharapkan bisa menjadi titik balik kebangkitan santri di Indonesia. Pada peringatan hari santri tahun 2019 ini, salah satu dosen Fakultas Hukum UNAIR, Dr. M. Hadi Subhan, S.H., MH., CN., turut membagikan pengalamannya sebagai santri.

Hadi tercatat pernah menimba ilmu di Pondok Pesantren Luhur Al-Falah, Tegal, Jawa Tengah; Pesantren ASPIR di Kaliwungu, Kendal; dan Pesantren Al-Munawir di Yogyakarta. Cukup lama, Hadi melalui hari-hari sebagai santri di ketiga pondok pesantren tersebut mulai tahun 1983 hingga 1991.

“Selama menjadi santri, banyak sekali rona kehidupan yang saya rasakan. Banyak sekali pengalaman menarik, mulai dari mandi bersama dalam satu kolam, makan bersama, juga adanya metode pembelajaran unik melalui bandongan dan sorogan,” ucap Hadi.

Menurut Hadi, menimba ilmu di pondok pesantren membawa banyak manfaat. Salah satunya adalah pembentukan karakter moral, dimana pondok pesantren mengarus utamakan pembentukan orang yang sholeh, bukan hanya pintar. Bahkan, pola pendidikan di pondok pesantren bisa diterapkan di zaman modern seperti saat ini.

“Banyak pola pendidikan pesantren yang relevan jika diterapkan di tengah masyarakat saat ini, seperti menerapkan kebersamaan dan kesederhanaan. Beberapa pola pendidikan pesantren juga mulai diterapkan di sekolah modern, seperti boarding school,” ujar dosen yang juga menjabat sebagai Direktur Kemahasiswaan UNAIR itu.

Sayangnya, menurut Hadi, masyarakat masih menganggap bahwa pesantren adalah pendidikan yang kuno. Image ini tidak sesuai dengan fakta, dimana pola pendidikan pesantren sesungguhnya masih bisa diterapkan di tengah masyarakat.

Bukan hanya itu, kondisi pesantren juga cenderung stagnan. Sebab, masyarakat cenderung lebih fokus mengejar ilmu-ilmu umum.

“Semoga dengan adanya UU Pesantren yang baru bisa menjadi tonggak baru dimulainya kemajuan pesantren,” harap Hadi.

Peran Santri Meredam Radikalisme

Terkait dengan isu radikalisme dan terorisme yang kerap dikaitkan dengan agama, Hadi berharap para santri bisa berperan aktif dalam meredam isu tersebut. Menurutnya, santri memegang peran yang sentrifugal untuk menahan paham radikalisme dan terorisme.

“Dengan pemahaman agama yang mumpuni, santri berperan dalam mendudukkan agama sesuai tempatnya. Para santri sejatinya memiliki toleransi yang baik, seiring dengan pemahaman agama yang dimiliki,” tekannya.

Hadi tak lupa menyampaikan pesan untuk para santri di seluruh Indonesia. Ia meminta para santri untuk tak melupakan identitasnya, meskipun tak lagi belajar di lingkungan pondok pesantren. Ia juga berharap para santri bisa menjaga karakter baik yang dimiliki dan turut berkontribusi untuk negara.

“Karakter utama santri yang harus terus dipertahankan adalah at-tawassuth (tidak ekstrim kiri maupun kanan), at-tawazzun (keseimbangan hidup), i’tidal (tegak lurus), dan at-tasammuh (toleran),” pungkasnya. (*)

Penulis : Sukma Cindra Pratiwi

Editor : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).