Kenali Kebiasaan Anak Indonesia dan Taiwan dalam Memanfaatkan Perpustakaan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh radar madura

Layanan anak-anak di perpustakaan umum merupakan layanan yang lazim ada dan menempati space khusus yang didesain sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Layanan anak di perpustakaan diharapkan dapat membangun reading habit dan kemampuan literasi anak. Layanan anak di perpustakaan umum harus visible (terlihat) dan berbeda dengan layanan lainnya (Rankin, 2018). Menurut IFLA Guidelines for Library Services to Children age 0-18 tahun 2018 sebisa mungkin layanan untuk anak-anak berada di lantai bawah dan didesain semenarik mungkin sesuai dengan kebutuhan anak.

Anak-anak datang ke perpustakaan sebagian besar karena ingin membaca buku dan material lain di perpustakaan. Chandrasekar and Sivathaasan (2016) dalam penelitiannya di Jafna Public Library menyebutkan bahwa tujuan utama anak-anak datang ke perpustakaan adalah membaca buku dan material di perpustakaan serta memanfaatkan fasilitas yang ada dan program yang tersedia di perpustakaan. Perpustakaan memiliki peranan penting bagi anak-anak usia sekolah dimana banyak koleksi dan program perpustakaan yang mendukung aktivitas sekolah. Selanjutnya, Cassell and Walther (2006) menyebutkan bahwa dengan adanya support perpustakaan pada anak-anak usia sekolah dapat meningkatkan kunjungan perpustakaan dan buku yang dibaca di jam-jam pulang sekolah. 

Pengunjung layanan anak di perpustakaan umum sebagian besar adalah pengunjung reguler yang secara rutin berkunjung. Meskipun ada beberapa yang menjadi pengunjung baru. Pengunjung reguler ini adalah anak-anak dan orangtua yang tinggal di wilayah perpustakaan. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa pengunjung baru cenderung menghabiskan waktu di perpustakaan lebih lama dan memanfaatkan seluruh fasilitas perpustakaan yang ada. (Shepherd, Petrillo, and Wilson, 2018). 

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan menyebarkan kuesioner kepada responden di perpustakaan umum NLPI Taichung dan Bapersip Surabaya. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 200 anak usia 7-12 tahun. Survey dilakukan pada bulan Oktober – November 2019.

Terdapat perbedaan pengantar anak yang datang ke perpustakaan di Indonesia dan Taiwan. Di Indonesia sebagian besar anak datang bersama temannya (35%), kemudian ibu, kakak, dan keluarga. Sedangkan di Taiwan, sebagian besar anak-anak datang dengan ibu (49%), ayah, dan keluarga (ayah, ibu dan adik/kakak). Layanan anak Bapersip di Indonesia banyak didatangi oleh anak-anak usai pulang sekolah dan mereka datang bersama dengan teman sekolah. Sebaliknya di Taiwan, anak-anak datang ke NLPI pada hari sabtu dan minggu beserta orangtua mereka. 

Jadi anak usia 7-12 tahun di Taiwan tidak pergi keluar rumah dengan teman-temannya. Hal ini berbeda dengan di Indonesia, anak-anak usia tersebut banyak pergi bersama teman. Hal tersebut bisa dihubungkan dengan hasil kuesioner mengenai jarak dari rumah ke perpustakaan. Hasil kuesioner menunjukkan, situasi di Indonesia jarak dari rumah ke perpustakaan antara 2-3 km sebesar 42% dan jarak kurang dari 1 km sebesar 35%, sedangkan di Taiwan 51% responden menjawab jarak dari rumah ke perpustakaan adalah lebih dari 5 km, dan 2-3 km sebesar 20%. Jarak rumah ke perpustakaan yang dekat mudah dijangkau oleh anak-anak tanpa disertai orangtua. Anak-anak biasa berjalan kaki atau naik sepeda dengan teman-temannya. Sedangkan di Taiwan, sebagian besar rumah responden jauh dari perpustakaan dan membutuhkan kendaraan seperti mobil atau bis untuk datang ke perpustakaan diantar orangtua. 

Motivasi anak-anak untuk datang ke perpustakaan umum sangat bervariasi, mulai dari untuk menyelesaikan tugas sekolah, menikmati suasana ruangan yang nyaman, ajakan teman, kecintaan membaca dan rekomendasi baik dari guru dan orangtua. Hasil kuesioner terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara anak-anak di Indonesia dan Taiwan. Motivasi terbesar anak-anak di Indonesia untuk berkunjung ke perpustakaan adalah untuk menyelesaikan tugas sekolah sebesar 31%, sedangkan anak-anak di Taiwan mengungkapkan bahwa kecintaan membacalah (80%) yang memotivasi mereka untuk datang ke perpustakaan umum. 

Anak-anak di Indonesia juga termotivasi dengan ajakan teman-teman mereka untuk datang ke perpustakaan sebesar 25%, sedangkan anak-anak di Taiwan hanya sedikit yang termotivasi karena teman, hanya 10%. Hal ini karena anak-anak di Taiwan senang pergi ke perpustakaan dengan keluarga. Selanjutnya, ruangan yang nyaman menjadi motivasi anak-anak Taiwan untuk datang ke perpustakaan sebanyak 41% sedangkan anak-anak Indonesia menjadikan ruangan nyaman sebagai motivasi sebanyak 23%. Hal ini karena penataan ruangan, luas ruangan, dan furniture di NLPI lebih bervariasi sehingga banyak responden yang memilih ruangan nyaman sebagai alasan untuk datang. Kesamaan anak-anak di Taiwan dan Indonesia adalah motivasi dari guru yang menganjurkan untuk datang ke perpustakaan. Meskipun cenderung kecil nilainya 16% dan 17%, namun anak-anak Taiwan dan Indonesia mengapresiasi rekomendasi dari guru dengan datang ke perpustakaan. 

Proses pencarian koleksi perpustakaan juga beragam. Anak-anak Taiwan dan Indonesia lebih senang mencari koleksi di rak, sebesar 67% dan 50%. Persamaan lainnya adalah dalam penggunaan OPAC, baik anak-anak di Taiwan dan Indonesia kurang suka menggunakan OPAC dengan presentase 11% dan 2%. 11% Anak-anak Taiwan yang memilih OPAC karena memudahkan mereka untuk melihat seluruh koleksi di layanan anak-anak tersebut. Selain itu OPAC di NLPI didesain sangat menarik dengan menggunakan gambar dan colorful.

Anak-anak di Taiwan dan Indonesia sama-sama menyukai membaca koleksi berbahasa ibu, yakni Bahasa China dan Bahasa Indonesia. Meskipun di kedua perpustakaan tersedia koleksi dengan bahasa Inggris, namun mereka lebih menyukai koleksi berbahasa ibu karena mudah dimengerti. Siswa sekolah dasar di Taiwan dan di Indonesia baru memperoleh pelajaran bahasa Inggris ketika mereka duduk di kelas 3 atau 4. Jadi banyak anak-anak lebih memilih koleksi dengan bahasa ibu untuk memudahkan mereka memahami isi. Selain itu di Taiwan, orangtua juga tidak mahir berbahasa Inggris dan mereka mencarikan koleksi berbahasa China untuk anak-anaknya agar orangtua tidak kesulitan ketika menjelaskan.

Penulis : Nove E. Variant Anna

Informasi detail tentang riset ini dapat dilihat di :

https://digitalcommons.unl.edu/libphilprac/2687/

Nove E. Variant Anna, Dessy Harisanty. Factors Affecting Children while Using Public Libraries in Indonesia and Taiwan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).