Sponge Amnion untuk Mempertahankan Dimensi Tulang Usai Pencabutan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Koran Jakarta

Pencabutan gigi meninggalkan luka baik pada jaringan lunak yaitu gingiva atau gusi dan pada jaringan keras yaitu soket. Soket yang dihasilkan akan mempengaruhi dimensi tulang alveolar. Dimensi tulang alveolar yang tidak baik, akan mempengaruhi proses rehabilitasi misalnya pembuatan gigi tiruan. Untuk menjaga dimensi, dalam hal ini ketinggian tulang alveolar, proses penyembuhan pasca ekstraksi perlu dioptimalkan. Proses penyembuhan pasca ekstraksi melibatkan regenerasi tulang melalui proses yang disebut osteogenesis. Salah satu faktor pertumbuhan yang terlibat dalam osteogenesis adalah protein morfogenetik tulang yaitu  BMP-2. Membran amnion salah satu biomaterial yang memiliki kemampuan untuk mempromosikan penyembuhan luka pada jaringan lunak maupun keras dengan karakteristik yang dapat merangsang ephitelisasi, mengontrol proliferasi, dan diferensiasi fibroblas. Membran amnion merupakan biomaterial yang dapat meningkatkan penyembuhan luka karena mengandung surfactant protein‐A (SP‐A) yang dapat berinteraksi dengan makrofag dan menurunkan regulasi interleukin-6 (IL‐6).

Membran amnion adalah bahan baku, sedangkan biomaterial buatan yang digunakan untuk mempromosikan penyembuhan luka dikenal dengan nama guided tissue regeneration(GTR). Karena GTR yang digunakan dalam kedokteran gigi relatif mahal, membran amnion digunakan sebagai pengganti. Dalam kedokteran gigi klinis, membran amnion digunakan oleh periodontis selama prosedur periodontal surgery, meskipun sulit untuk dimanipulasi karena kecenderungannya mudah robek. Atas dasar hal tersebut perlu dipikirkan alternative bentuk membrane amnion yang dibuat dalam bentuk spons untuk meningkatkan kemudahan penggunaannya. Sponge amnion dibuat dari membran amnion yang dicuci dengan larutan antibiotik, direndam dalam gliserin dan dimetil sulfoksida, dan kemudian disimpan dengan cara cryopreservasi pada suhu minus 80°C. Sebelum diproses, amnion yang disimpan sebelumnya telah dicairkan dan  dicampur dengan gliserin dengan perbandingan 1:1. Campuran ini kemudian didehidrasi dengan metode liofilisasi dan disterilkan menggunakan laser gamma. Sponge aminion yang telah diperoleh, dimasukkan pada soket hewan coba. Setelah 1 dan 7 hari pemberian sponge amnion, jaringan tulang alveolar hewan coba diambil untuk diamati ekspresi IL-6 dan BMP-2.

Hasil analisis yang dilakukan, menunjukkan bahwa ekspresi IL-6 lebih rendah pada tulang alveolar hewan coba yang diberi sponge amnion dibandingkan yang tidak diberi sponge amnion baik pada hari 1 dan 7 pengamatan. Sebaliknya, ekspresi BMP-2 lebih tinggi pada tulang alveolar hewan coba yang diberi sponge amnion dibandingkan yang tidak diberi sponge amnion baik pada hari 1 dan 7 pengamatan.

Sponge amnion mengandung SP‐A, salah satu protein yang memiliki sifat anti-inflamasi. SP-A dapat mengikat makrofag dan mempengaruhi produksi sitokin proinflamasi IL‐6. SP‐A dapat menurunkan ekspresi toll like receptor 2 (TLR2) dan toll like receptor 4 (TLR4) yang akan menghasilkan penurunan nuclear factor of kappabeta (NF-κB). Selain itu, SP‐A juga dapat menyebabkan penurunan reactive oxygen species (ROS) yang dihasilkan oleh aktivasi nicotinamide adenine dinucleotide phosphate (NADPH). Penurunan NF-κB akan mempengaruhi proses transkripsi sitokin dan menyebabkan produksi IL-6 menurun.

Peningkatan ekspresi BMP-2 yang diamati pada tulang alveolar hewan coba dikarenakan sponge amnion memiliki kandungan transforming growth factor β (TGF-β). TGF-β berperan dalam inisiasi sintesis BMP oleh sel-sel osteoprogenitor yang menghasilkan diferensiasi sel-sel osteoblas dan apoptosis osteoklas yang menghambat resorpsi tulang. Sehingga, dari hasil penelitian ini, menyimpulkan bahwa peningkatkan ekspresi BMP-2 dan penurunan ekspresi IL-6 akan mengurangi fase inflamasi, sehingga proses pembentukan tulang terjadi lebih cepat, dan akan berakibat pada percepatan proses penyembuhan luka. Dengan berkurangnya reaksi inflamasi, akan ada peningkatan dalam proses proliferasi dan sintesis kolagen juga akan meningkat dan ini akan mempercepat proses penyembuhan luka.

Penelitian ini menghasilkan suatu produk yang sangat efektif dan sangat mudah digunakan dalam aplikasi klinis. Keuntungan dari spons amnion sebagai bahan dalam kedokteran gigi dibandingkan dari penelitian sebelumnya dalam bentuk membran amnion atau bentuk lembaran adalah aplikasi yang lebih mudah karena selain keuntungan dari segi bentuk, spons juga memiliki efek sebagai hemostat. Dengan kemampuan sponge amnion untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan peningkatkan pembentukan tulang sehingga dimensi tulang dapat terjaga, maka proses rehabilitasi setelah pencabutan gigi dapat dilakukan dengan baik.

Penulis: Dr. Elly Munadziroh, drg.,MS

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.drjjournal.net/article.asp?issn=1735-3327;year=2019;volume=16;issue=5;spage=283;epage=288;aulast=Indrawati

Dwi Wahyu Indrawati, Elly Munadziroh, Theresia Indah Budhy Sulisetyawati, Prasiddha Mahardhika El Fadhlallah (2019). Sponge amnion potential in post tooth extraction wound healing by interleukin-6 and bone morphogenetic protein-2 expression analysis: An animal study. Dental Research Journal, 16:283-288; https://doi.org/10.4103/1735-3327.266089

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).