Pengmas FKp UNAIR Ajak Warga Medokan Semampir Budidaya Maggot BSF

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
MAHASISWA FKp UNAIR saat melakukan sosialisasi dampak dan pemberdayaan sampah kepada warga RW 8 Kelurahan Medokan Semampir Selasa (8/10/2019). (Foto : Istimewa)

UNAIR NEWS – Salah satu bentuk nyata pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Sejalan dengan hal itu, Fakuktas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga (UNAIR) kembali mengadakan pengabdian masyarakat (pengmas). Pengmas kali ini bertajuk “Pengelolaan Sampah Berbasis Enterpreneur” dengan  mengadakan sosialisasi bank sampah budidaya Maggot BSF.

Bertempat di  RW 8 Kelurahan Medokan Semampir, Sukolilo, Surabaya, belasan mahasiswa Magister FKp UNAIR mengadakan pengmas. Tercatat total 14 mahasiswa Magister angkatan XII serta 20 warga sekitar RW 8 Kelurahan Medokan Semampir yang mengikuti kegiatan pengmas tersebut pada Selasa (8/10/2019).

Ketua Pengmas, Suharyono, S.Kep., Ns., mengutarakan alasan FKp UNAIR memilih tempat tersebut untuk kegiatan pengmas. Suharyono mengaku bahwa dari hasil wawancara dengan ketua RW, pengelolaan sampah di RW itu masih belum terealisasi dengan baik. Sampah-sampah yang ada belum dimanfaatkan dengan baik oleh warga.

“Diharapkan nanti setelah diadakan sosialisasi, sampah yang awalnya menjadi momok atau hal yang tidak berguna itu, bisa bernilai ekonomis,” ungkapnya.

Kegiatan pengmas diawali dengan sambutan dari Wakil Dekan I FKp UNAIR Dr. Kusnanto, S.Kp., M.Kes. Sambutan kemudian dilanjutkan oleh Ketua RW 8 Kelurahan Medokan Semampir dan Ketua Pengmas FKp UNAIR.

Sosialisasi diawali dengan pemaparan materi oleh mahasiswa program Magister terkait dengan dampak sampah dan pemberdayaan sampah. Materi selanjutnya dibawakan oleh Asosisasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) mengenai praktik budidaya maggot.

Suharyono menuturkan bahwa banyak manfaat dan keuntungan dari dari budidaya maggot ini. Maggot di luar negeri bisa digunakan sebagai obat bagi para pasien yang mengalami gula darah. Dengan adanya kompilasi luka, maggot dijadikan media untuk memakan luka yang nekrosis (sel-sel atau jaringan yang sudah mati).

Suharyono berharap kedepannya masyarakat bisa aktif mandiri. Menurutnya, kegiatan itu tidak hanya berhenti sampai di sini saja, masih ada keberlanjutannya. APSI akan terus memantau bagaimana perkembangan budidaya Maggot di RW 8 tersebut.

“Kalau misalkan budidaya maggot di daerah ini berkembang menjadi skala besar, nantinya APSI bisa membeli di masyarakat setempat atau bisa dijual sendiri ke warga di kelurahan lain, bahkan internasional pun bisa,” imbuhnya. (*)

Penulis : Sandi Prabowo

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).