Laktoferin dan Luka pada Gingiva

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Inilah.com

Laktoferin termasuk salah satu protein yang banyak terkandung dalam air susu ibu (ASI), kolostrum dan susu sapi. Protein jenis ini mempunyai banyak fungsi dalam proses pembentukan daya tahan tubuh dan merupakan protein yang berada di garis depan pertahan tubuh untuk melawan berbagai macam kuman penyakit yang berusaha masuk ke dalam tubuh. Salah satu sifat utama laktoferin adalah kemampuan untuk mengikat dan menstranfer ion besi. Karena sifat ini, laktoferin mempunyai kemampuan sebagai anti-bakteri. Selain itu laktoferin juga diyakini memiliki peran yang sangat baik dalam proses penyembuhan luka, karena laktoferin dapat mengontrol inflamasi dan meningkatkan proses migrasi serta proliferasi dari sel fibroblas.

Luka yang paling sering ditemukan di dalam rongga mulut antara lain luka karena proses pencabutan gigi dan luka pada gingiva atau gusi akibat prosedur gingivectomy, operculectomy dan curettage (bedah periodontal). Setelah tindakan tersebut dilakukan, diberikan suatu bahan pelindung pada luka yang dikenal dengan nama periodontal dressing. Fungsi periodontal dressing ini meminimalkan resiko komplikasi seperti infeksi, pendarahan dan mencegah trauma fisik selama pengunyahan. Namun, penggunaan periodontal dressing setelah tindakan bedah periodontal hanya berpengaruh terhadap penurunan rasa nyeri saja, tidak dalam hal perdarahan dan pembengkakan gingiva jika dibandingkan tanpa penggunaan periodontal dressing.

Kandungan utama dari periodontal dressing adalah eugenol dan zinc oxide yang memiliki sifat anti-bakteri, anti-koagulan dan analgesik, namun tidak memiliki sifat utuk mempercepat penyembuhan luka. Sehingga diperlukan suatu periodontal dressing yang tidak hanya mampu mencegah infeksi, pendarahan dan mencegah trauma fisik selama pengunyahan, melainkan juga mampu menstimulasi dan mempercepat proses penyembuhan luka gingiva

Riset dilakukan dengan membuat luka pada gingiva hewan coba, kemudian berikan laktoferin yang berasal dari susu sapi dengan konsentrasi 10 μg/ml, 20 μg/ml and 40 μg/ml secara topikal satu sekali sehari selama tiga hari. Jaringan gingiva hewan coba kemudian di biopsi, untuk diamati marker proses penyembuhan luka pada gingiva melalui ekspresi fibroblast growth factor 2 (FGF-2) dan vascular endothelial growth factor (VEGF).

Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspresi FGF-2 dan VEGF tertinggi ditemukan pada laktoferin dengan konsentrasi 40 μg/ml dibandingkan dengan laktoferin konsentrasi 10 μg/ml dan 20 μg/ml. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa ekspresi FGF-2 dan VEGF lebih tinggi pada kelompok luka gingiva yang diberikan laktoferin dibandingkan yang tidak diberikan laktoferin.Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian lain yang menyatakan bahwa pemberian laktoferin konsentrasi 10-40 μg/ml dapat meningkatkan produksi reacvtive oxygen species (ROS). ROS ini berhubungan dengan peningkatan fagositik pada makrofag,yang memainkan peran penting dalam penyembuhan luka. Makrofag terbentuk dari monosit yang distimulasi oleh fragmen protein matrik ekstraselular, transforming growth factor β (TFG- β) dan monocyte chemoattractant protein 1 (MCP-1). Makrofag juga mensekresi berbagai enzim dan sitokin pro inflamatori seperti IL-1b, IL-6, dan TNF-α, yang merangsang proliferasi fibroblas dan mempromosikan angiogenesis.

Disisi lain, pemberian laktoferin dapat menginduksi makrofag untuk berdifferensiasi menjadi subset CD14+ and CD16+. Yang berlanjut dengan menginduksi pelepasan sitokin proinflamasi seperti IL-1b, IL-6, dan TNF-α. TNF-α merupakan sitokin pertama yang diproduksi saat pemberian laktoferin kemudian diikuti oleh sekresi IL-8. Produksi TNF-α oleh makrofag yang kemudian menyebabkan peningkatan produksi IL-8 oleh keratinosit, serta aktivasi superoksida oleh sel endotel menyebabkan produksi VEGF oleh endotel meningkat serta produksi FGF2 oleh keratinosit juga meningkat. Kedua proses ini mengakibatkan tahap proliferasi proses penyembuhan luka gingiva juga meningkat.

Laktoferin mempunyai peran di mukosa epithelial dan sel inflamasi karena laktoferin juga dapat berikatan dengan scavenger receptor C-type lectin (SRCL), yang secara luas diekspresikan oleh sel endotel. SRCL merupakan reseptor utama laktoferin baik secara lokal maupun secara sistemik. Pengikatan laktoferin pada reseptor ini akan mengaktifkan innate immune cells melalui mekanisme laktoferin berperan sebagai promotor motilitas, produksi superoksida, dan pelepasan molekul serta sitokin proinflamasi seperti nitrous oxide, TNF-a, dan IL-8 yang kemudian mengarah kepada pembentukan FGF2 dan VEGF. Peningkatan ekspresi FGF-2 dan VEGF ini dapat menjadi salah satu marker dalam percepatan penyembuhan luka.

Hasil riset ini, dapat menjadikan dasar untuk mengembangan periodontal dressing dengan kandungan laktoferin. Sehingga periodontal dressing yang diberikan pada luka setelah tindakan bedah periodontal dapat menstimulasi atau mempercepat penyembuhan luka gingiva dengan meningkatkan ekspresi FGF-2 dan VEGF, serta tidak hanya mencegah infeksi, pendarahan dan trauma fisik.

Penulis: Prof. Dr. Istiati, drg.,MS

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.jkimsu.com/jkimsu-vol8no3/JKIMSU,%20Vol.%208,%20No.%203,%20July-September%202019%20Page%2038-45.pdf

Istiati, Intan Nirwana, Indra Surjono and Meircurius Dwi Condro Surboyo (2019). Role of Lactoferin in Fibroblast Growth Factor 2 and vascular Endothelial Growth Factor in Gingival Wounds. Journal of Krishna Institute of Medical Sciences University, 8(3): 38-45.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).