Hadapi Revolusi Industri 4.0, Begini Tantangan Ahli Kesehatan Masyarakat

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SALAH satu narasumber, dr. Agustin Kusumayati, Msc., PhD ketika memaparkan materi di Ruang Kahuripan 300, Lantai 3 Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR pada Rabu (09/10/19). (Foto : istimewa)

UNAIR NEWS – Revolusi industri 4.0 merupakan era dimana teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal itu dibuktikan dengan adanya internet yang dapat memudahkan kehidupan manusia. Revolusi industri 4.0 tidak hanya berdampak pada sektor teknologi akan tetapi juga berdampak pada sektor kesehatan.

Berangkat dari permasalahan di atas, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Daerah Jawa Timur bekerjasama dengan Universitas Airlangga (UNAIR) menyelenggarakan seminar yang berkenaan dengan peran dan tantangan ahli kesehatan masyarakat di era disrupsi 4.0. Kegiatan itu dilaksanakan pada Rabu (09/10/19) di Ruang Kahuripan 300, Lantai 3 Kantor Manajemen, Kampus C UNAIR.

Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Ketua Umum Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia (AIPTKMI), dr. Agustin Kusumayati, Msc., PhD. Ia mengatakan bahwa revolusi industri 4.0 memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor kesehatan. Misalnya muncul e-Health, yang berfokus pada bidang pelayanan kesehatan berbasis teknologi.

“WHO punya definisi tentang e-Health seperti ini, the cost effective and secure use, jadi kalau pakai teknologi menjadi lebih ribet atau tidak aman, ya namanya itu bukan teknologi. Teknologi yang dipakai adalah ICD salah satunya mengenai health care,” ucapnya.

Selain itu, dia juga menambahkan beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh ahli kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah cara untuk menangani biohealth determinant.

Public health challenge di masa ini (revolusi industri, Red) yang pertama, bagaimana kita bisa menangani biohealth determinant, artinya harus ada sarjana kesehatan masyarakat yang kerja di pasar karena penularan penyakit yang pertama ada di situ, harus ada yang berurusan dengan peternak karena zoonosis ada di situ, itu contohnya,” ungkapnya.

Menghadapi revolusi industri 4.0 tersebut, maka seorang ahli kesehatan masyarakat harus memiliki beberapa skill tertentu. Seperti kemampuan untuk berfikir kritis, kemampuan komunikasi, kolaborasi, problem solving, kemampuan beradaptasi dengan teknologi dan lain sebagainya.

“Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 ini, maka ada beberapa skill yang dibutuhkan. Yang pertama adalah berkaitan dengan kemampuan berfikir kritis, kemampuan cognitive flexibility, creativity, kedua, kemampuan komunikasi dan kolaborasi, yang terakhir adalah computational thinking,” tambahnya.

Sebagai penutup, ia berpesan bahwa semua sektor di masyarakat harus bersatu agar negara bisa maju. Sehingga tantangan-tantangan revolusi industri kedepannya dapat dihadapi dengan baik.

“Jadi, harus bersatu supaya bisa maju. Mungkin ini adalah bagian dari proses yang harus dijalani sebelum kita bersatu dan menjadi kuat,” pungkasnya. (*)

Penulis : Dita Aulia Rahma

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).