Modifikasi Model Infark Miokard Akut pada Tikus Menggunakan Bahan yang Gampang Tersedia

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Model hewan infark miokard akut diperlukan untuk mempelajari perubahan seluler dan molekuler di jantung. Namun, berbagai kesulitan terkait dengan pembuatan model infark miokard hewan, seperti tingkat kelangsungan hidup pasca infark miokard akut yang rendah, teknik rumit dalam pembuatan model hewan, kompleksitas untuk mengkonfirmasi insiden infark miokard akut, dan alat bedah kompleks yang diperlukan dalam proses tersebut.

Tikus albino (Rattus norvegicus) sering digunakan untuk model hewan karena perawatannya mudah dan murah. Metode pemodelan yang umum digunakan adalah ligasi arteri koroner descending anterior kiri(LAD). Namun, metode ini memiliki tantangan tersendiri, seperti tingkat kematian yang tinggi (~ 27%) dan varians besar dalam ukuran infark (15% -38%).

Salah satu tantangan menggunakan model tikus infark miokard adalah teknik intubasi oleh sebab tikus memiliki saluran udara yang relatif kecil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model hewan infark miokard akut menggunakan tikus Wistar, tanpa membuat sayatan trakea untuk intubasi, dan menggunakan instrumen sederhana yang sudah tersedia di laboratorium hewan standar.

Kami menginduksi infark miokard pada 48 tikus Wistar menggunakan teknik modifikasi ligasi arteri koroner descending anterior kiri tanpa insisi trakea dan ventilator. Teknik ligasi ini dilakukan 1-2 mm distal ke appendage atrium kiri. Kejadian infark miokard dievaluasi menggunakan parameter enzim jantung 24 jam pasca-ligasi dan studi histologis daerah infark 6 minggu setelah ligasi. Tikus dibagi menjadi kelompok ligasi arteri koroner dan kelompok palsu.

Dari 48 tikus, 24 (50%) meninggal dalam 24 jam pasca-ligasi, tetapi tidak ada kematian lebih lanjut yang terjadi pada periode tindak lanjut 6 minggu berikutnya. Rata-rata ukuran infark pada 6 tikus dalam 24 jam ligasi adalah 35% ± 5,7%. Ukuran infark pada kelompok yang menjalani ligasi arteri koroner LAD berkisar antara 28% hingga 59%.

Model infark miokard ini dikembangkan dengan metode yang dimodifikasi dalam menanggapi tidak tersedianya instrumen seperti laringoskop dan ventilator yang cocok untuk tikus Wistar. Prosedur tersebut meliputi intubasi menggunakan laringoskop neonatus dan kanula intravena seta ventilasi manual menggunakan stopcock tiga arah yang terhubung ke tangki oksigen. Tidak ada sayatan trakea yang diperlukan dalam prosedur kami. Oleh karena itu, kami dapat menghindari risiko edema trakea dan perdarahan terkait dengan trakeostomi.

Modifikasi lain adalah intubasi menggunakan iluminasi trakea transkutan tanpa laringoskop. Walaupun prosedurnya kurang traumatis, namun membutuhkan operator lain untuk menarik kembali lidah dan melakukan transiluminasi untuk memberikan visualisasi yang lebih baik.

Kami telah mengembangkan model tikus infark miokard dengan ukuran infark yang konsisten, dan kematian jangka panjang tikus tidak diamati. Teknik ligasi LAD kami untuk mengembangkan model tikus infark miokard dapat menjadi referensi untuk pengaturan eksperimental tanpa ventilator untuk hewan kecil. Ketika diterapkan dalam praktik klinis manusia, model ini mungkin berguna untuk mengevaluasi mekanisme perluasan area infark miokard ventrikel kiri setelah infark miokard akut, terutama pada pasien yang tidak menerima reperfusi dan melakukan latihan ringan. (*)

Penulis: Johanes Nugroho

http://www.veterinaryworld.org/Vol.12/September-2019/14.pdf

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).