Pengaruh Nutrien pada Distribusi Plankton Hijau Biru dan Klorofil A pada Perairan Sedati

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi perairan. (Sumber TirtoID)

Perairan Sedati yang berbatasan dengan pesisir timur pantai Sedati adalah suatu kawasan pesisir yang memiliki potensi sumber daya perairan di bidang perikanan tangkap dan perikanan tambak. Potensi perikanan tersebut menjadikan perairan Sedati dikenal dengan kawasan minapolitan.

Perairan Sedati merupakan perairan pesisir yang berada di pesisir pantai utara Pulau Jawa dan berbatasan dengan Selat Madura (Laut Jawa).  Selain itu, secara admintratif perairan Sedati terletak di Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo yang diapit oleh dua Kabupaten yaitu Kota Madya Surabaya di Utara dan Kabupaten Pasuruan di Selatan.

Perairan Sedati adalah perairan yang bersifat terbuka dengan bentuk pesisir memanjang dari utara ke selatan. Perairan Sedati memiliki beberapa sungai yaitu sungai Bulubendo, sungai Sangangewu, sungai Pepe, dan sungai Kedungoleng serta satu teluk di selatan perairan yaitu teluk Permisan yang merupakan muara dari beberapa sungai tersebut. Perairan yang bersifat terbuka dan dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut air laut serta perubahan cuaca.

Jenis pasang surut yang berada di perairan tersebut termasuk kategori pasang surut campuran (Mixed Tides). Peristiwa ini ditunjukan dengan terjadinya satu kali pasang dan satu kali surut dalam waktu satu hari, serta terkadang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Selain itu, kondisi topografi perairan Sedati berupa perairan datar dan landai, dasar perairan dinominasi substrat pasir berlumpur, dan kedalaman perairan sekitar 4-6 meter.

Fitoplankton merupakan tumbuhan renik yang hidup mengambang atau melayang di dalam laut dengan dan selalu terbawa oleh arus air. Fitoplankton banyak ditemukan pada perairan dengan kedalaman 0- 150 meter yang masih dapat tertembus cahaya matahari. Secara ukuran, fitoplankton umumnya berukuran antara 2-200 µm. Jenis fitoplankton laut sangatlah beragam, baik secara taksonomik maupun morfometrik.

Secara taksonomi, fitoplankton yang terdapat di laut terdiri atas 13 kelas yaitu alga biru hijau (Cyanophyceae), alga merah (Rhodophyceae), Diatom (Bacillariophyceae), Cryptomonads (Cryptophyceae), Dinoflagellata (Dinophyceae), Crysomonads, Silicoflagellata (Crysophyceae), Coccolithophorids, Prymnesiomonads (Haptophyceae atau Prymnesiophyceae), Choromonadea (Raphidiophyceae), alga kuning hijau (Xanthophyceae), Euglenoids (Eustigmatophyceae, Euglenophyceae), Prasinomonads (Prasinophyceae), dan alga hijau (Chlorophyceae) tetapi hanya 4 kelas saja yaitu Bacillariophyceae, Cryptophyceae, Dinophyceae, dan Haptophyceae yang memegang peranan penting dalam total standing stok fitoplankton di laut.

Bahkan, menurut Widyorini (2009) bahwa jenis fitoplankton yang memiliki peranan penting dalam produktivitas primer berasal dari filum Chrysophyta (Coccolithophoridae, Haptophyceae) dan blue-green algae (Cyanophyceae). Plankton tersebut memberikan kontribusi kurang lebih 95 persen dari seluruh produktivitas primer yang ada di laut. Perairan laut memiliki tingkat kelimpahan fitoplankton yang sangat dipengaruhi beberapa faktor lingkungan seperti suhu, cahaya matahari (intensitas cahaya), pH, kekeruhan, konsentrasi nutrien, flushing, salinitas, maupun pemangsaan.

Peranan fitoplankton sebagai produsen primer dengan menghasilkan oksigen dan bahan makanan bagi organisme perairan lain. Hal tersebut dapat dilakukan fitoplankton karena kemampuan fotosintesis. Proses dari fotosintesis tersebut dimulai dari kemampuan fitoplankton yang mengandung klorofil. Klorofil tersebut berperan dalam menyerap energi matahari untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Oleh karena itu, setiap fitoplankton yang mengandung klorofil untuk keperluan fotosintesis, maka kuantitas fitoplankton di suatu perairan diindikasikan dengan konsentrasi kandungan klorofil di perairan tersebut, yang ditetapkan melalui analisis kimia.

Nutrien (unsur hara) merupakan zat-zat yang digunakan untuk keperluan organisme hidup dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup seperti proses metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien di perairan dikelompokan menjadi makro nutrien maupun mikro nutrien. Nutrien dalam bentuk makro terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, fosfor, kalium, magnesium, kasium, natrium, klor dan bentuk mikro terdiri dari ferrum, cobalt, zink, boron, silikat, mangan, cupprum, dari beberapa nutrien tersebut hanya ada tiga unsur yang paling dibutuhkan oleh organisme yaitu unsur karbon, nitrogen, dan fosfor.

Nutrien adalah salah satu zat untuk pertumbuhan fitoplankton. Nutrien yang berperan penting dalam proses pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton adalah nitrogen dan fosfor, sehingga kedua unsur nitrogen dan fosfor dapat dijadikan faktor pembatas produktivitas fitoplankton. Kebutuhan nutrien terutama unsur nitrogen dan fosfor bagi fitoplankton dalam jumlah besar berkisaran 0,203-0,790 N-mg/L dan 0,029-0,587 P-mg/L. Nutrien yang dibutuhkan oleh fitoplankton di perairan tawar berbeda dengan fitoplankton yang hidup laut.

Perairan tawar memiliki kadar fosfat yang seringkali menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton dibandingkan unsur yang lain, sedangkan di laut, nitrogen menjadi faktor pembatas pertumbuhan. Ketersediaan nutrien di perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik fisika, kimia, dan biologi. Faktor-faktor yang memperngaruhi tersebut antara lain suhu, kedalaman secchi disk (kecerahan), salinitas, derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, curah hujan, kelimpahan fitoplankton dan klorofil-a. (*)

Penulis: Luthfiana Aprilianita Sari

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=9721&iid=277&jid=4 

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).