Polemik Dalang Dibalik Pengkhianatan G30S PKI

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh radarcirebon.com

UNAIR NEWS – Polemik dibalik pengkhianatan G30S PKI (Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia masih menjadi perdebatan hingga saat ini. Secara umum, memang G30S tersebut lebih banyak mengutip versi orde baru.

Hal itu dibenarkan oleh Dosen MKWU UNAIR, Mulyadi J. Amalik, S.S., M,Si. Menurutnya apabila dilihat dari versi orde baru memang meletakkan PKI sebagai pihak yang mengagendakan G30S PKI. Namun ada juga dari ilmuan sejarah yang mengatakan bahwa ada keterlibatan pihak asing, terutama CIA (Central Intelligence Agency), Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat.

“Akan tetapi semua data-data itu kan debatable, masih diperdebatkan kebenarannya hingga sekarang,” ungkapnya.

Mulyadi, sapaan akrabnya, menambahkan bahwa hanya fakta di lapangan saja PKI terlibat. Adapun dalang dibalik skenario dari G30S sendiri masih diperdebatkan. Jika ditinjau dari sisi masyarakat awam, faktanya saja bahwa memang orang-orang PKI terlibat.

Dari kalangan sejarawan pun, lanjutnya, juga menolak istilah G30S PKI. Dalam istilah tersebut jangan dimasukkan PKI-nya, karena yang mendesain ini belum pasti PKI. Kendati fakta di lapangan, banyak anggota PKI yang ikut andil dalam gerakan itu.

Pada masa orde baru, memang agak memberi sedikit label buruk pada hal yang berbau komunis. Yang disayangkan, label itu juga diterapkan pada generasi dari organisasi orang-orang PKI.

“Dosa warisan itu tidak bisa kita terapkan, kecuali anak cucunya ini juga terang-terangan menjadi kadernya (kader komunis, red),” ungkapnya.

Secara tekstual akademik kita harus mempelajari komunisme agar mengetahui format-format komunis. Sebagai akademisi, mahasiswa dan dosen harus melihat format-format baru dari sebuah gerakan komunis. Format baru itu bisa berbentuk kegiatan politik atau kegiatan sosial.

“Apapun alasannya komunis bertentangan dengan Pancasila,” tegasnya.

Mau tidak mau, mahasiswa harus mengenali ideologi negara Indonesia. Ideologi Pancasila harus dijadikan sebagai identitas bangsa.

“Apabila ideologi Pancasila sebagai identitas sudah dipegang, maka ketika mempelajari ideologi lain, kita bisa membandingkannya. Kita bisa melihat peluang bagi Pancasila untuk diperkuat semangatnya,” tutupnya. (*)

Penulis : Sandi Prabowo

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).