Di Balik Surabaya Menggugat: Fenomena Update Instastory hingga Relawan Pemungut Sampah

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Aksi Surabaya Menggugat. (Foto oleh Reza Priyagung Ferryansah)

Seperti yang kita tau, pekan lalu, kantor DPRD Jawa Timur menjadi sasaran empuk para demonstran. Aliansi Kekuatan Sipil (aksi) yang ditengarai oleh rasa kekecewaan akan kinerja pemerintah yang dianggap nyeleweng dan  merugikan pihak-pihak lain ini menggugat pemerintah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur. Demonstran dalam tuntutanya menolak rancangan undang-undang, seperti RKUHP, RUU pertanahan, RUU ketenagakerjaan.

Selain itu, massa juga menolak multifungsi aparat, dan meminta pemerintah untuk menyelesaikan konflik di Papua, juga menuntut pemerintah menyelesaikan KARHUTLA, serta mengesahkan RUU PKS. Tak tanggung-tanggung, aksi yang dihadiri ribuan bahkan puluhan ribu massa ini,bukan hanya dari kalangan mahasiswa, bahkan elemen luar kampus pun turut serta menjawab seruan aksi gabungan ini. Meski berasaskan kepentingan rakyat, namun tidak semua massa memiliki peran yang sama. Sebagian adalah aktor utama, disini protagonis ialah mereka para orator. Para orator yang terdiri dari berbagai kalangan yang mengebu mengutarakan semua pendapat agar terbentuklah hasil yang diinginkan.

Lalu, sebagian berperan sebagai figuran.  Figuran yang terenyuh relung hatinya untuk berjihad, atau figuran yang sekedar menampilkan eksistensi pribadi. Meski tak berdampak signifikan pada hasil, mereka tetap perlu untuk diapresiasi karena menjawab seruan aksi terlepas niat sejatinya.

Fenoma Update Instastory

Generasi milenial, tentu sudah tak asing akan istilah snapgram, sw, atau istilah lainya. Bagi para milenial hal tersebut tentu sudah menjadi bagian dari kepribadian mereka. Di mana pun berada pasti mereka akan membagikan sebuah foto atau tulisan untuk mereka unggah di laman sosial media mereka. Tak jarang, mereka menggunakan instagram atau whatsapp untuk mengunggahnya.

Begitupun dengan aksi demonstran yang lalu, di mana dihadiri hampir seluruhnya oleh generasi milenial. Tentu, dengan kreatifitas mereka, banyak yang mengunggah kisah apapun yang berbau aksi Surabaya menggugat. Seperti tulisan nyeleneh ‘aku rene pingin update instastory’ yang berarti mereka datang ingin mengunggah instastory, yang diunggah salah satu pengguna whatsapp.

Sebenarnya, masih banyak tulisan-tulisan nyeleneh yang dibuat para demostran saat melakukan aksi. Seperti dari fandom Korean Populer yang menuliskan mengenai keluh kesah mereka mengenai salah satu isi dari RUU yang melarang perempuan untuk keluar jam 10 malam. Pasalnya, konser yang diadakan oleh idola mereka kebanyakan selesai pada pukul 10 malam lebih. Tentu, hal tersebut mengundang perhatian warganet, hingga menjadi viral.

Kontribusi Pelajar

Selain mahasiswa, banyak pelajar di Surabaya juga turut meramaikan aksi kemarin.Masih mengenakan seragam sekolah lengkap, mereka ikut mengepung gedung DPRD Jawa Timur. Kontribusi pelajar ini menjadi suatu hal yang mencuri perhatian tentunya, hingga ramai diperbincangkan warganet. Memiliki moto ‘mahasiswa orasi, kami eksekusi’, ratusan pelajar ini menyusul jejak aksi siswa STM di Jakarta yang sempat viral. Mereka berbondong-bondong bergerak menuju lokasi menggunakan motor, hingga mobil dengan bak terbuka. Beralasan ingin membantu kakak-kakak mahasiswa, mereka dengan semangat menyanyikan yel-yel, dan berputar-putar di lokasi demo.

Tentu tak ada yang salah mengenai kontribusi pelajar ini, bahkan mereka disambut oleh mahasiswa. Mahasiswa dengan rasa solidaritas yang tinggi merangkul para pelajar saat aksi dilakukan. Mahasiswa mengerahkan pelajar untuk tetap dalam satu komando, dan dilarang untuk memecah sendiri.

Relawan Pemunggut Sampah

Di sisi lain, suatu fenomena yang hingga kini ramai menjadi perbincangan ialah relawan pemunggut sampah. Usai menggelar aksi tersebut, sejumlah mahasiswa yang terdiri dari beberapa mahasiswa dari berbagai Universitas melakukan kegiatan bersih-bersih sampah.Gerakan sosial yang dicetuskan oleh salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga ini menjadi bukti bahwa mahasiswa bukan hanya melakukan aksi, melainkan juga dapat menjaga kelestarian lingkungan.

Berbagai respon pun diterima, dari diliput oleh media, sampai mendapat respon positif dari masyarakat luar. Hingga beberapa tangan kreatif pun menyulapnya menjadi sebuah memeyang menyangkut pautkan dengan ketegasan Bu Risma (Wali Kota Surabaya) yang selalu menegaskan untuk tidak merusak taman dengan gerakan mahasiswa yang melakukan bersih-bersih usai menggelar aksi. Bahkan, foto meme tersebut banyak dibagikan oleh pengguna media sosial, seperti facebook, hingga twitter. Hal tersebut tentu membuat bangga para mahasiswa, terlebih lagi dapat membanggakan alamamater mereka.

Berita Terkait

Dini Faizatunniam

Dini Faizatunniam

Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan FISIP Universitas Airlangga