Remittance dan Perubahan Gaya Hidup di Kalangan Keluarga Migran di Daerah Asal

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Mobilitas penduduk lintas batas negara merupakan fenomena yang menarik. Dalam tiga dekade terakhir, fenomena migrasi internasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama di kawasan Asia-Pasifik. Migrasi internasional tenaga kerja semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi. Globalisasi, suatu proses dimana batas-batas antarnegara semakin gampang ditembus oleh lalu lalang modal, barang dan manusia akan semakin menjadi kenyataan sehari-hari yang tidak mungkin terhindarkan. Proses globalisasi ekonomi menyebabkan pergerakan modal dari satu negara ke negara lain  menjadi semakin cepat dan mudah. Dengan adanya globalisasi, migrasi internasional terus meningkat jumlahnya.

Pengiriman tenaga kerja ke luar negeri merupakan “katup penyelamat” bagi usaha peningkatan pendapatan penduduk negara itu. Hal ini sebagai akibat kurangnya lapangan pekerjaan yang diperoleh angkatan kerja domestik yang berimplikasi pada tekanan ekonomi yang semakin meningkat. Pengiriman uang dari kaum pekerja di luar negeri (remittance) merupakan sumber penting bagi pertukaran asing dan modal-modal di negara berkembang. Perhatian terhadap migrasi internasional meningkat dengan semakin terbukanya informasi tentang keberadaan migran Indonesia di luar negeri, dan meningkatnya jumlah migran Indonesia di luar negeri, baik yang legal maupun ilegal (Hugo, 1992). Kondisi ini didorong oleh kebijakan pemerintah untuk mendapatkan sejumlah devisa dari para migran. Pada sisi lain, fenomena migrasi internasional terjadi sebagai akibat adanya berbagai perubahan sosial-ekonomi dan kultural maupun politik, baik di negara asal maupun negara tujuan sebagai akibat proses globalisasi. Pada sisi lain, migrasi internasional akan membawa berbagai implikasi sosial-ekonomi dan politik, baik bagi negara pengirim maupun penerima. Migrasi merupakan salah satu faktor ekstern pendorong terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat (Abdullah, 1994: 12).

Beberapa peneliti mencoba memberikan gambaran mengenai migrasi penduduk, bahwa migrasi penduduk geografis atau konkritnya migrasi desa-kota merupakan salah satu strategi yang penting bagi rumah tangga miskin di pedesaan untuk “keluar” dari kemiskinannya (Mantra, 1981; Nasikun, 1984; Todaro, 1978; Effendi, T.N., 1986 dan Titus, M.J., 1988). Pernyataan para peneliti di atas dikaitkan dengan permasalahan migrasi dalam skala yang lebih luas (migrasi internasional). Untuk mengetahui jumlah dan frekuensi remittance tidaklah mudah, sebagaimana dikemukakan oleh Connel (1980: 37) bahwa sulitnya mengetahui frekuensi remittance disebabkan oleh sifat remittance yang irregular (tidak menentu).

Hasil studi ini memperlihatkan bahwa remittance yang diperoleh telah membawa banyak perubahan bagi keluarga TKI di daerah asal. Terjadi perubahan peningkatan perekonomian keluarga dan perubahan pola pikir serta perubahan  life style keluarga TKI di daerah asal. Pada konteks ini terlihat kontradiksi antara tujuan semula melakukan migrasi yang diperuntukkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup di desa dengan gaya hidup konsumtif yang tercermin pada pengadaan berbagai jenis benda yang hanya dilihat aspek nilai lebihnya saja, bukan pada nilai guna (use value). Dalam pengertian ini, uang yang dihasilkan selama bekerja di luar negeri belum teralokasi secara sistematis sebagai sebuah aset produktif yang berarti bagi kehidupan jangka panjang. Symbol status menjadi hal terpenting bagi keluarga TKI untuk menunjukkan keberhasilan bekerja di luar negeri. Studi ini menunjukkan bahwa adanya TKI ke luar negeri memiliki pengaruh nyata pada beberapa hal. Pertama, meningkatnya pendapatan keluarga menyebabkan aktivitas ekonomi khususnya bidang perdagangan di daerah asal mengalami pengingkatan. Kedua, perubahan sosial budaya. Maksudnya perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur sosial budaya termasuk di dalamnya perubahan gaya hidup, perubahan struktur keluarga, perubahan status tenaga kerja wanita, pola hubungan sosial antar generasi, dan berbagai perubahan yang diakibatkan oleh peningkatan pendidikan di daerah asal sedikit banyak dipengaruhi oleh adanya remittance yang masuk ke daerah asal. Secara umum dapat dikatakan bahwa remittance berpengaruh terhadap berbagai transformasi sosial budaya yang berlangsung di daerah asal.

Pengalaman bekerja di luar negeri bagi TKI merupakan satu potensi yang mungkin tersimulasi kembali di daerah asal. Demikian halnya dengan fenomena konsumsi, hal ini sangat erat kaitannya dengan serapan pengalaman dan pengetahuan di tempat kerja. Sedangkan faktor yang timbul dari daerah asal dapat berupa kultur kemiskinan, shock culture karena TKI mendapatkan uang yang tidak mungkin diperoleh jika hanya tinggal di daerah asal. Di samping itu adanya keinginan untuk menunjukan prestise di tengah masyarakat desa. Fenomena konsumtif keluarga TKI merupakan salah satu dampak dari penetrasi modernitas yang dikampanyekan oleh agen-agen kapitalis melalui media informasi, terutama media televisi yang sudah tidak asing lagi di daerah asal.

Mobilitas penduduk lintas batas negara merupakan fenomena yang menarik. Dalam tiga dekade terakhir, fenomena migrasi internasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan, terutama di kawasan Asia-Pasifik. Migrasi internasional tenaga kerja semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi.

Globalisasi, suatu proses di mana batas-batas antarnegara yang semakin gampang ditembus oleh lalu-lalang modal, barang, dan manusia akan semakin menjadi kenyataan sehari-hari yang tidak mungkin terhindarkan. Proses globalisasi ekonomi menyebabkan pergerakan modal dari satu negara ke negara lain menjadi semakin cepat dan mudah.

Dengan adanya globalisasi, migrasi internasional terus meningkat jumlahnya. Studi ini mengkaji masalah remittance dan perubahan gaya hidup di kalangan keluarga TKI di daerah asal. Beberapa peneliti mencoba memberikan gambaran mengenai migrasi penduduk, bahwa migrasi penduduk geografis atau konkretnya migrasi desa-kota merupakan salah satu strategi yang penting bagi rumah tangga miskin di perdesaan untuk “keluar” dari kemiskinannya (Mantra, 1981; Nasikun, 1984; Todaro, 1978; Effendi, T.N., 1986 dan Titus, M.J., 1988).

Pernyataan para peneliti di atas dikaitkan dengan permasalahan migrasi dalam skala yang lebih luas (migrasi internasional). Untuk mengetahui jumlah dan frekuensi remittance tidaklah mudah, sebagaimana dikemukakan oleh Connel (1980: 37) bahwa sulitnya mengetahui frekuensi remittance disebabkan oleh sifat remittance yang irregular (tidak menentu).

Hasil studi ini memperlihatkan bahwa remittance yang diperoleh telah membawa banyak perubahan bagi keluarga TKI di daerah asal. Terjadi perubahan peningkatan perekonomian keluarga dan perubahan pola pikir serta perubahan life style keluarga TKI di daerah asal. Pada konteks ini, terlihat kontradiksi antara tujuan semula melakukan migrasi yang diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan hidup di desa dengan gaya hidup konsumtif yang tercermin pada pengadaan berbagai jenis benda yang hanya dilihat aspek nilai lebihnya saja, bukan pada nilai guna (use value).

Dalam pengertian ini, uang yang dihasilkan selama bekerja di luar negeri belum teralokasi secara sistematis sebagai sebuah aset produktif yang berarti bagi kehidupan jangka panjang. Symbol status menjadi hal terpenting bagi keluarga TKI untuk menunjukkan keberhasilan bekerja di luar negeri.

Studi ini menunjukkan bahwa adanya TKI ke luar negeri memiliki pengaruh nyata pada beberapa hal. Pertama, meningkatnya pendapatan keluarga menyebabkan aktivitas ekonomi, khususnya bidang perdagangan di daerah asal mengalami pengingkatan. Kedua, perubahan sosial budaya. Maksudnya, perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur sosial budaya, termasuk di dalamnya perubahan gaya hidup, perubahan struktur keluarga, perubahan status tenaga kerja wanita, pola hubungan sosial antar generasi, dan berbagai perubahan yang diakibatkan oleh peningkatan pendidikan di daerah asal sedikit banyak dipengaruhi oleh adanya remittance yang masuk ke daerah asal. Dengan kata lain, dapat dikatakan secara umum berpengaruh terhadap berbagai transformasi sosial budaya yang berlangsung di daerah asal.

Pengalaman bekerja di luar negeri bagi TKI merupakan satu potensi yang mungkin tersimulasi kembali di daerah asal. Demikian halnya dengan fenomena konsumsi. Hal ini sangat erat kaitannya dengan serapan pengalaman dan pengetahuan di tempat kerja. Sedangkan faktor yang timbul dari daerah asal dapat berupa kultur kemiskinan, shock culture karena TKI memperoleh uang yang tidak mungkin diperoleh jika hanya tinggal di daerah asal. Di samping itu adanya keinginan untuk menunjukan prestise di tengah masyarakat desa. Dengan kata lain, fenomena konsumtif keluarga TKI merupakan salah satu dampak dari penetrasi modernitas yang dikampanyekan oleh agen-agen kapitalis melalui media informasi, terutama media televisi yang sudah tidak asing lagi di daerah asal.

Remittance yang diperoleh telah membawa banyak perubahan bagi keluarga migran di daerah asal. Terjadi perubahan peningkatan perekonomian keluarga dan perubahan pola pikir serta perubahan  life style keluarga TKI di daerah asal. Pada konteks ini, terlihat kontradiksi antara tujuan semula melakukan migrasi yang diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan hidup di desa dengan gaya hidup konsumtif yang tercermin pada pengadaan berbagai jenis benda yang hanya dilihat aspek nilai lebihnya saja, bukan pada nilai guna (use value). Dalam pengertian ini, uang yang dihasilkan selama bekerja di luar negeri belum teralokasi secara sistematis sebagai sebuah aset produktif yang berarti bagi kehidupan jangka panjang. Symbol status menjadi hal terpenting bagi keluarga TKI untuk menunjukkan keberhasilan bekerja di luar negeri. (*)

Penulis: Siti Mas’udah

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga

Informasi yang lebih mendetail dari tulisan ini dapat dilihat:

Journal of International Migration and Integration

https://doi.org/10.1007/s12134-019-00676-x

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).