Penguatan Himpunan Petani Pemakai Air Berpotensi Kurangi Pengangguran di Desa

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Indonesia memiliki banyak sungai besar. Namun, terkadang daerah pertanian di tepi sungai kurang beruntung. Sebab, pada musim hujan wilayah ini terkena banjir akibat luapan sungai dan musim kemarau terjadi kekeringan. Hal ini menyebabkan sektor pertanian di daerah tersebut menjadi kurang menarik bagi penduduk desa dan menyebabkan kemiskinan serta pengangguran atau setengah penganggguran.

Salah satu masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara berkembang, khususnya Indonesia adalah pengangguran dan setengah pengangguran. Menurut catatan BPS pada Mei 2018, dari 127,07 juta orang yang dipekerjakan, 7,64 persen sebagai setengah menganggur dan 23,83 persen dari pekerja paruh waktu. Namun, keberhasilan mengelola pertanian irigasi di daerah tepi sungai oleh HIPPA dengan pompanisasi berdampak pada penyerapan tenaga kerja di daerah pedesaan.

Bahkan, pada musim-musim sibuk seperti musim tanam padi, musim panen sejumlah tenaga kerja didatangkan dari luar desa. Seperti halnya, Desa Bandungrejo yang terletak di lembah Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Plumpang, dapat memanfaatkan aliran air untuk irigasi pertanian dengan menggunakan pompa.

Pengelolaan irigasi pertanian dilakukan oleh HIPPA – Himpunan Petani Pemakai Air atau Asosiasi Pengguna Air (WUA). Salah satu dampak keberhasilan HIPPA adalah membuka peluang kerja di sektor pertanian dan bukan-pertanian. Karena itu, dalam ulasan ini akan menjelaskan “Bagaimana dampak HIPPA dalam mengelola irigasi pertanian yang menciptakan peluang kerja di daerah pedesaan?”

Studi ini dilakukan mulai April 2016 hingga Desember 2017, di HIPPA Sekarpadi, Desa Bandungrejo, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pengumpulan data wawancara, obeservasi, mencari dokumen yang terkait dengan tema penelitian.

Lahan pertanian yang dikelola oleh HIPPA Sekarpadi Desa Bandungrejo seluas 206 hektare terdiri atas 193 lahan pertanian di Desa Bandungrejo, 5 hektare di Desa Plumpang, dan 8 hektare di Desa Magersari. Lahan pertanian dibagi menjadi dua, yaitu tegalan dan persawahan.

Daerah tegalan terletak di dekat Sungai Bengawan Solo yang biasanya banjir di musim hujan. Untuk sawah yang letaknya jauh dari Sungai Bengawan Solo, pada musim hujan lahan pertanian di daerah ini ditanami hortikultura yang mengandalkan air hujan. Analisis melalui dua tahap yaitu a) data yang terkumpul melalui wawancara, observasi dan dokumen  kemudian dikatagorikan; b) mengintrepretasi dan memahami data yang diklasifikasi untuk menjawab permaslahan dalam penelitian.

HIPPA Sekarpadi di Desa Bandungrejo berhasil mengelola irigasi pertanian. Keberhasilan HIPPA dalam mengelola irigasi pertanian yang berdampak pada keberhasilan pertanian dengan produktivitas tanaman yang tinggi dapat membuka peluang kerja di perdesaan. Peluang kerja di bidang pertanian dan non-pertanian untuk keluarga perdesaan.

Beberapa peluang kerja di pedesaan meliputi: a) Membuka peluang kerja yang terkait dengan pertanian. Keberhasilan HIPPA mengelola irigasi berdampak kepada usaha tani dapat dilakukan sepanjang tahun. Pada musim kemarau dapat menanam padi dengan memanfaatkan air sungai dengan pompanisasi. Pada musim penghujan petani di desa ada yang menanam hortikultura (semangka, jagung, kedelai dan lain-lainnya).

Kegiatan pertanian tersebut membuka peluang kerja untuk laki-laki dan perempuan. Jenis pekerjaan untuk perempuan misalnya buruh tanam, membersihkan rumput, dan buruh panen. Sementara, jenis pekerjaan buruh laki-laki seperti mencangkul, pupuk, pundak panen, dan lainnya. Pekerja seperti ini mulai menyiapkan lahan hingga panen. Biasanya buruh tani ini juga memiliki pekerjaan pertanian kecil atau dengan menyewa tanah; b) Membuka peluang kerja terkait dengan  kegiatan HIPPA dalammengelola irigasi pertanian.

Peluang kerja terkait pekerjaan pengelolaan irigasi pertanian seperti pengurus HIPPA adalah mereka mendapatkan honor dari organisasi. Di samping itu terkait dengan pemeliharaan dan pembangunan fasilitas irigasi pertanian. Biasanya untuk pekerjaan tersebut memerlukan tenaga kerja laki-laki;

Selanjutnya, c) Munculnya kegiatan non-farm di pedesaanseperti pedagang obat-obatan pertanian, pedagang beras; munculnya warung dan toko yang menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari, munculnya pedagang keliling yang menjajakan makanan, sayuran, buah-buahan dan lainnya; d)membuka peluang kegiatan untuk pembangunan pedesaanseperti peluang kerja dalam layanan seperti pertukangan, bangunan, transportasi atau ojek; e) dan lain-lain seperti pekerjaan jasa  (tukang ojek).

Kondisi demikian akan mendorong dinamika pembangunan pedesaan sehingga desa tidak hanya menjadi objek, tetapi sebagai subjek pembangunan. Karena itu, pemerintah diharapkan dapat mendorong pembangunan pertanian dengan memberikan dukungan untuk infrastruktur pertanian.

Penulis: Rustinsyah,R; Prasetyo,R, dan Prasetyo, D.

Informasi yang lebih mendetail dari tulisan ini dapat dilihat:

https://www.scitepress.org/PublicationsDetail.aspx?ID=5YJthQa5SKA%3d&t=1

Rustinsyah, R.; Prasetyo, R. and Prasetyo, D. (2018). HIPPA – Himpunan Petani Pemakai Air (Water User Association-WUAs) and Employment Opportunities in Rural Area – Case Study of a Village in Plumpang District, Tuban Regency.In Proceedings of the 2nd International Conference Postgraduate School – Volume 1: ICPS, ISBN 978-989-758-348-3, pages 859-865. DOI: 10.5220/0007552908590865

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).