Dari Banyuwangi untuk Indonesia Bebas Rabies 2030

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh megapolitan kompas

UNAIR NEWS – Potensi penyebaran virus rabies masih sangat tinggi di Indonesia. Sejumlah kasus masih terus menjamur di berbagai daerah, khususnya daerah-daerah yang masih belum terbebas dari rabies. Virus rabies tergolong sebagai virus yang mematikan. Dalam ilmu veteriner dikenal dengan istilah zoonosis. Dimana virus tersebut dapat ditularkan dari hewan kepada manusia maupun sebaliknya.

Berbicara mengenai rabies, tidak terlepas dari sejarah awal rabies muncul di Indonesia. Menurut catatan kementerian Pertanian Indonesia, kasus rabies pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1984  daerah di Cirebon Provinsi Jawa Barat. Dari kasus inilah sampai  sekarang, hampir seluruh wilayah Indonesia terpapar virus rabies.

Ditemui UNAIR NEWS, Arny Gusniar selaku Kepala Veteriner Group Discussion Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan PSDKU UNAIR di Banyuwangi menyatakan bahwa perilaku atau behavior masyarakat Indonesia yang menyebabkan negara ini sulit untuk mencapai bebas rabies.

“Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di pedesaan masih menggunakan anjing sebagai hewan peliharaan untuk dijadikan sebagai penjaga kebun, rumah dan sebagainya,” ujar Arny.

Arny Gusniar selaku Kepala Veteriner Group Discussion Himpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan PSDKU UNAIR di Banyuwangi. (Foto: Istimewa)

Selain itu, tambahnya, hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahui Hewan Pembawa Rabies (HPR). Kebanyakan masyarakat hanya mengenal anjing dan kucing saja yang menjadi HPR.

“Padahal masih ada beberapa hewan lain yang jarang disadari oleh masyarakat yang merupakan HPR, yaitu monyet, kera, kelelawar, rakun, serigala, dan singung,” tandasnya.

Pada akhir, Arny menyebut, mahasiswa sebagai kaum akademisi, melalui Tridharma Perguruan tinggi dapat melakukan beberapa upaya dalam mendukung Indonesia bebas rabies tahun 2030. Pendidikan dan pengajaran yang didapatkan di bangku perkuliahan menjadi modal bagi lulusan dokter hewan agar bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat.

Selain itu, lanjut Arny, penelitian dan pengembangan riset mengenai rabies merupakan hal yang tidak bisa dianggap sepele. Berbagai produk vaksin rabies lahir dari hasil riset dan penelitian. Selanjutnya, pengabdian kepada masyarakat merupakan bentuk nyata yang diberikan oleh mahasiswa maupun lulusan dokter hewan untuk mewujudkan Indonesia bebas rabies 2030.

”Peran dari semua stakeholder menjadi kunci keberhasilan untuk mewujudkan Indonesia bebas rabies 2030,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Caption: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).