Beragam Keuntungan Pengolahan Limbah Cair Mengandung Logam Aluminium

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi pengelolaan limbah cair. (Sumber: Training SDM)

Aluminium adalah elemen logam paling melimpah yang umumnya dimanfaatkan sebagai peralatan rumah tangga. Aluminium juga digunakan sebagai koagulan dalam proses pengolahan air dan air limbah. Pemanfaatan aluminium yang besar juga menghasilkan limbah aluminium yang masif. Beberapa limbah aluminium, yang dikenal sebagai dross, abu, skrap dan foil umumnya didaur ulang oleh industri penghasil aluminium sekunder. Biasanya, jenis industri ini berskala rumah atau skala kecil. Karena skalanya, penanganan limbah yang dihasilkan umumnya masih sangat kurang.

Beberapa contoh kontaminasi aluminium adalah perubahan warna air tanah, penurunan kesuburan tanah, dan kematian biota di badan air yang terkontaminasi. Pemeriksaan lebih lanjut dan hubungannya dengan kesehatan manusia menunjukkan pembentukan kompleks dengan DNA dan hubungan silang dengan protein. Paparan aluminium juga terbukti menjadi penyebab penyakit seperti perubahan akuisisi dan retensi perilaku pada anak-anak serta terkait dengan Alzheimer dan Down Syndrome.

Peranan teknologi sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Metode fisik-kimia untuk menangani kontaminasi aluminium secara luas diterapkan dalam skala industri, tetapi dianggap tidak cukup efisien dalam industri skala kecil karena banyaknya kebutuhan pereaksi kimia, investasi modal yang relatif tinggi dan penanganan residu pasca proses. Dengan demikian, ada sebuah urgensi untuk menyediakan teknologi pengolahan aluminium yang dapat digunakan untuk semua skala aplikasi.

Dari permasalahan tersebut, pengolahan biologis menjadi alternatif yang menjanjikan untuk diterapkan di semua skala kontaminasi. Bioaugmentasi, penambahan biakan mikroba pra-tumbuh untuk meningkatkan efisiensi pengolahan, adalah metode yang dikenal luas untuk diterapkan dalam mengolah kontaminasi logam. Teknologi ini biasanya digunakan untuk mengolah pencemaran logam dalam air, sedangkan aplikasi metode ini dalam mengolah tanah terkontaminasi logam masih belum banyak diadopsi. Penerapan metode ini juga dianggap menguntungkan secara ekonomi karena potensi recovery logam setelah proses pengolahan.

Dua spesies bakteri, Brochothrix thermosphacta dan Vibrio alginolyticus, diisolasi dari lingkungan yang terkontaminasi aluminium. Kedua spesies ini digunakan untuk mengolah air limbah dan tanah yang terkontaminasi aluminium menggunakan metode bioaugmentasi. B. thermosphacta menunjukkan removal aluminium tertinggi sebesar 57,87±0,45%, sementara V. alginolyticus dapat menyisihkan aluminium hingga 59,72±0,33% dari air limbah. Untuk tanah yang terkontaminasi aluminium, B. thermosphacta dan V. alginolyticus, menunjukkan removal masing-masing hanya 4,58±0,44% dan 5,48±0,58%.

Metode bioaugmentasi lebih cocok digunakan untuk mengolah aluminium dalam air limbah dibandingkan dengan tanah yang terkontaminasi. Pemisahan biomassa yang dihasilkan setelah pengolahan air limbah jauh lebih mudah dan dapat diterapkan jika dibandingkan dengan penanganan biomassa yang dihasilkan dari proses pengolahan tanah yang terkontaminasi. Sebanyak 48,55±2,45% dan 40,12±4,55% aluminium dapat di-recovery dari biomassa B. thermosphacta dan V. alginolyticus dengan konsentrasi aluminium awal dalam air limbah sebesar 100 mg/L. (*)

Penulis:Muhammad Fauzul Imron, Setyo Budi Kurniawan

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat di:

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0301479719311302?dgcid=author

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).