Penggunaan Alat Pelindung Telinga pada Siswa SMK Perlu Ditekankan

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh blog.klikmro.co

Gangguan pada sistem pendengaran tentu mengganggu di kehidupan sehari-hari. Menurut WHO (2013), terganggunya pendengaran dapat mempengaruhi dari sisi sosial, komunikasi, bahkan emosional penderita. Tak hanya itu, WHO juga mengungkapkan bahkan perekonomian pada suatu negara juga dapat terkena imbasnya. Penuaan dapat menyebabkan terjadinya gangguan ini. Namun, tak hanya penuaan yang dapat menyebabkannya tetapi faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi sistem pendengaran. Salah satu faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebisingan.

Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak nyaman, tidak dinginkan, dan terlalu keras untuk didengar. Sehingga kebisingan tentu dapat menganggu kesehatan pendengarnya, baik dari kondisi fisik maupun psikologis. Gangguan pada sistem pendengaran yang disebabkan paparan kebisingan disebut Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Paparan kebisingan yang melewati ambang batas yang bisa didengar manusia akan menyebabkan kerusakaan mekanis dan gangguan metabolit (salah satunya meningkatnya produksi radikal bebas). Radikal bebas yang dihasilkan dikenal sebagai Reactive Oxygen Species (ROS). ROS merupakan suatu senyawa yang reaktif dan memicu terjadinya kerusakan dan kematian sel rambut di koklea yang berfungsi untuk mengirimkan suara.

Suatu studi menunjukkan bahwa siswa SMK ternyata memiliki resiko terkena NIHL. Di Indonesia, perhatian terhadap paparan kebisingan pada siswa SMK masih terbatas. Beberapa SMK masih belum menekankan penggunaan alat pelindung telinga. Hal ini berbeda di lingkungan kerja maupun perusahaan yang sering terpapar kebisingan. Jika di lingkungan kerja, pegawai biasanya lebih diperhatikan dari sisi kesehatan, seperti adanya asuransi kesehatan, pemeriksaan berkala dan disediakan alat pelindung telinga.

Hal ini menjadi salah satu alasan bagi dr. Vera Melyani untuk meneliti apakah siswa SMK memiliki kadar ROS yang meningkat sehingga memicu terjadinya NIHL. Tidak kurang dari 46 siswa SMK menjadi subjek pada studi ini. Siswa yang diikutsertakan merupakan siswa yang terpapar oleh kebisingan dan memenuhi kriteria. Siswa dengan gangguan telinga bagian tengah dan luar, gangguan kognitif (sulit berkomunikasi), merokok dan mengkonsumsi alkohol tidak diikutsertakan. Sehingga jika memang siswa memiliki gangguan pada sistem pendengaran maka diharapkan hasilnya memang dikarenakan paparan kebisingan. Lebih tepatnya, paparan kebisingan akibat mesin atau alat yang digunakan saat siswa melakukan praktikum. Paparan tersebut jika terjadi terus menerus tanpa disadari akan memicu terjadinya penurunan fungsi pendengaran. Penggunaan alat pelindung telinga bagi siswa SMK pun semakin mempercepat proses ini terjadi.

Dr. Vera menggunakan audiometri pada penelitian ini, audiometri sendiri merupakan salah satu alat pemeriksaan untuk pendengaran yang paling sensitif. Pemeriksaan untuk ROS diambil melalui pemeriksaan darah. Dari kedua pemeriksaan yang didapatkan ternyata memang ROS dan gangguan pendengaran memiliki hubungan. Pada siswa SMK didapatkan kadar ROS yang tinggi di dalam darah. ROS yang tinggi ini seperti yang sebelumnya dijelaskan merupakan hasil reaksi tubuh akibat paparan kebisingan. Oleh karenanya, Dr. Vera berharap penelitian ini dapat dikaji lebih dalam dan yang terpenting dan dapat diimplementasikan oleh pembuat kebijakan. Alat pelindung untuk telinga sudah seharusnya digunakan. Jika diperlukan bahkan dibuat aturan yang mewajibkan siswa untuk menggunakannya. Karena siswa SMK tidak menyadari salah satu sistem indera mereka dapat menurunkan fungsinya hanya dikarenakan kelalaian sendiri. Tentunya, pihak SMK juga perlu menyediakan alat pelindungnya.

Mengapa hal ini perlu sangat diperhatikan? Biasanya gangguan pendengaran akibat kebisingan berada pada stadium irreversible, kondisi fungsi pendengaran yang tidak dapat kembali pada keadaan semula. Jika para siswa SMK tersebut memiliki gangguan pendengaran yang bersifat irreversible, tentunya produktivitas mereka akan terganggu di masa yang akan datang. Bayangkan, berapa banyak siswa SMK yang masih belum konsisten atau bahkan tidak sama sekali menggunakan alat pelindung untuk telinga? Tentunya akan berdampak besar negara jika dilihat dari sudut pandang jangka panjang.

Pada penelitiannya, Dr. Vera juga mengungkapkan adanya hal yang perlu diingat bahwa senyawa ROS yang muncul di darah juga dapat disebabkan proses inflamasi, hipertensi, diabetes mellitus, dyslipidemia, dan penyakit jantung koroner yang terkontrol. Sehingga jika penelitian ini ingin dilanjutkan dan lebih diperdalam lagi, diharapkan faktor-faktor diatas juga diperhatikan.

Penulis : Vera Melyani, Nyilo Purnami, Rizka Fathoni Perdana, Dhany Arifianto, Ainun Nadiroh

Informasi detail tentang penelitian dapat dilihat di :

http://www.envirobiotechjournals.com/article_abstract.php?aid=9733&iid=277&jid=4

Vera Melyani, Nyilo Purnami, Rizka Fathoni Perdana, Dhany Arifianto, Ainun Nadiroh. Correlation Between Reactive Oxygen Species with Noise Induced Hearing Loss in Automotive Vocational School Student. Vol 38, August Suppl Issue; Page No.(S109-S113)

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).