Profil Kadar CXCL 10 Serum pada Pasien Vitiligo

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

Vitiligo adalah kelainan pigmentasi kulit, seringkali bersifat progresif dan familial, ditandai oleh makula hipopigmentasi pada kulit yang asimtomatik.  Vitiligo merupakan penyakit yang diturunkan dengan patogenesis kompleks dan belum dipahami dengan baik sehingga evolusi penyakit tidak dapat diprediksi dan hasil terapi seringkali tidak memuaskan.

Beberapa teori yang mengungkapkan tentang patogenesis vitiligo. Di antaranya adalah teori mengenai imun, genetik, saraf, biokimia, stres oksidatif, infeksi virus, dan mekanisme pelepasan melanosit.Dalam mengatur sel imun, kemokin memiliki peran penting sebagai kemotaksis atau kemokinesis leukosit.

Kemokin adalah protein kecil dengan berat molekul antara 8 hingga 10 kD yang bersama reseptornya merupakan suatu mediator penting dari lalu lintas seluler. Kemokin CXCL10 merupakan salah satu dari tiga ligan reseptor CXCR3 yang memiliki efek kemotaksis pada berbagai sel imun. Beberapa penelitian menemukan tingginya kadar CXCL10 pada serum pasien dengan vitiligo. Peran kemokin CXCL 10 pada vitiligo masih belum banyak diketahui dan dipelajari.

Berdasar pertimbangan tersebut, kami mengadakan penelitian untuk memperoleh informasi dan data mengenai profil kadar CXCL 10 serum pada pasien vitiligo di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr Soetomo Surabaya. Pada penelitian ini, kami membandingkan kadar CXCL 10 serum pada pasien vitiligo berdasar jenis kelamin, umur, dan lama menderita vitiligo. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan meningkatkan keberhasilan pengobatan vitiligo di masa yang akan datang.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik cross-sectional yang bertujuan untuk mengevaluasi kadar CXCL 10 serum pada pasien vitiligo. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling dengan mengambil setiap penderita yang didiagnosis sebagai vitiligo di URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD. Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Mei 2018 sampai Agustus 2018.

Kriteria penerimaan sampel, yaitu pasien vitiligo berusia di atas 15 tahun, belum pernah mendapatkan terapi atau hanya mendapat terapi topikal dalam 3 bulan terakhir, bersedia ikut serta dalam penelitian dan menandatangani informed consent. Jumlah keseluruhan sampel didapatkan sebanyak 16 pasien dengan jumlah subjek penelitian laki-laki sama dengan perempuan. Pencatatan data dalam penelitian ini meliputi anamnesis untuk menentukan data dasar dan penyakit dasar, pemeriksaan fisik, dan dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah untuk memeriksa kadar CXCL 10 serum dengan metode ELISA.

Pada penelitian ini, kami membandingkan kadar CXCL 10 serum pada pasien vitiligo berdasar jenis kelamin, umur, dan lama menderita vitiligo. Umur dikategorikan menjadi 5 kelompok, yaitu 15-24 tahun; 25-34 tahun; 35-44 tahun; 45-54 tahun; dan 55-64 tahun. Lama menderita vitiligo juga dikategorikan menjadi 5 kelompok, yakni <6 bulan; 6-12 bulan; >1-5 tahun; >5-10 tahun; dan  ≥ 10 tahun.

Hasil dari penelitian ini didapatkan kadar maksimum CXCL 10 serum pada perempuan, yaitu 27.047 pg/mL. Sementara pada laki-laki adalah 276.545 pg/mL. Dari hasil uji Mann Whitney didapatkan nilai asymp sig sebesar 0.600, yang artinya tidak ada perbedaan bermakna antara CXCL 10 serum laki-laki dan perempuan.

Berdasar kelompok umur, didapatkan rata-rata kadar CXCL 10 serum pada pasien vitiligo tertinggi pada kelompok umur 55-64 tahun, yaitu 276.545 pg/mL. Dari hasil uji Pearson didapatkan nilai sig sebesar 0.061 yang artinya tidak ada hubungan bermakna antara umur dengan kadar CXCL 10 serum. Sedangkan berdasar distribusi lama menderita vitiligo, didapatkan hasil kadar CXCL 10 serum tertinggi pada kelompok >1-5 tahun dengan nilai median 26.130 pg/mL, dan rerata 87.031 pg/mL. Berdasar median, didapatkan kadar CXCL 10 serum pada kelompok lama menderita vitiligo <6 bulan, 6-12 bulan, dan >1-5 tahun mengalami peningkatan, sedangkan pada kelompok lama menderita vitiligo >5-10 tahun dan ≥ 10 tahun mengalami penurunan. Tetapi pada penelitian ini tidak dipaparkan korelasi antara kadar CXCL 10 serum dengan lama menderita vitiligo.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan bermakna antara kadar CXCL 10 serum pada laki-laki dan perempuan, tidak ada hubungan bermakna antara kadar CXCL 10 serum dengan umur, serta didapatkan hasil kadar CXCL 10 serum tertinggi pada kelompok lama menderita vitiligo >1-5 tahun.

Peran CXCL 10 pada penyakit vitiligo masih belum banyak diketahui dan diteliti hingga saat ini, sehingga masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui peran CXCL 10 pada vitiligo agar dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan vitiligo di masa yang akan datang.

Penulis: dr. Diah Mira Indramaya, Sp.KK(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:
https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/11214/pdf

Artikel asli: Profil Kadar CXCL 10 Serum pada Pasien Vitiligo Di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit Dan Kelamin RSUD Dr Soetomo Surabaya (Original article : Profile of The Amount of Serum CXCL 10 At Outpatient Clinic Soetomo Hospital)

Ardhiah Iswanda Putri, Sawitri, Diah Mira Indramaya

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).