FKM UNAIR Dukung Upaya Wujudkan Kampus Inklusif

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Wakil Retor IV UNAIR Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt. ketika memberikan sambutan sekaligus membuka acara Simposium Nasional bertajuk “Menuju Kampus Ramah Difabel” pada Rabu (18/9/1) di R. Aula Nanizar Zaman Joenoes, Fakultas Farmasi, Kampus C, UNAIR. (Foto: Ulfah Muammarotul)

UNAIR NEWS – Sebagai upaya pendukung terwujudnya kampus inklusif, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan Simposium Nasional bertajuk “Menuju Kampus Ramah Difabel” pada Rabu (18/9/1) di R. Aula Nanizar Zaman Joenoes, Fakultas Farmasi, Kampus C, UNAIR. Dalam simposium itu, tidak segan FKM UNAIR mengundang pembicara dari La Trobe University-Australia dan Universitas Brawijaya sebagai bentuk pembelajaran.

Acara yang terbagi menjadi dua sesi itu, menghadirkan nara sumber dari berbagai lini baik dosen maupun mahasiswa. Yakni, sesi pertama Dr. Dina Afrianty (La Trobe University, AIDRAN); Slamet Tohari, MA., (Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya); dan sesi kedua Alfian Andhika (Mahasiswa Difabel Departemen Antropologi, FISIP UNAIR); Dr. Dwi Prasetyo (Koordinator Relawan Mahasiswa Berkebutuhan Khusus); serta Prof Dra. Myrtati Dyah Artaria, MA., (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNAIR).

Wakil Retor IV UNAIR Junaidi Khotib, S.Si., M.Kes., Ph.D., Apt. turut hadir dan membuka acara tersebut. Dalam sambutannya, Junaidi menyampaikan bahwa UNAIR telah mengusahakan pendorongan bagi penderita disabilitas akan medapatkan hak yang sama, baik pendidikan maupun fasilitas.

Pertemuan ini, diharapkan dapat merumuskan gagasan maupun rancangan implementasi yang bisa diterapkan oleh seluruh pihak di UNAIR.

“Dengan demikian, mahasiswa atau sivitas akademika yang difabel atau bukan, mereka bisa merasakan Universitas Airlangga ini sebagai rumah mereka,” ungkapnya.

Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S. Dekan FKM UNAIR juga mengatakan, dengan terselenggaranya simposium itu, seluruh pihak di UNAIR akan semakin banyak persiapan dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi calon mahasiswa disabilitas. Diharapkan, dari FKM UNAIR sendiri, dapat lebih mempersiapkan diri baik dalam hal proses pembelajaran, fasilitas, dan juga proses pendampingan.

Slamet Tohari, MA., penggagas Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB) dalam materinya sempat menyampaikan bahwa penyandang disabilitas membutuhkan lembaga dan sarana pendukung, salah satunya dalam bidang pendidikan. Namun dalam praktik menjalankan perguruan tinggi inklusif, juga memerlukan upaya yang ekstra.

Slamet Tohari, MA., penggagas Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB) ketika memberikan materinya tentang Hambatan dan Strategi untuk Mewujudkan Kampus Ramah Difabel: Belajar dari Universitas Brawijaya. (Foto: Ulfah Muammarotul)

Upaya yang dapat dilakukan seperti,  mempersiapkan jalur khusus penerimaan mahasiswa disabilitas, memberi dukungan bagi mahasiswa difabel seperti pendampingan, membuat pelatihan tentang disability awareness, membuka inovasi pengajaran bagi dosen yang ditujukan untuk mahasiswa disabilitas, dan pemberian reward bagi pihak pendukung disabilitas di kampus.

“Menjadi kampus inklusif itu menyenangkan, akan banyak penelitian dan inovasi yang masuk, terutama dalam hal pengembangan,” ujarnya. (*)

Penulis : Ulfah Mu’amarotul Hikmah

Editor : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).