Menjawab Stereotip sebagai Ilmu ‘Kuno’, Mahasiswa BATTRA Gelar Seminar BAXIE

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Prof. Dr. Ir. Suhariningsih saat memaprkan materinya kepada para peserta seminar. (Foto : Nikmatus Solikhah)

UNAIR NEWS – Ilmu tentang pengobatan tradisional sering kali dianggap sebagai ilmu kuno yang akhirnya orang yang mempelajarirnya akan menjadi dukun. Untuk menjawab stereotip itu, Himpunan Mahasiswa Program Studi Pengobatan Tradisional (HIMA BATTRA) Fakultas Vokasi (FV) menggelar seminar BATTRA Exciting in Educating and Profession (BAXIE)” pada Sabtu (14/09/2019). Bertempat di aula FV, seminar itu diselenggarakan untuk menambah wawasan tentang luasnya dunia BATTRA dan menjadi bekal bagi mahasiswa BATTRA sendiri untuk berkontribusi di era revolusi industri dengan mengembangkan usaha di bidang pengobatan tradisional.

Seminar yang mengangkat tema “Peran dan Potensi Pengobatan Tradisional dalam Meningkatkan Kesehatan dan Wirausaha di Era Revolusi 4.0” itu menghadirkan tiga pembicara yang di bidang pengobatan herbal. Ketiga pembicara itu adalah Prof. Dr. Ir. Suhariningsih selaku Ketua Program Studi D4 BATTRA, Dr. idris LaTerra ND, BHsc., DipClinAromMed, DipFormChem; dan Hartaty Larasaty selaku owner Jamu Sangkuriang.

Dalam sambutannya saat membuka seminar, Ketua Program Studi D3 BATTRA, Maya Septriana, S.Si., Apt., M.Si menyatakan bahwa mahasiswa BATTRA setelah lulus diharapkan mampu membuka startup pada bidang pengobatan tradisional. “Jangan mau terus-terusan dianggap kalau mahasiswa BATTRA ini nantinya menjadi dukun, kalian harus buktikan kalau lulusan BATTRA juga mempunyai peluang yang bagus di era Industri 4.0 dengan menjadi seorang wirausaha,” jelasnya.

Menjadi pembicara pertama, Prof Suhariningsih menjelaskan bahwa pengobatan tradisional di luar negeri sudah berkembang cukup pesat, namun di Indonesia sendiri masih sangat lamban. Bahkan tak sedikit pula yang menganggap bahwa ilmu tentang BATTRA itu kuno. Sehingga hal itu menjadi tugas tersendiri bagi mahasiswa BATTRA untuk menjawab stereotip tersebut dengan menjadi tenaga kerja professional di bidang pengobatan tradisional dan menunjukkan hasil yang berkualitas.

“Jangan berikan terapi dengan sembarang, setiap langkah kalian sebagai tenaga pengobatan tradisional harus dilandasi alasan yang kuat karena masyarakat kita semakin kritis. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat pada BATTRA akan meningkat,” paparnya.

Sementara itu, Dr. Idris sebagai pembicara terakhir menuturkan bagaimana Indonesia mempunyai potensi yang sangat bagus untuk dunia perobatan tradisional melalui tanaman herbalnya. Dia juga memaparkan bahwa harga satu ruas tanaman temu hitam yang begitu banyak di Indonesia dihargai 5jt di Australia.

Over 50% of all pharmaceutical drugs is found in plants, and Indonesia as tropical country has so many plants which can be used as solution to treat for various diseases,” ungkap Dr. Idris.

Penulis : Nikmatus Sholikhah

Editor  : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).