Dewi Nur Aisyah Imbau Mahasiswa Milenial Tidak Terjerumus Dampak Negatif Arus Globalisasi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
DEWI Nur Aisyah, Ph.D (kiri) ketika menjawab pertanyaan salah satu peserta seminar pada Sabtu (14/09/2019) di Aula Fadjar Notonegoro FEB UNAIR. (Foto : Dita Aulia Rahma)

UNAIR NEWS – Dewi Nur Aisyah, Ph.D merupakan alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) pada tahun 2009. Dia menjadi mahasiswa berprestasi dan melanjutkan studi S2 di Imperial College London serta S3 di University College London dengan menerima beasiswa. Dewi juga berhasil menerbitkan 3 buku yang berjudul “Awe-Inspiring Me”, “Shalihah Mom’s Diary”, dan “Awe-Inspiring Us”.

Dalam kesempatannya menjadi pemateri di acara Seminar Kemuslimahan, yang diselenggarakan oleh Moslem Students Association of Economics and Business Faculty (MOSAIC) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR). Dia memberikan tips kepada mahasiswa milenial agar tidak terjerumus terhadap dampak negatif arus globalisasi. Ia berpesan kepada mahasiswa untuk lebih memahami ilmu aqidah dan ilmu tauhid agar tidak jatuh pada keburukan.

“Kunci pertama adalah tauhid, ketika tauhidnya sudah kuat mau ada apapun, angin kencang globalisasi tidak akan menggoyahkan kita,” ucapnya.

Selain itu, ia juga menuturkan betapa pentingnya kedekatan seorang anak dengan kedua orang tuanya. Bercerita merupakan salah satu cara orang tua untuk tetap dekat dengan anaknya. Sehingga dapat mencegah anak terjerumus pada hal-hal buruk.

“Ketika aqidahnya tidak kuat dan kedekatan dengan orang tua tidak ada, seorang anak bisa lepas dan hilang. Ketika aqidahnya belum kokoh, mereka (anak, Red) tidak tau harus bagaimana, banyak terpaan dari luar, mereka akan terbawa oleh arus,” tuturnya.

Dia juga menambahkan perlunya proteksi bagi diri sendiri agar tidak mudah terbawa arus globalisasi. Salah satunya adalah dengan tidak mudah terbawa arus oleh berita-berita hoax serta kembali pada Al-Quran dan sunnah.

“Kita harus punya proteksi yang sangat kuat minimal dari kita sendiri, yang pertama tidak terbawa dengan hoax, itu wajar. Yang kedua, kembalikan perbedaan yang ada pada Al-Quran dan sunnah, selesai. Bagi saya tidak perlu membesarkan perbedaan ketika kita memiliki banyak persamaan,” pungkasnya.

Sebagai penutup pada acara seminar kemuslimahan yang diselenggarakan pada Sabtu (14/09/2019) di Aula Fadjar Notonegoro Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR tersebut, Dewi kembali berpesan agar mahasiswa terus belajar untuk memahami tauhid, ilmu fiqih, dan Al-Quran karena ketiga hal itu adalah yang utama bagi kehidupan. (*)

Penulis : Dita Aulia Rahma

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).