Hambat Aktivitas Proliferasi Sel Kanker dengan Serum Berudu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi Artikel Ilmiah oleh Feri Fenoria

UNAIR NEWS – Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian nomor satu di dunia adalah kanker. Sel kanker pada dasarnya adalah sel normal yang mengalami perubahan menjadi ganas karena kelainan genetik, sehingga menyebabkan pembelahan sel di luar kendali.

Mutasi gen pada sel kanker ini dapat meningkatkan proliferasi sel dan resistensi terhadap mekanisme apoptosis (kematian sel yang terprogram). Namun, di dalam tubuh hewan memiliki sistim molekuler yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.

Dari peluang tersebut, Muhammad Thohawi Elziyad Purnama, drh., M.Si. bersama Imas Hapsari Rahmaningtyas, Arlian Reza Pratama, Zeni Prastika, Anjani Marisa Kartikasari, dan Nur Probowo Dwi Cahyo melakukan penelitian terkait cara menghambat pertumbuhan sel kanker.

“Serum berudu dipilih karena memiliki hormon tiroksin. Hormon tiroksin ini mampu meningkatkan ekspresi gen terkait proliferasi, diferensiasi sel, dan perkembangan tubuhnya,” ujar dosen Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) tersebut.

Muhammad Thohawi Elziyad Purnama, drh., M.Si. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Penelitian yang berjudul “Aktivitas Serum Kecebong (Rana catesbeiana) di Caspase-3 sebagai Penanda Peran Apoptosis dan Total Limfosit T Sitotoksik pada Sel Epitel Tikus Albino yang Diinduksi  Neoplasia” ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan. Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini yaitu  tikus jantan dari galur Sprague Dawley sebanyak 20 ekor.

Tikus yang digunakan di induksi menggunakan reagen kanker yaitu DMBA (Sigma-Aldrich® dengan nomor CAS 57-97-6). Induksi dilakukan sebanyak dua kali setiap minggu selama lima minggu dengan dosis sebanyak 20 mg /tikus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil yang didapatkan yaitu konsentrasi 100% dari serum berudu dapat menurunkan aktifitas proliferasi sel kanker karena hormon tiroksin yang dikandungnya. Hal ini dibuktikan setelah dilakukan uji Imunohistokimia, yang hasilnya menunjukkan adanya warna cokelat yang menandakan adanya apoptosis. Adanya warna cokelat tersebut karena diwarnai oleh Caspase 3 sehingga terlihat warna cokelat.

“Saya dan tim sangat berharap penelitian yang kami lakukan dapat dimanfaatkan dengan baik. Sehingga serum berudu ini dapat menjadi alternatif pengobatan kanker. Tentunya dengan biaya yang reatif lebih murah, jika dibandingkan dengan pengobatan kanker melalui operasi dan nanoteknologi,” tutupnya.

Penulis: Dian Putri Apriliani

Editor: Nuri Hermawan

Link terkait artikel tersebut: https://www.researchgate.net/publication/330302762_Tadpole_serum_activity_Rana_catesbeiana_in_caspase-3_as_a_marker_of_the_role_of_apoptosis_and_total_cytotoxic_T_lymphocytes_in_albino_rats’_epithelial_cells_induced_by_Neoplasia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).