Kuliah Tamu FKH PSDKU Bahas Mengenai “Hewan Coba dan B3”

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Dr. Iwan Sahrial Hamid, drh., M.Si. dalam penyampaian materi Hewan Coba. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS  – Dokter hewan merupakan profesi yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebagai mahasiswa FKH, tentu akan dihadapkan pada percobaan dan penelitian. Dalam beberapa tahun kebelakang, penelitian yang menggunakan hewan coba semakin gencar dilaksanakan, apalagi di luar negeri. Untuk menjawab hal itu, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Program Studi di Luar Kampus Utama di Banyuwangi mengadakan kuliah tamu pada Selasa (4/9).

Bertempat di ruang sidang Kampus Giri,  PSDKU UNAIR di Banyuwangi, hadir pemateri pertama yaitu Dr. Iwan Sahrial Hamid, drh., M.Si. (Kepala Program Studi Kedokteran Hewan PSDKU UNAIR di Banyuwangi). Selanjutnya yaitu Dr. RondiusSolfaine, drh., M.P., APVet (Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Wijaya Kusuma Surabaya). ketiga yaitu Tita Sulystiawati, S. Si (UPT Pengujian Mutu dan Pengembangan Produk Kelautan dan Perikanan Banyuwangi).

Diawal penyampaian materi, dokter Iwan menyebut, yang dimaksud dengan hewan coba laboratorium adalah hewan yang dipelihara khusus sebagai hewan percobaan, penelitian, pengujian, pengajaran, dan penghasil bahan biomedik ataupun dikembangkan menjadi hewan model untuk penyakit manusia.

Riset berkelanjutan, terangnya, akan selalu menuju pada hewan coba laboratorium yang lebih spesifik. Hewan coba laboratorium  yang lazim digunakan seperti mencit, tikus, kelinci, babi dan kera. Dalam pelaksanaanya harus memegang teguh pada kode etik dan konsep animalwelfare.

“Hal yang harus dipahami dalam pengenalan hewan coba laboratorium yaitu prinsip dan spesifikasi dari penggunaan hewan coba tersebut,” tambahnya.

Selanjutnya, ia juga menjelaskan bahwa, prinsip penelitian menggunakan hewan coba yang biasa digunakan yaitu untuk uji penggunaan obat, produktivitas dan sebagainya. Selain itu, ia juga menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu umur, strain, kesehatan, dan kecocokan dengan bahan yang akan diinduksikan menjadi hal yang tidak boleh dilupakan.

Untuk ke depannya, ia berharap supaya bisa mendatangkan dokter hewan yang ahli di bidang akupunktur hewan, forensik, formulasi pakan, dan sebagainya. Ini semua sebagai bentuk motivasi dan dorongan untuk mahasiswa agar bisa mengembangkan diri setelah menjadi dokter hewan.

Dalam materi kedua yang disampaikan oleh Dr. RondiusSolfaine, drh., M.P., APVet., dijelaskan bahwa dalam penggunaan hewan coba seperti mencit dan tikus, untuk pertama kali, hal yang harus ditemukan yaitu kriteria inklusi hewan coba, jenis kelamin, berat badan, strain. Selanjutnya yaitu menentukan variabel atau parameter yang akan diukur dan menentukan organ target penelitian.

“Sejatinya, dalam satu penelitian kita bisa mendapatkan beberapa variabel yang berbeda, karena dalam penggunaan hewan coba laboratorium, kita bisa mengamati beberapa organ yang berbeda,” ujarnya.

Setelah dilakukan, lanjutnya, pengujian menggunakan hewan coba. Kemudian, langkah selanjutnya yaitu pembuatan preparat, baik itu dalam bentuk preparat histopatologi, imunohistokimia dan sebagainya.

“Dari sini kita dapat mengetahui apakah pengujian yang lakukan berhasil atau tidak,” pungkasnya. (*)

Penulis: Muhammad Suryadiningrat

Editor: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).