Gencarnya Revolusi Industri 4.0, Potensi Matikan Pasar Media Cetak

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Rosihan Choirul Anwar selaku Redaktur media cetak Harian Bangsa saat menjelaskan revolusi industri 4.0 pada

UNAIR NEWS – Revolusi Industri 4.0 membawa beragam perubahan dan kemudahan bagi masyarakat saat ini. Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla memprediksi bahwa 8 hingga 18 juta pekerjaan akan didisrupsi oleh digital. Namun, akses kemudahan itu juga menimbulkan sejumlah masalah, salah satunya yaitu masalah dalam arus pemberitaan di media massa. Hadirnya revolusi industri telah mengubah cara penyampaian berita dari media cetak beralih ke digital. Akibatnya, terjadi persaingan yang cukup ketat antara media massa cetak dan online.

Dalam acara Seminar Jurnalistik yang diselenggarakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Fakultas Farmasi (Farmapos) Universitas Airlangga (UNAIR) pada Sabtu (07/09/2019). Rosihan Choirul Anwar menyatakan bahwa Revolusi Industri secara tidak langsung telah membunuh media cetak. Dengan kemudahan informasi dan kecepatan publikasi yang dapat diakses melalui internet, tingkat penjualan media cetak mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pelanggan media cetak lebih memilih menggunakan gadget nya untuk mengeksplorberita dari belahan dunia.

“Setiap pagi, saat bangun tidur hal pertama yang dicari hampir semua orang adalah gadget. Dari fitur sosial media dan kemudahan akses internet yang ada pada gadget itu, mereka bisa mendapatkan banyak informasi dan berita terbaru. Sehingga media cetak seperti koran semakin tersingkirkan,” jelasnya.

Selain itu, produksi dalam penerbitan media cetak juga mengalami masalah. Redaktur media cetak Harian Bangsa itu menuturkan bahwa iklan produk, properti, dan mobil yang dulu diandalkan sebagai pemasukan oleh media cetak kini telah diambil alih oleh layanan iklan gratis android. Akibatnya, media massa berbasis kertas mengalami berat pada ongkos penerbitan.

Rosihan juga menjelaskan bahwa dengan kemudahan digital saat ini, setiap generasi bisa menjadi wartawan. Akses informasi yang begitu cepat dalam hitungan detik membuat hampir setiap orang dapat menulis dan mempublikasikan berita secara online. Sehingga hal itu menyebabkan kedudukan profesi wartawan semakin lama akan tergeser.

“Orang yang belajar menjadi wartawan selama bertahun-tahun akan tergantikan posisinya dengan kehebatan arus informasi saat ini. Kemudahan dalam mengakses big data membuat setiap orang mampu menulis dan mempublikasikan berita,” terangnya.

Selanjutnya, Rosihan juga menjelaskan bahwa kemudahan publikasi berita dalam media online menyebabkan nilai berita atau news value nya kurang. Meskipun berita dalam media online cenderung lebih menarik pembaca dibandingkan media cetak, namun penulisan beritanya cenderung singkat, ringkas, dan kevalidan datanya kurang dibahas secara mendalam.

Penulis : Nikmatus Sholikhah

Editor  : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).