Menelisik Perbandingan Kolonisasi Staphylococcus Aureus

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Jenner Institute

Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit keradangan kronik pada kulit yang terjadi pada sepertiga dari anak- anak di seluruh dunia. Di Indonesia, DA masih menempati peringkat pertama dari sepuluh besar penyakit kulit pada anak. Peran mikrobiom kulit yang begitu kompleks pada dermatitis atopik is being elucidated. Interaksi antara defek sawar kulit dan faktor imunologi akan mengubah mikrobiom kulit, dan meningkatkan kolonisasi Staphylococcus aureus. Beberapa penelitian telah banyak membahas keberadaan Staphylococcus aureus pada kulit pasien DA dalam keadaan eksaserbasi yaitu memeriksa area kulit lesi pasien DA dibandingkan area non-lesi (dengan jarak beberapa sentimeter dari tepi lesi), atau membandingkan area lesi pasien DA dengan kulit pasien kontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kolonisasi Staphylococcus aureus pada kulit antekubiti anak dengan DA non-eksaserbasi dan kulit anak sehat non-DA.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik observasional potong lintang di Unit Rawat Jalan Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya sejak bulan Juli-Agustus 2017. Subjek penelitian adalah anak yang pernah didiagnosis DA di Divisi Dermatologi Anak URJ Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya, usia 2-12 tahun, dan tidak dalam kondisi eksaserbasi minimal 8 minggu. Kontrol adalah semua anak sehat non-DA, usia 2-12 tahun. Kriteria eksklusi adalah pasien sedang menggunakan kortikosteroid dan atau antibiotik oral selama 4 minggu terakhir, topikal dalam 2 minggu terakhir; pasien sedang menderita penyakit imunosupresi lain yang dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri seperti kencing manis, keganasan, HIV-AIDS dan lain-lain; pasien yang mengalami penyakit kulit lain, dan ada keluhan ataupun lesi pada daerah yang akan diperiksa.

Dari 17 pasien DA non-eksaserbasi dan 17 pasien kontrol, terlihat homogenitas pada kedua kelompok baik dari usia, jenis kelamin, riwayat penggunaan pelembap, dan riwayat atopi lain pada pasien. Sedangkan kondisi kulit kering dan riwayat atopi pada keluarga pasien terlihat berbeda bermakna antara kelompok DA dan kontrol. Kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus didapatkan pada 5 orang pasien DA non-eksaserbasi (29,41%) sedangkan pada 17 kontrol tidak satupun pasien yang ditemukan kolonisasi Staphylococcus aureus, dengan nilai p=0,044 signifikan secara statistik. Relative risk kolonisasi Staphylococcus aureus pada kulit pasien dermatitis atopik non-eksaserbasi dibandingkan kulit sehat anak sehat non-dermatitis atopik adalah 2,417 (table 2). Kelima pasien dengan kultur positif menunjukkan densitas koloni moderat hingga besar yaitu satu orang pasien dengan jumlah 3,3×104 cfu/cm2, satu orang pasien dengan jumlah 5,5×104 cfu/cm2, dan 3 pasien dengan jumlah >105 cfu/cm2.

Dari penelitian ini dapat terlihat bahwa kolonisasi Staphylococcus aureus ditemukan lebih banyak pada kulit pasien DA non-eksaserbasi dibandingkan kulit anak sehat tanpa DA, dengan hasil yang berbeda bermakna secara statistik. Hal ini mendukung hipotesis bahwa kulit sehat pada pasien DA walaupun secara klinis terlihat baik, namun terdapat defek pada sawar dan imunitas kulitnya, sehingga memudahkan kolonisasi bakteri. Untuk itu pasien dan keluarga perlu diberi edukasi tentag pentingnya perawatan kulit untuk meminimalisir akibat yang dapat ditimbulkan dari adanya defek barier dan imunitas tersebut.

Penulis: dr. Evy Ervianti, Sp.KK(K)

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://www.pagepress.org/journals/index.php/dr/article/view/8058

Khamidah, N., Ervianty, E., & Sukanto, H. (2019). Staphylococcus aureus colonization on antecubital non-exacerbated atopic dermatitis patient compared to healthy children. Dermatology Reports11(1s).

https://doi.org/10.4081/dr.2019.8058

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).