Apakah Ketenagaan Kesehatan Terkait dengan Luaran Kesehatan Ibu?

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Dinkes Kuburaya

Kematian ibu adalah penyebab kematian tertinggi kedua di antara wanita usia reproduksi dengan hampir delapan ratus wanita meninggal setiap hari karena berbagai penyebab. Selain itu morbiditas ibu dialami oleh sekitar dua puluh juta wanita di seluruh dunia yang menyebabkan kematian dan kecacatan tanpa pencegahan atau perawatan yang tepat. Mempertimbangkan besarnya masalah ini, peningkatan kesehatan ibu secara terus menerus mendapat perhatian utama dari para pemangku kepentingan global. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (The Sustainable Development Goals/SDGs) menetapkan target untuk mengurangi rasio kematian ibu sebesar 70 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030.

Meskipun tren penurunan angka kematian ibu (AKI) menurun, Indonesia adalah salah satu negara berkembang dengan jumlah kematian ibu yang tinggi. Berdasarkan laporan pemerintah, Angka Kematian Ibu (AKI) telah berkurang dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Pencapaian ini sejalan dengan peningkatan proporsi kehadiran tenaga Kesehatan yang kompeten.

Ketersediaan tenaga Kesehatan kompeten dalam membantu kelahiran di fasilitas pelayanan kesehatan adalah strategi utama di Indonesia untuk mencegah keterlambatan dalam mengelola kedaruratan maaternal. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, lebih dari 80% kematian ibu terjadi di rumah sakit. Ini menunjukkan bahwa wanita dengan komplikasi kebidanan mungkin tidak tiba tepat waktu tiba di rumah sakit atau mungkin menerima perawatan yang tidak memadai saat berada di rumah sakit. Pemerintah Indonesia menyatakan bahwa keterlambatan dalam membuat keputusan untuk mencari layanan kesehatan, membuat rujukan ke fasilitas kesehatan, dan mengelola perawatan darurat kebidanan karena kendala dalam infrastruktur dan sumber daya manusia adalah di antara faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu.

Ketenagaan kesehatan adalah komponen utama dalam sistem kesehatan. Untuk meningkatkan kesehatan ibu, staf yang tepat sangat direkomendasikan oleh pembuat kebijakan dari lembaga internasional dan nasional. Studi tinjauan sebelumnya melaporkan bahwa kekurangan tenaga kesehatan dan ketidakseimbangan distribusi terjadi di berbagai fasilitas kesehatan masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian observasional menggunakan data retrospektif dari database elektronik administasi rumah sakit yang bertujuan untuk menggambarkan tingkat kepegawaian dan luaran ibu di beberapa rumah sakit umum rujukan di wilayah Jawa Indonesia.

Data sebanyak 8.396 persalinan dengan kelahiran hidup dan 522 staf bersalin dikumpulkan dari enam rumah sakit rujukan di Jawa, Indonesia yang dipilih berdasarkan kesamaan karakteristik struktural rumah sakit yaitu tipe A. Kami memasukkan semua data dengan kelahiran hidup (kelahiran tunggal dan multipel). Data kelahiran mati dan tidak lengkap dikeluarkan dari analisis data.

Penelitian ini melibatkan data staf perawat termasuk perawat S1 dan perawat diploma, sedangkan staf kebidanan terdiri dari bidan S1 dan bidan diploma. Variabel tingkat kepegawaian akan disajikan sebagai agregat di tingkat unit bersalin. Variabel luaran ibu menunjukkan hasil pasien kebidanan yang dikategorikan sebagai berikut: 1) kematian/death: wanita yang meninggal di rumah sakit karena penyebab kebidanan; 2) nyaris/near-miss: wanita yang hampir meninggal karena kondisi ibu dalam waktu 42 hari setelah kehamilan berakhir; 3) bertahan/survive: wanita yang hidup pada saat keluar dari rumah sakit. Selain variabel terkait kepegawaian dan luaran ibu, kami juga memasukan variabel lain yang mewakili karakteristik pasien kebidanan.

Tingkat kepegawaian adalah komponen penting untuk memberikan kualitas perawatan. Hasil penelitian kami menunjukkan rerata tingkat keperawatan, obstetri dan ginekologi dalam penelitian ini menunjukkan staf yang cukup tersedia di fasilitas rujukan. Namun, rasio kematian ibu dan rasio kesakitan ibu yang parah masih cukup tinggi yang menunjukkan bahwa faktor lain mungkin memiliki kontribusi yang berpengaruh. Sebagian besar penyebab yang mendasari kematian ibu dan kejadian nyaris meninggal dalam penelitian ini termasuk komplikasi nifas, komplikasi kehamilan dan persalinan lainnya (termasuk perdarahan intrapartum dan persalinan prematur), perawatan ibu lainnya yang berhubungan dengan janin dan rongga amniotik dan kemungkinan masalah persalinan, serta hipertensi. Menurut WHO, sebagian besar penyebab kematian ibu dapat dicegah melalui intervensi yang efektif termasuk perawatan antenatal, perawatan intranatal, dan perawatan postnatal. Intervensi ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap wanita hamil sehat secara fisik dan mental selama kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat. Layanan perawatan kesehatan ibu yang efektif membutuhkan penyedia kesehatan yang memadai dan kompeten. Di Indonesia, kepegawaian di unit bersalin ditentukan berdasarkan klasifikasi rumah sakit. Rumah sakit rujukan tipe A dan tipe B disarankan memiliki rasio staf satu perawat atau bidan per pasien. Peraturan ini menyiratkan bahwa pada tingkat rujukan sekunder atau tersier setiap pasien harus dihadiri oleh perawat atau bidan di semua shift.

Penulis: Ferry Efendi, S.Kep., Ns., M.Sc., Ph.D.

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

http://www.indianjournals.com/ijor.aspx?target=ijor:ijphrd&volume=10&issue=7&article=121   Makhfudli, Ferry Efendi, Anna Kurniati, Retnayu Pradanie, Susy Katikana Sebayang. 2019. ‘What are the Staffing Levels and Maternal Outcomes? A Descriptive Study in Referral Hospitals in Java, Indonesia’. Indian Journal of Public Health Research & Development. doi: 10.5958/0976-5506.2019.01644.9

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).