Bantu Suarakan Kurangi Stigma pada Penderita Kusta Lewat LCC

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Kedekatan Yarshinta Aprilia Marshanty bersama salah satu penderita kusta di Sumberglagah. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Kusta merupakan penyakit yang memiliki stigma sangat besar di kalangan masyarakat. Stigma tersebut menjadi salah satu tantangan dalam upaya peningkatan derajat kesehatan. Akhir agustus lalu, Yarshynta Aprilia Marshanty, mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU) UNAIR Banyuwangi, mengikuti kegiatan Leprosy Care Community (LCC).

Saat ditemui UNAIR NEWS, mahasiswa yang akrab disapa Yars ini menceritakan pengalamannya megikuti kegiatan  tersebut. Berbekal rasa penasaran serta adanya rasa ingin berbagi dengan orang lain, Yars bersama dengan Nanda Agustina mengikuti Camp selama 2 minggu.

“Karena kebanyakan orang takut tertular sehingga tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut, sehingga aku merasa perlu untuk ikut dalam pengmas. Selain itu ada dosen FKM yaitu Erni Astutik, S.K.M., M.Epid. sebagai alumni LCC yang pertama,” ungkapnya.

Leprosy Care Community (LCC) adalah komunitas yang peduli terhadap kusta, yang didirikan oleh Yuta Takashima (2010) orang jepang yang concern dengan kusta di Indonesia. LCC tahun ini mengadakan workcamp di tiga tempat yaitu Donorokjo, Nganget, dan Sumberglagah.

“Setiap tempat ada main project, untuk di Donorokjo dan Nganget yaitu pembangunan, sedangkan di Sumberglagah adalah mengurangi stigma terutama masyarakat di luar sumberglagah. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat merasa hal tersebut sesuai dengan promosi kesehatan, sehingga memutuskan untuk memilih di tempat tersebut,” lanjutnya.

Pada awalnya semua peserta di training langsung oleh Yuta di Surabaya, kemudian dijelaskan mengenai kusta, bagaimana penularan kusta, dan sebagainya. Setelah briefing selanjutnya diberikan pelatihan dan dibagi menjadi ketiga tempat tersebut. Para peserta (Campers) berasal dari seluruh mahasiswa Indonesia dan Jepang.

“Pengalaman terpilih menjadi work leader dalam Camp tersebut memberikan kesempatan untuk memastikan kondisi lokasi yang dituju. Bertemu dengan masyarakat yang mengalami kusta terlebih dahulu, bertemu penduduk yang nantinya akan di mintai bantuan sumber air, serta koordinasi  dengan salah satu tokoh pemuda disana yang juga concern dengan kusta,” tambahnya

Kegiatan Camp ini meliputi visit penderita kusta baik yang berada di kampung Sumberglagah ataupun di Rumah Sakit yang telah menjalani pengobatan dan dipastikan tidak dapat menularkan. Visit ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan mengurangi stigma yang sangat tinggi.

“Hampir di setiap rumah ada yang mengalami kusta sehingga Sumberglagah disebut sebagai kampung kusta. Karena terlalu banyak nya yang mengalami kusta hingga mengalami kecacatan dan tidak lengkap lagi. Mereka biasa di sebut koloni atau kelompok orang-orang mengalami kusta dalam satu lingkungan,” jelasnya

Project lain yaitu mengurangi stigma diluar koloni. Masyarakat yang mengalami kusta namun berada di luar circle koloni tersebut, karena keberadaan orang normal di sekelilingnya mampu memberikan stigma yang jauh lebih besar dibandingkan dengan berada dalam koloni atau circle yang sama.

“Kegiatan Camp ini juga bertujuan untuk membuktikan serta menyuarakan bahwa penularan kusta tidak terjadi secara mudah, sehingga masyarakat di luar koloni mampu beraktivitas dan memperlakukan penderita seperti masyarakat pada umumnya dan berkurangnya stigma pada penderita,” tutupnya (*)

Penulis: Athiya Adibatul Wasi

Caption: Nuri Hermawan

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).