Karies pada Anak dengan Infeksi HIV/AIDS

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi karies gigi pada anak. (Sumber: Hellosehat)

Prevalensi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di dunia terus meningkat, tidak terkecuali di Indonesia. Kasus HIV sebanyak 48.000 kasus dan AIDS sebanyak 38.000 ditemukan di Indonesia pada tahun 2016. Prevalensi penderita HIV/AIDS di Indonesia adalah 620.000, di antaranya terdapat 14% perempuan hamil dengan infeksi HIV/AIDS yang mendapatkan terapi Anti-retroviral (ARV) sebagai profilaksis untuk mengurangi transmisi penularan HIV/AIDS ke anaknya.

Diperkirakan, sekitar 3200 (2500-4000) anak terinfeksi HIV karena Mother-To-Child Transmission (MTCT) di Indonesia. Pada tahun 2017, transmisi HIV/AIDS melalui MTCT menurun di wilayah Asia Pasifik namun masih tergolong tinggi yaitu sekitar 17 persen.

Ibu hamil dengan infeksi HIV/AIDS diestimasikan sekitar 56 persen dari 61.000. Mereka melahirkan di Asia Pasifik yang mendapatkan profilaksis ARV efektif, hanya 25 persen anak dengan HIV/AIDS didiagnosis secara dini. Anak dengan perinatal infeksi HIV/AIDS meningkat 230 persen sejak tahun 2010.

Prevalensi karies pada anak menderita HIV/AIDS kian meningkat dari tahun ke tahun. Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan mulut dan beban di seluruh dunia, terutama di Indonesia. Laporan sebelumnya yang dilakukan oleh Republik Indonesia, Departemen Kesehatan dalam Laporan Penelitian Kesehatan Dasar atau Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menyebutkan bahwa indeks DMFT nasional Indonesia adalah tinggi pada 4,6 tanpa peningkatan yang tidak signifikan sejak 2007.

Studi World Health Organization (WHO) di antara 190 negara menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia adalah yang tertinggi di seluruh dunia dengan rata-rata sekitar 2,1. Indonesia telah menjadi negara dengan prevalensi karies gigi tertinggi di Wilayah Asia Tenggara.

Selama infeksi dan perkembangan HIV/AIDS, ada gangguan sistem kekebalan tubuh. AIDS terjadi di semua bagian tubuh selama perkembangan HIV tanpa kecuali [13]. A Cluster of Differentiation 4 (CD4 +) di permukaan limfosit adalah penanda yang sangat baik untuk mendeteksi status imunosupresi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Jumlah CD4 + menurun secara signifikan menghasilkan kesalahan dalam homeostasis dan mekanisme kekebalan terhadap mikroorganisme. Kekebalan mukosa sebagai pertahanan rongga mulut melemah pada ODHA yang dapat menyebabkan peningkatan koloni flora normal di rongga mulut [14-16].

Streptococcus mutans adalah bakteri komensal dalam rongga mulut dan dikenal sebagai etiologi karies gigi. Selama perkembangan HIV / AIDS, koloni S. mutans meningkat secara signifikan. Gigi dan rongga mulut merupakan bagian integral dari saluran pencernaan, yang penting untuk pencernaan dan asupan nutrisi pada ODHA. Karies gigi dan manifestasi oral yang terjadi pada HIV/AIDS mengganggu asupan nutrisi yang dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, yang membuat kondisi imunosupresi semakin memburuk.

Prevalensi karies gigi dapat dinilai menggunakan decayed-missing-filling (dmft) atau DMFT. Indeks DMFT / dmft adalah yang termudah, paling sederhana, dapat diandalkan, valid, umum digunakan untuk penilaian kesehatan mulut. Penelitian ini menghipotesiskan prevalensi karies gigi yang tinggi pada anak dengan infeksi HIV/AIDS meningkat karena jumlah CD4 yang rendah.

Sampai saat ini, tidak ada penelitian tentang korelasi jumlah CD4 + dengan prevalensi karies tinggi di anak dengan infeksi HIV/AIDS di Surabaya, Indonesia. Dengan demikian, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki korelasi jumlah CD4 + dengan prevalensi karies gigi yang tinggi di CLPWHA yang dirawat di Rumah Sakit Umum Tersier, Surabaya, Indonesia.

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang. Metode acak total sampel digunakan. Dua puluh sembilan anak yang terinfeksi HIV perinatal positif berusia 1-12 tahun direkrut dari ruang rawat inap Unit Perawatan Intermediet dan Penyakit Infeksi (UPIPI) Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies pada anak yang menderita HIV/AIDS sangat tinggi yakni 86.2 persen dengan indeks karies dmft/DMFT 8.2/6.3. Terdapat korelasi yang signifikan antara rendahnya jumlah hitung CD4+ dan tingginya prevalensi karies.

Untuk pertama kalinya, prevalensi karies gigi dari CLWPHA di Surabaya, Indonesia, anak dengan infeksi HIV/AIDS diketahui dan yang menarik adalah, jumlah CD4+ rendah berkorelasi dengan prevalensi karies gigi yang tinggi pada CLWPHA. Selain itu, diperlukan investigasi lebih lanjut dengan pengaturan yang lebih baik dan area yang lebih luas. (*)

Penulis: Diah Savitri Ernawati

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di

http://revista.uepb.edu.br/index.php/pboci/article/view/4819/pdf

Tulisan dapat disitasi pada keterangan berikut,

Nugraha AP, Mensana MP, Soebadi B, Husada D, Triyono EA, Prasetyo RA, Ernawati DS. Correlation of Low CD4+ Counts with High Dental Caries Prevalence in Children Living with Perinatal HIV/AIDS Undergoing Antiretroviral Therapy. Pesquisa Brasileira em Odontopediatria  Clínica Integrada 2019; 19:e4819. DOI: http://doi.org/10.4034/PBOCI.2019.191.119.

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).