Dr Suko: TVRI Mesti Lebih Berani Kemas Informasi Penting dengan Menarik

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin

UNAIR NEWS – Televisi Republik Indonesia (TVRI) kian menggalakkan upaya peningkatan kualitas pendidikan dan budaya di masyarakat, khususnya di kalangan akademisi dan kaum milenial. Melalui acara Focus Group Discussion (FGD) di Ruang Pleno, Lantai 3, Kantor Manajemen Kampus C Universitas Airlangga (UNAIR), sejumlah tantangan dan arah pengembangan pendidikan serta kebudayaan dibahas oleh para pakar. Tepatnya terwadahi dalam FGD bertopik “Peningkatan/Optimalisasi Program Pendidikan dan Kebudayaan LPP TVRI untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional” buah kerja sama Universitas Airlangga dengan TVRI.

Acara yang dihelat pada Rabu (28/8/2019) itu berlatar belakang kendala yang tengah dihadapi dalam meningkatkan ketahanan nasional. Misalnya, krisis moral, narkoba, radikalisme, hoaks, dan disrupsi.

Turut dhadir dalam FGD itu, antara lain, akademisi, budayawan, pegiat TV Publik, serta mahasiswa. Tujuannya adalah munculnya usulan kebijakan konkret yang perlu dilakukan TVRI dalam memperkuat perannya sebagai lembaga penyiaran publik.

Salah satu usulannya adalah fungsi pendidikan mesti turut dibarengi dengan kemasan hiburan. Itu menjadi penting sebagai bentuk respons tantangan sosial yang saat ini didominasi kaum milenial, terutama di dunia digital. Termasuk diperlukannya porsi konten penguatan pendidikan dan kebudayaan yang lebih banyak dan sederhana. TVRI juga turut didorong menjadi media yang bisa melebur diri dengan tren terkini dan lebih berani hadir dalam ruang publik.

Dr. Suko Widodo Drs., M.Si., ketua Pusat Informasi dan Humas (PIH) sekaligus pakar komunikasi UNAIR, menyampaikan bahwa televisi publik yang baik adalah televisi yang bisa mengemas sesuatu yang penting menjadi sesuatu yang menarik. TVRI diharapkan mengisi ruang-ruang informasi penting yang tak terwadahi media umum lainnya.

“Sebuah media televisi yang telah memilih menjadi publik, butuh dipertanyakan kepublikannya. Karena selama ini dihantui oleh pemerintah,” ujarnya.

“TVRI saya harap, di manapun, membuat konsep yang positif,” imbuhnya.

Selain itu, Dr. Suko Widodo mengungkapkan bahwa TVRI ingin hadir dalam dunia pendidikan dan kebudayaan. Teks-teks yang dikeluarkan dalam media juga haruslah berbobot. Dengan begitu, media perlu menata ulang dengan melibatkan masyarakat sebagai sumbernya.

Salah satu opsi yang dikemukakan adalah media melakukan riset di masyarakat mengenai jenis tontonan yang disukai dan berpotensi menarik. Media televisi perlu mengadakan riset yang melibatkan para akademisi di berbagai tingkat pendidikan mulai sekolah dasar hingga universitas, serta para orang tua.

“Pernahkah media menanyakan kepada publik, acara apa yang cocok? Acara seperti apa?” ungkap Dr. Suko.

Salah satu contoh, lanjut Dr. Suko, kendala yang dihadapi di Jawa Timur adalah daya pancar yang hanya 30 persen dari total siaran. Karena itu, problem teknologi juga mesti menjadi salah satu topik yang dijadikan pertimbangan dalam pengembangan TVRI ke depan. Terutama penyiapan dukungan infrastruktur yang memadai.

”Media televisi sangat dibutuhkan dalam menyalurkan opini publik,” pungkasnya. (*)

Penulis: Inas Hanifah

Editor: Feri Fenoria Rifa’i

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).