Diperlukan Peran Milenial untuk Optimalkan Program Televisi

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
SUASANA Focus Group Discussion TVRI yang melibatkan Dewan Pangawas TVRI, akademisi, budayawan, pegiat TV publik, dan mahasiswa. FGD berlangsung Rabu (28/8/2019), bertempat di Ruang Pleno, Lantai 3, Kantor Manajemen UNAIR. (Foto: Agus Irwanto)

UNAIR NEWS – Undang-Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2002 tentang penyiaran menyebutkan bahwa setiap program pertelevisian harus memiliki siaran yang memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja. Dari UU inilah TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik (LPP) ingin mewujudkannya.

Sebagai salah satu usaha mewujudkan Undang-Undang itu, Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) berkolaborasi bersama Universitas Airlangga (UNAIR). FGD dilaksanakan pada Rabu (28/8/2019), bertempat di Ruang Pleno, Lantai 3, Kantor Manajemen UNAIR. Diskusi itu melibatkan Dewan Pangawas TVRI, akademisi, budayawan, pegiat TV publik, hingga mahasiswa.

Diskusi mengangkat topik “Peningkatan/Optimalisasi Program Pendidikan dan Kebudayaan LPP TVRI untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional”. Harapannya, usai diskusi mendapat masukan untuk program TVRI yang lebih baik lagi serta dapat meningkatkan ketahanan nasional. Sebab, TVRI sebagai LPP harus mampu memberikan kontribusi lebih dalam meningkatkan mutu program pertelevisian di Indonesia.

Dalam FKG itu, Arief Hidayat Thamrin selaku Dewan Penggawas TVRI mengungkapkan, LPP TVRI memerlukan suara dan aspirasi dari kalangan milenial dan anak muda. Menurutnya, peran milenial dan kalangan muda dapat memperkaya siaran televisi yang berdasar pendidikan dan kebudayaan.

“Lembaga Penyiaran Publik ingin mendapat suara serta aspirasi dari golongan milenial dan kalangan muda. Sehingga ketahanan nasional dapat dioptimalisasikan oleh LPP bukan hanya jargon semata,” ujar Arief.

Dalam praktiknya, banyak milenial tidak mengetahui tentang acara-acara di TVRI. Hal ini menjadi tantangan utama TVRI untuk dapat membuat program yang menarik minat milenial.

“TVRI menerima kreatifitas anak-anak muda, sehingga bisa seperti YouTube, sehingga milenial dapat menonton secara luas dan membuka platform yang lebih luas,” tutur Arief.

Dalam diskusi itu ada beberapa mahasiswa UNAIR yang turut menyuarakan pendapat. Salah satunya Jiji, mahasiswa S2 Media dan Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAIR. Jiji menuturkan bahwa TVRI harus mempelajari tentang media sosial yang dapat menarik minat milenial.

“Dalam hal ini kita belum menekankan siapa yang kita tuju. Jika ingin menekankan pada milenial, kita harus mempelajari yang menarik dari medsos, seperti Netflix,” ujar Jiji.

Selain itu, ada pula mahasiswa lain yang menuturkan bahwa TVRI harus lebih mengeksplorasi kembali acara-acara lokal. Sebab, masing-masing daerah di Indonesia mempunyai kekhasan masing-masing. Dengan itu, program-program yang ditayangkan televisi publik akan lebih beragam dan dapat menampilkan ciri khas masing-masing daerah.

Sementara itu, Anandias Satria Putra, yang juga mahasiswa S2 UNAIR, menuturkan bahwa faktor utama menarik atau tidaknya sebuah acara adalah bergantung bahasa yang digunakan. Sehingga menurutnya, TVRI perlu membuat bahasa yang tidak kaku, sebab kunci dari penyampaian adalah bahasa. (*)

Penulis: Febrian Tito Zakaria Muchtar

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).