Mengabdi Bersama Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga di Nusa Tenggara

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Rufiatid Darojatul Firdausiyah, salah satu anggota tim relawan RS Terapung Ksatria Airlangga sedang menjalankan tugasnya sebagai asisten apoteker. (Dok. Pribadi)

UNAIR NEWS – Ikut menjadi relawan dan mengabdikan diri untuk masyarakat menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Rufiatid Darojatul Firdausiyah. Di balik perjuangannya atas nama pengabdian dan kemanusiaan, tersimpan kisah-kisah yang menarik untuk diceritakan.

Dosy sapaan karibnya, menjadi salah satu mahasiswi yang beruntung karena bisa turut mengecap indahnya pengabdian. Mahasiswi angkatan 2016 itu pada awalnya tak terpikir untuk bisa menjadi bagian dari tim relawan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga periode 14 Juli-10 Agustus 2019.

Berniat untuk mengisi liburan semester dengan sesuatu yang baru, ia pun memberanikan diri untuk mendaftar. Ia merasa beruntung karena bisa ikut dalam misi kemanusiaan Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga di Nusa Tenggara.

“Ada tiga hal yang menjadi fokus kami yaitu pelayanan medis, penyuluhan kesehatan, dan penanggulangan sampah. Sangat menarik bisa menjadi bagian tim kapal dan berkunjung ke pulau-pulau terpencil,” kisah Dosy.

Dalam menjalankan misinya, tim relawan berkunjung ke sekolah-sekolah di berbagai pulau untuk memberikan penyuluhan kesehatan. Mereka juga memberikan pelatihan pengolahan sampah untuk masyarakat agar sampah yang ada bisa diolah menjadi bahan bakar. Tim relawan pun sempat membuat biopori untuk warga di sana.

Dosy sendiri, sesuai bidangnya, ditempatkan sebagai asisten apoteker. Di sana ia fokus membantu pelayanan kesehatan, khususnya dalam hal obat.

“Biasanya kami bersandar di darat lalu mendirikan poli di pulau tersebut. Di sana, saya membantu memberikan obat pada pasien yang datang dan melakukan konseling juga,” ujarnya.

Selama mengabdi, Dosy merasa semua pengalamannya di sana benar-benar tak terlupakan. Melayani masyarakat dan mendapat sambutan yang meriah dari warga setempat merupakan pengalaman pertama bagi Dosy. Ia juga bisa belajar berinteraksi dengan banyak orang yang berbeda-beda, baik masyarakat maupun sesama tenaga kesehatan.

Banyak menghabiskan waktu di kapal, Dosy mengaku tak kesulitan beradaptasi. Meskipun sempat mengalami mabuk laut, terutama saat ombak sedang tinggi, Dosy tetap menjalani hari-harinya di kapal dengan gembira. “Di sana juga ada banyak teman, jadi tetap bisa menjalani kegiatan dengan baik,” ujarnya.

Pengalaman itu meninggalkan kesan mendalam baginya. Selain mendapatkan pengalaman baru yang sangat berbeda, ia juga berhasil merasakan liburan yang benar-benar menyegarkan kembali tubuh dan pikirannya.

“Selain bertugas, kami juga mendapat bonus bisa berkunjung ke berbagai pulau dan menikmati keindahan yang ada. Rasanya benar-benar ter-refresh selama liburan ini,” tutur Dosy.

Ia lantas memberikan tips untuk teman-teman mahasiswa lain untuk ikut menjadi relawan. Jika ingin ikut mengabdi, calon relawan harus berani menyisihkan waktu mereka dan mencoba meminta izin pada orang tua. Pada intinya, untuk menjadi relawan, dibutuhkan kemauan yang kuat dan keberanian. (*)

Penulis : Sukma Cindra Pratiwi

Editor : Binti Q Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).