Rayhanat Zakarsyi, Satu-satunya Mahasiswa dari Asia Ikuti Volunteer di Ukraina

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
RAYHANAT Zakarsyi saat mengikuti volunteer di Ukraina. (Foto : Istimewa)

UNAIR NEWS – Liburan semester genap merupakan waktu libur yang cukup panjang dimana mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) dapat memanfaat melakukan kegiatan yang tidak dapat dilakukan di kampus. Salah satunya adalah dengan mengikti volunteer di luar negeri. Mahasiswa Jurusan Sosiologi UNAIR Rayhanat Zakarsyi semester 5 mengikuti program  global volunteer ke Ukraina. Kegiatan itu diselenggarakan oleh AIESEC pada (1/7) hingga (16/8). AIESEC merupakan organisasi internasional untuk para pemuda yang membantu mengembangkan potensi kepemimpinan. Salah satu programnya adalah mewadahi pemuda melakukan global volunteer ke luar negeri.

Rayhanat yang biasa disapa Ray menyampaikan bahwa dalam program yang ia ikuti yakni  program global volunteer dari AIESEC  di Negara Ukraina yaitu negara Yang berada di Eropa Timur . Ia mengikuti program bernama WWB educate the villages. Ray bertugas menjadi volunteer dengan mengajarkan bahasa inggris kepada anak-anak di kota terpencil di Ukraina. Pada project tersebut, Ray ditempatkan di kota kecil Malavieska berdua dengan volunteer lain yang berasal dari Turki.

“Di sini tantanganku adalah aku orang Indonesia. Awalnya sedikit canggung karena budaya Asia dan budaya Eropa itu beda banget. Mulai dari kebiasaan, bahasa bahkan makanan. Tapi lama kelamaan disini aku belajar dari perbedaan tiap benua gitu karena dari pengalamanku ini meskipun kita beda negara tapi masih satu benua kita masih menemukan kemiripan diantara kita,” jelasnya.

Ray mengajarkan bahasa inggris kepada anak-anak hingga dewasa dengan rentang usia 10-60 tahun dengan jumlah siswa 40 orang yang dibedakan berdasarkan level bahasa inggris mereka. Terdapat banyak kendala dalam menvisualisasikan bahasa inggris kepada mereka yang tidak mengenal bahasa inggris sama sekali.

“Karena negara yang aku kunjungi merupakan negara pecahan Russia. Jadi mereka kurang bisa bahasa inggris apalagi di desanya. Semua bahasa dan alphabet di negara itu berasal dari Rusia meskipun mereka juga punya bahasa sendiri. Kadang kita menggunakan google translate sebagai alat komunikasi kita,” ujarnya.

Dengan mengikti kegiatan tersebut, ia belajar beradaptasi, hidup mandiri dan bertahan hidup. Ia juga bisa mendapatkan pengalaman, teman baru dari luar Indonesia dan paham sifat serta karakter tiap individu.

“Selama program ini aku bukan cuma ngajar tentang bahasa inggris aja tapi juga aku mengenalkan ke mereka apa itu negara Indonesia, bagaimana keberagaman bahasa dan budaya kita, makanan kita, pemandangan alam kita, serta nilai-nilai  apa saja yang ada di Indonesia,” tambahnya.

Tantangan Di Negara Asing

Tentunya menjadi satu-satunya orang Indonesia dan orang Asia merupakan tantangan tersendiri bagi Ray. Tidak mudah untuk beradaptasi di negara baru yang tidak mengenal orang Indonesia. Baik dari segi makanan yaitu tidak adanya nasi dan makanan halal. Dalam mencoba makanan, Ray harus melakukan pengecekan makanan halal terlebih dahulu untuk dikonsumsi di negara Ukraina.

“Ini juga yang menjadi tantangan aku sebagai orang Asia karena secara tidak langsung mereka melihat aku sebagai interpretasi orang Asia. Jadi  bukan hanya budaya Indonesia aja yang aku bawa tapi aku selipkan sedikit tentang apa dan bagaimana orang Asia itu sendiri,” ungakapnya.

Penulis : Alicia Juanita

Editor : Khefti Al Mawalia

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).