Potensi Daun Pare Sebagai Antibakteri

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh viva.co.id

Infeksi bakteri pada ikan air tawar merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap kualitas hasil budidaya ikan air tawar. Bakteri yang paling sering menyerang ikan air tawar adalah Aeromonas hydrophila. Ikan tersebut menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicaemia (MAS), Motile Aeromonad Infection (MAI), Hemorrhagic Septicemia, Red pest, dan Red-sore. Masalah ini diperparah dengan resistensi antibiotik yang terjadi pada Aeromonas hydrophila. Resistensi bakteri akibat penggunaan antibiotik dapat ditangani oleh penggunaan fitofarmako. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai fitofarmako adalah Momordica charantia L.

Tanaman ini memiliki banyak khasiat diantaranya adalah sifat antibakteri yang dimiliki oleh ekstrak daun Momordica charantia. Sifat antibakteri ini berasal dari senyawa 32% alkaloid, 22% flavonoid, 1,37 mg/100gr tannin, 1,6% terpenoid dan 5,2% saponin yang terkandung dalam daun Momordica charantia L. Aktivitas antibakteri dari senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan pengobatan dari penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan secara in vitro untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak daun pare terhadap Aeromonas hydrophila dengan membandingkan zona hambat yang terbentuk dengan kontrol. Tahap pertama dalam penelitian ini yaitu proses ekstraksi daun pare menggunakan metode maserasi dengan ethanol 96%, selanjutnya ekstrak daun pare dilakukan pengujian senyawa fitokimia secara kualitatif. Hal ini untuk mengetahui adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid dan saponin yang bersifat antibakteri.

Senyawa alkaloid dilakukan pengujian dengan reagen wagner dan senyawa flavonoid yang diuji dengan reagen alkalin. Pengujian senyawa terpenoid menggunakan uji Salkowki dan pengujian senyawa saponin menggunakan uji buih. Sedangkan senyawa tannin dilakukan pengujian dengan reagen Feri klorida. Kepadatan bakteri yang digunakan pada penelitian ini adalah 108 CFU/ml yang disetarakan dengan standar Mc Farland nomor 0,5 (1,5 x 108 CFU/ml). Sedangkan pembuatan konsentrasi ekstrak daun pare menggunakan pengenceran berseri dengan pelarut DMSO 10%. Konsentrasi pengenceran yang diperoleh yaitu 20 mg/ml; 10 mg/ml; 5 mg/ml; 2,5 mg/ml; 1,25 mg/ml; dan 0,625 mg/ml.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada uji kualitatif fitokimia dari daun pare diperoleh hasil alkaloid (+), flavonoid (+), tannin (+), terpenoid (-), dan saponin (+). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daun pare dalam penelitian ini mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin dan saponin, sedangkan hasil uji terpenoid yaitu negatif. Konsentrasi ekstrak daun pare pada perlakuan P1 (20 mg/ml), P2 (10 mg/ml), dan P3 (5 mg/ml) diperoleh rata-rata diameter zona hambat sebesar 13,6 mm; 12 mm; dan 12,3 mm. Ketiga perlakuan tersebut menunjukkan adanya aktivitas antibakteri yang masuk dalam kategori intermediet. Kategori intermediet mengindikasikan bahwa pengobatan dapat menjadi lebih efektif jika dosis yang digunakan lebih tinggi. Sehingga diperoleh aktivitas antibakteri dengan kategori sensitif. Konsentrasi ekstrak daun pare menunjukkan kategori resisten pada perlakuan P4 (2,5 mg/ml), P5 (1,25 mg/ml), dan P6 (0,625 mg/ml), serta kontrol negatif (DMSO 10%). Kategori resisten menunjukkan bahwa isolat bakteri tidak diinhibisi secara klinis oleh konsentrasi antibakteri yang digunakan.

Penggunaan antibakteri dalam pengobatan harus memenuhi prinsip seperti penggunaan obat pada umumnya. Yaitu diagnosis, obat, dosesi dan persediaan obat serta tepat waktu. Penggunaan antibakteri terhadap bakteri yang kepekaannya tidak sensitif dapat menyebabkan ketidaksembuhan dari infeksi bakteri serta risiko terbentuknya resistensi terhadap antibakteri. Berdasarkan data pengujian dapat dilihat aktivitas antibakteri dari ekstrak daun pare terhadap Aeromonas hydrophila. Konsentrasi minimal ekstrak daun pare yang menghasilkan zona hambat terbesar terhadap Aeromonas hydrophila. Diantaranya adalah pada perlakuan P3 yaitu 5 mg/ml menghasilkan rata-rata zona hambat dengan diameter 12,3 mm. Aktivitas antibakteri ini dihasilkan melalui mekanisme kerja seluruh senyawa fitokimia yang terkandung dalam daun pare. Diantaranya alkaloid, flavonoid, tannin, dan saponin.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Aeromonas hydrophila dengan kategori resisten hingga intermediet. Konsentrasi minimal yang menghasilkan zona hambat terbesar dihasilkan oleh konsentrasi 5 mg/ml yang menghasilkan zona hambat dengan diameter 12,3 mm, yang merupakan antibakteri dengan kategori intermediet.

Penulis : Rahayu Kusdarwati

Hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat di :

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/236/1/012096/pdf

D A Masithoh, R Kusdarwati dan D Handijatno. Antibacterial activity of bitter gourd (Momordi cacharantia L.) leaf extract against Aeromonas hydrophila. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, Volume 236, conference 1

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).