Antara Pengetahuan, Keluarga, dan Paparan Pornografi dalam Resiko Penularan Penyakit Menular Seksual

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh beritasatu com

Penyakit menular seksual (PMS) merupakan salah satu masalah kesehatn reproduksi yang disebabkan karena perilaku seksual yang tidak aman. Data World Health Organization (WHO) menyatakan lebih dari satu juta orang terkena PMS setiap harinya dan 357 juta kasus terjadi setiap tahun. Di Indonesia sendiri pada tahun 2016 terjadi 41.259 kasus PMS. Penyakit menular seksual ini dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya paparan media, kedekatan keluarga, serta pengetahuan individu mengenai PMS.

Penularan PMS dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman namun hal ini masih kurang efektif jika dibandingan dengan menghindari perilaku seksual yang beresiko. Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan bahwa 62,7% siswa di Indonesia mempunyai perilaku seksual yang resiko tinggi. Perilaku seksual yang beresiko ini biasanya dipicu oleh lingkungan sosial, paparan media tentang pornografi, kedekatan keluarga, dan pengetahuan individu tentang PMS.

Penelitian cross sectional yang dilakukan pada anak kelas 11 di salah satu sekolah di Surakarta, Jawa Tengah mendapatkan hasil bahwa 7,4% anak termasuk dalam resiko tinggi penularan PMS. Pada penelitian ini siswa diberikan kuisioner tentang keluarga, paparan media, serta pengetahuan seksual dan perilaku. Hasilnya semua variabel mempunyai korelasi yang signifikan dengan perilaku yang beresiko terjadi penularan PMS. Tingginya paparan media pornografi, kurangnya kedekatan keluarga, dan kurangnya pengetahuan tentang PMS meningkatkan perilaku seksual yang beresiko.

Kurangnya kedekatan dengan keluarga dapat meningkatkan resiko tertular PMS karena kurangnya kedekatan dengan keluarga akan menyebabkan rendahnya kontrol sosial terhadap perilaku anak. Oleh sebab itu pada penelitian ini tidak mengikutsertakan akan yang tinggal di kos. Penelitian lain menyatakan kurangnya kedekatan dengan keluarga dapat meningkatkan resiko PMS sebesar 4,65 poin. Berdasarkan teori tentang perilaku manusia, kedekatan dengan keluarga menjadi salah satu kebutuhan alami anak sehingga ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka anak akan mecari hal lain untuk memenuhi kebutuhan alaminya melalui perilaku seksual. Sebaliknya jika akan mempunyai kedekatan dengan keluarga maka hal ini dapat mengurangi resiko PMS pada remaja sebesar 20%.

Tingginya paparan media pornografi dapat meningkatkan resiko PMS. Terbukti dari hasi penitian ini bahwa subjek dengan resiko tinggi PMS mempunyai 15,7% paparan yang lebih tinggi dibanding subjek dengan resiko rendah. Paparan media dapat meningkatkan resiko PMS sebesar 3,561 poin. Paparan media terhadap pornografi ini menjadi enabling factor atau faktor pemicu. Paparan terhadap suatu yang masif terhadap sesuatu akan membawa manusia untuk melakukan hal yang sama dengan paparan tersebut. Contohnya jika remaja terpapar pornografi terus menerus maka akan membuat mereka mempunyai resiko perilaku seksual yang tidak aman lebih tinggi dibandingan dengan remaja yang tidak mendapat paparan ini.

Variabel selanjutnya yaitu pengetahuan individu tentang PMS juga menjadi salah satu faktor yang berpengaruh. Kurangnya pengetahuan tentang PMS akan meningkatkan resiko terkena PMS sebesar 5,553 poin. Sebaliknya jika mempunyai pengetahuan yang cukup tentang PMS akan menurunkan resiko PMS sebesar 8,3%. Berdasarkan teori kognitif, pengetahuan membuat seseorang mengetahui tentang efek positif dan negatif dari tindakan yang dilakukannya. Pengetahuan yang cukup tentang PMS akan membuat seseorang mengerti efek negatif dari perilaku seks yang tidak aman. Jika seseorang mengerti akan efek negatif ini maka seseorang tersebut akan berusaha untuk menghindari perilaku sesual yang tidak aman. Penelitian lain menyatakan bahwa pemberian intervensi yang terus menerus tentang pengetahuan menganai PMS akan menurunkan insiden PMS hingga sebesar 19%.

Faktor yang paling berpengaruh pada perilaku resiko tinggi PMS adalah pengetahuan. Kemudian disusul dengan paparan media pornografi dan kedekatan dengan keluarga. Pengetahuan menduduki peringkat pertama karena pengetahuan merupakan faktor predesposisi yang paling berpengaruh dalam teori perilaku manusia. Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi perilaku, kesopanan, norma individu, dan faktor sosiodemografi. Hubungan erat dengan keluarga dan pengetahuan tentang PMS mempunyai efek negatif terhadap perilaku resiko tinggi PMS. Rendahnya pengetahuan dan rendahnya hubungan erat dengan keluarga akan meningkatkan resiko PMS. Sedangkan paparan media mempunyai efek positif terhadap perilaku resiko tinggi PMS yaitu tingginya paparan media pornografi akan meningkatkan resiko PMS. Oleh sebab itu sangat penting untuk memperhatikan faktor ini guna mengurangi angka kejadian PMS di Indonesia.

Penulis: Prof. Dr. dr. Cita Rosita Sigit Prakoeswa, SpKK(K), FINS-DV, FAADV

Informasi detail dari riset ini dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/9631

The Effect of Media Exposure, Family Closeness, and Knowledge About Sexually Transmitted Disease on Sexually Transmited Disease Risk Behavior in Senior High School Students

Oki Wihardiyanto, Flora Ramona Sigit Prakoeswa, Cita Rosita Sigit Prakoeswa

http://dx.doi.org/10.20473/bikkk.V31.1.2019.55-59

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).