Peran Biofilm terhadap Infeksi Saluran Genital

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh news medical

Vaginosis Bakterial (VB) merupakan salah satu keadaan yang berkaitan dengan keputihan abnormal pada wanita usia reproduksi. VB merupakan sindrom polimikroba dengan patogenesis laktobasilus vagina normal, khususnya yang menghasilkan hidrogen peroksidase, digantikan oleh berbagai bakteri anaerob dan mikoplasma. Bakteri yang sering ada pada BV adalah G. vaginalis, Mobiluncus sp, Bacteroides sp, dan M. hominis. VB ditandai dengan hilangnya laktobasilus penghasil hidrogen peroksidase dan pertumbuhan pesat spesies anaerob. Sejumlah perubahan biokimia juga telah dijelaskan, epitel vagina normal dilapisi oleh lapisan musin tipis. Pada VB lapisan pelindung ini digantikan oleh biofilm yang dihasilkan G. vaginalis. β defensin -1 dan konsentrasi secretory leukosit protease inhibitor juga berkurang pada BV.

Insidensi infeksi saluran genital, salah satunya Vaginosis Bakterial (VB) cukup tinggi pada banyak negara dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang cukup menonjol pada sebagian besar wilayah dunia. Kegagalan dalam mendiagnosis dan memberikan pengobatan dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan berat dengan berbagai gejala sisa lainnya, antara lain infertilitas, kehamilan ektopik, infeksi pada neonatus, maupun penurunan kualitas bayi. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi patogenesis dan pengobatan VB, salah satunya biofilm.

Istilah biofilm secara resmi diperkenalkan pada tahun 1978 oleh Costerton. Biofilm memiliki morfologi yang bervariasi tergantung pada konstituen bakteri serta kondisi di mana biofilm dibentuk. Struktur biofilm terdiri dari substansi polimerik ekstraseluler (SPE), yaitu matriks dari bahan yang disekresi oleh bakteri ke lingkungan. Substansi polimerik ekstraseluler ini terdiri dari eksopolisakarida, protein, dan asam nukleat (DNA). Eksopolisakarida dapat disintesis ekstraseluler atau intraseluler, dan dapat disekresikan oleh bakteri ke luar lingkungan. Eksopolisakarida berfungsi sebagai penyangga untuk karbohidrat, protein, asam nukleat, dan lipid untuk melekat dan menyatu. Komponen, struktur, dan sifat dari eksopolisakarida berbeda satu sama lain. Fakta menunjukan bahwa bakteri yang terdapat di dalam biofilm tidak dapat tereliminasi secara efektif oleh sistem imun atau terbunuh dan dirusak oleh antibiotik, maka bukan hal yang mengejutkan jika infeksi yang berhubungan dengan biofilm akan menjadi berat dan lama.

Banyak bakteri dapat beralih bentuk berupa planktonik atau biofilm. Bakteri planktonik memiliki pertumbuhan sel  dan tingkat reproduksi yang relatif tinggi, namun bentuk biofilm tampaknya menjadi bentuk alami dan dominan bagi bakteri. Bakteri dapat terhindar dari terbawa dan terlepas akibat aliran air atau darah dengan melekatkan diri pada permukaan jaringan. Biofilm dapat kuat melekat dan melawan gaya gesek yang berulang-ulang. Sel-sel pada biofilm melekat sekitar 1000 kali lebih kuat dari bentuk planktoniknya. Setelah lapisan pertama dari biofilm selesai terbentuk, akan terjadi penarikan sel-sel dari spesies yang sama atau spesies lainnya ke biofilm. Biofilm tumbuh dari lapisan tipis kemudian makin banyak sehingga berbentuk seperti jamur atau menara. Dalam lapisan biofilm yang tebal (>100 lapisan), bakteri tersusun menurut proses metabolismenya dan kemampuan toleransi terhadap kebutuhan oksigennya.

Bakteri pada biofilm lebih tahan terhadap antibiotik atau lebih reaktif terhadap molekul  yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh. Diperkirakan bahwa sel biofilm bisa sampai 10.000 kali lebih tahan terhadap antibiotik daripada sel planktonik. Penelitian telah membuktikan bahwa kegagalan terapi yang terjadi saat ini terutama disebabkan oleh terbentuknya biofilm. Ketidakmampuan antibiotik untuk menembus lapisan protektif biofilm menyebabkan terbatasnya penetrasi. Hal ini menyebabkan biofilm tetap akan berkembang dan mengalami maturasi sehingga bakteri dapat dengan mudah menyebar dan membentuk biofilm yang baru. Oleh karena proses yang kompleks dan keterkaitan banyak spesies patogen dari suatu infeksi, maka perlu dipertimbangkan terapi kombinasi antara antibiotik dengan terapi penunjang lainnya agar tercapai suatu keberhasilan terapi. Terapi yang saat ini digunakan untuk mengobati infeksi saluran genital masih belum cukup untuk mengendalikan infeksi vagina yang berhubungan dengan biofilm. Kemajuan jaman dan penelitian yang gencar dilakukan menemukan pentingnya terapi adjuvan yang diberikan bersama dengan antibiotik yang bersifat bakteriostatik ataupun bakteriosidal. Dengan mempertimbangkan interaksi yang kompleks dari berbagai macam spesies biofilm, maka penggunaan terapi kombinasi dapat memberikan harapan yang besar untuk dapat mencegah rekurensi dan relapse yang saat ini masih sering terjadi.

Penulis: Dr. dr. Afif Nurul Hidayati, Sp.KK, FINSDV, FAADV

Informasi detail dapat dilihat pada tulisan kami di:

https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/12448

Peran Biofilm terhadap Infeksi Saluran Genital yang disebabkan oleh Vaginosis Bakterial

Afif Nurul Hidayati, Chesia Christiani Liuwan

Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).