Infeksi Fungi Pada Ikan Kerapu

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Ilustrasi oleh Upacaya

Pengembangan budidaya laut dapat menjadi salah satu mata pencaharian baru bagi nelayan yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi pangan (protein ikan laut) bagi masyarakat. Salah satu jenis ikan laut yang memiliki nilai ekonomis adalah ikan kerapu (Epinephelus sp). Ikan kerapu merupakan ikan laut yang hidup di terumbu karang, ikan ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Kasus penyakit fungi pada ikan di Indonesia pada umumnya belum dianggap serius karena munculnya lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik, kekurangan nutrisi atau akibat agen infeksi primer lain seperti parasit, bakteri dan virus.

Penyakit yang disebabkan oleh fungi bersifat infeksi sekunder karena fungi jarang menginfeksi ikan yang dalam keadaan sehat, melainkan menginfeksi ikan yang sudah terluka atau lemah. Fungi tersebut dengan cepat menular kepada ikan lain yang berada dalam satu kolam sehingga potensi kerugian yang ditimbulkan cukup besar. Karamba jaring apung di Pantai Utara Surabaya dengan lokasi yang berdekatan dengan lingkungan industry. Sehingga ada kemungkinan dipengaruhi dengan kualitas air di sekitar karamba jaring apung.

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei melalui pengambilan data di lokasi secara langsung. Pengambilan sampel ikan kerapu (Epinephelus sp) dengan ukuran 25-30 cm sebanyak 10 ekor digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya dilakukan isolasi fungi dari sampel ikan kerapu yang sudah didapatkan. Isolat berupa kerokan (scrapping) permukaan tubuh ikan dan kemudian ditanam pada media SDA serta diinkubasi pada suhu 25ºC selama 3-4 hari.

Fungi yang sudah dimurnikan siap untuk dilakukan identifikasi. Teknik identifikasi yang digunakan untuk mengamati isolat fungi adalah metode selotip. Hal itu dimulai dengan menyiapkan object glass kemudian ditetesi dengan larutan lactophenol blue sebanyak satu tetes. Kemudian selotip diambil secukupnya lalu ditempelkan pada fungi yang tumbuh pada media. Selotip tersebut ditempelkan pada object glass yang sudah ditetesi dengan lactophenol blue lalu ditutup menggunakan cover glass diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 dan 400X dan fungi yang terlihat dapat diidentifikasi.

Identifikasi fungi menggunakan teknik identifikasi secara konvensional yang meliputi dua tahap yaitu pengamatan fungi secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis meliputi koloni dan warna koloni sedangkan pengamatan secara mikroskopis meliputi bentuk hifa, dan spora. Letak spora dilakukan menurut prosedur identifikasi.

Hasil penelitian dapat diisolasi dan identifikasi menjadi 3 (tiga) fungi pada ikan kerapu (Epinephelus sp) di karamba jaring apung yaitu, Aspergillus flavus, Aspergillus niger dan Penicillium glabrum. Ikan yang terinfeksi fungi menunjukkan gejala klinis, terlihat adanya benda yang menyerupai kapas pada sirip, permukaan kulit atau insang. Fungi akan merusak jaringan luar tubuh ikan yang didahului adanya luka-luka karena parasit atau sebab lainnya. Munculnya fungi disebabkan oleh adanya stres karena buruknya kualitas air, padat tebar tinggi serta teknik budidaya yang kurang di perhatikan yang menyebabkan perubahan yang drastis. Perubahan tersebut menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan dan menurunkan daya tahan tubuh ikan. Fungi ini akan menyebabkan kerugian dan merusak penampakan pada ikan kerapu tersebut dan akan memberikan dampak negatif bagi para pembudidaya. Selain itu keberadaan fungi dalam jumlah banyak menyebabkan ikan yang terinfeksi mengalami kematian dan menyebabkan kerugian bagi para pembudidaya.

Aspergillus flavus merupakan fungi yang menghasilkan aflatoksin. Aflatoksin merupakan toksin yang terdapat pada pakan ikan yang ditumbuhi oleh fungi. Apabila terkonsumsi menyebabkan ikan tersebut dapat terinfeksi. Salah satu jenis aflatoksin yang menimbulkan masalah serius pada akuakultur adalah aflatoksin B1 (AFBı). Aflatoksin dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terganggu. Gejala klinis ikan yang terinfeksi antara lain, insang pucat, sistem peredaran darah, sistem kekebalan menurun, anemia, pertumbuhan terganggu, kurangnya berat badan dan efek jangka panjang menyebabkan gangguan pada hati yang berakibat tingginya mortalitas ikan. Aspergillus niger merupakan fungi yang habitatnya di insang dan sisik ikan. Keadaan lingkungan yang tidak terkontrol merupakan faktor pemicu pertumbuhan Aspergillus niger. Penicillium sp. merupakan jenis fungi yang lebih dikenal sebagai fungi penghasil antibiotik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat 2 spesies fungi yang berpotensi menyebabkan penyakit infeksius pada ikan Kerapu (Epinephelus sp.) yang dibudidayakan di Pantai Utara Surabaya adalah Aspergillus flavus dan Aspergillus niger.

Penulis : Rahayu Kusdarwati

Hasil penelitian selengkapnya dapat dilihat di,

https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/236/1/012007/pdf

E. Yuliastuti, Rahayu Kusdarwati, Sudarno. 2019. The prevalence of fungi on groupers (Epinephelus sp) in cage mariculture systems of the northern coast of Surabaya, East Java. IOP Conference Series Earth and Environmental Science 236(1):012007

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).