Juara I Berkat Olah Sampah Dapur Asrama

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
DARI KIRI: Devi FPK UNAIR, Hisyam Statistika ITS, dan Novi Teknik Lingkungan ITS, saat menerima penghargaan di Sociopreneur Camp 2019 di UGM, Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

UNAIR NEWS – Devi Kristinawati mahasiswi Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (UNAIR) berhasil meraih Juara I dalam pembuatan proposal ide kreatif dan ide favorit saat Sociopreneur Camp 2019 (SPC 2019). SPC 2019 merupakan salah satu event wajib yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa dan Beastudi Etos.

SPC 2019 diselenggarakan pada 2-9 Agustus 2019 di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Peserta SPC 2019 merupakan mahasiswa tingkat dua yang menerima Beastudi Etos di seluruh Indonesia.

Devi menyebutkan bahwa pada SPC 2019 tersebut mahasiswa membentuk tim yang terdiri dari tiga orang. Devi menambahkan dirinya satu tim dengan Hasyim, mahasiswa Statistika ITS dan Novi Teknik lingkungan ITS. Pada ajang nasional tersebut Devi dan tim menyusun sebuah proposal ide kreatif yang nantinya dapat diterapkan untuk menghadapi permasalahan yang terjadi di asrama.

“Ide kreatif kami berjudul ‘Pembuatan Kompos dengan Metode Takatura dan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) Sebagai Solusi Pengurangan Sampah di Asrama,” kata Devi saat menyebutkan judul ide kreatif timnya yang berhasil meraih Juara I.

“Karena di asrama kan, khususnya perempuan, dan perempuan biasanya masak secara mandiri. Dari itu terjadi penumpukan sampah sayuran. Di situlah kami memanfaatkan sampah basah tersebut untuk digunakan sebagai kompos melalui metode takatura,” papar Devi mengenai ide kreatif timnya.

Untuk barang yang dapat digunakan lagi, imbuh Devi, dapat dipisahkan lalu dipilah dan dijual sehingga mendapatkan nilai ekonomis.

“Untuk metode takatura itu sendiri outputnya yaitu mendapatkan pupuk yang diinginkan dan dapat digunakan untuk menanam tanaman di asrama. Sementara output dari 3R dapat digunakan kembali atau dapat dijual untuk mendapatkan nilai ekonomis tambahan,” tuturnya.

Devi mengatakan bahwa ide kreatifnya menjadi yang terfavorit sesuai penilaian yang diberikan. Ia juga mengatakan bahwa penilaian tersebut berdasarkan vote dari seluruh peserta yang mengikuti kegiatan SPC 2019. Ide kreatif yang dicetak berupa poster dikumpulkan pada 2 Agustus, dan voting diberikan hingga tanggal 5 Agustus.

“Satu peserta satu suara. Masing-masing peserta memilih ide siapa yang dapat diaplikasikan di asrama, mudah diterapkan, dan realistis,” kata Devi saat menjelaskan kriteria apa yang menentukan kualitas dari ide kreatif peserta lomba.

Selain itu, yang membedakan proposal milik Devi dan tim dengan proposal milik tim yang lain adalah fokus temanya. Devi menyebutkan bahwa timnya lebih fokus pada sampah, terutama sampah asrama. Selain itu, metode yang digunakan juga metode yang langka yaitu menggunakan sistem takatura.

“Untuk kelanjutan ide yang kami buat sesuai proposal yang diajukan, kami akan tetap memproduksi sampah menjadi pupuk dari metode takatura dan tetap menerapkan 3R,” kata Devi.

Hasil dari metode takatura, imbuh Devi, dalam skala besar akan dijual umum atau siapapun yang membutuhkan.

“Kita tidak boleh meremehkan yang menurut kita hal kecil atau sepele. Misal tentang sampah. Kita sangat biasa membuang sampah. Jika kita punya ide dan mampu melihat peluang agar dapat diterima di kalangan masyarakat, ide itu bisa jadi peluang dan effort besar bagi kita,” tutur Devi soal pesannya untuk mahasiswa. (*)

Penulis: Dhea Meidiana

Editor: Binti Q. Masruroh

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).