Antibiotik dari Ekstrak Meniran pada Ayam Petelur

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Antibiotik dari Ekstrak Meniran pada Ayam Petelur. (Sumber: Informasi Kesehatan)

Penggunaan antibiotik dalam bidang kedokteran hewan dapat dibedakan menjadi empat tujuan, yaitu terapi (pengobatan), metafilaksis (kontrol), profilaksis (pencegahan), dan antibiotic growth promoter (imbuhan pakan). Penggunaan antibiotic growth promoter (AGP) dapat menjadi masalah serius jika penggunaanya tidak tepat.

AGP biasa diberikan pada ternak jenis unggas dengan dosis dibawah normal karena target bakterinya sendiri hanya pada saluran pencernaan. Apabila diberikan dengan dosis yang besar ditakutkan dapat meninggalkan residu pada daging ayam tersebut dan nantinya akan berdampak pada manusia yang mengkonsumsinya.

Oleh karena itu, penggunaan AGP perlu diawasi dan dikontrol karena sejalan dengan kebijakan dari World Health Organization (WHO) untuk mengurangi penggunaan antibiotik pada peternakan dan perikanan, serta pada pasal 22 ayat 4 huruf C Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 18 Tahun 2009 dan Nomor 41 Tahun 2014 tentang peternakan dan kesehatan hewan. Disebutkan bahwa dilarang menggunaan pakan yang dicampur hormon tertentu dan/atau antibiotik imbuhan pakan.

Penemuan obat untuk pengganti AGP sebenarnya sudah banyak dilakukan mulai dari enzim, minyak esensial, asam organik, probiotik, dan prebiotik. Namun, pengembangan AGP dari bahan alam belum banyak diteliti dan sangat menarik untuk dieksplorasi karena dengan menggunakan bahan alam diharapkan lebih efektif dan aman untuk ternak. Penelitian yang dilakukan oleh Hidanah et al. (2019) mengungkap penggunaan ekstrak meniran sebagai AGP pada ayam petelur.

Meniran merupakan bahan alam yang banyak tumbuh di Indonesia. Meniran telah dilaporkan mengandung alkaloid, tanin, saponin, terpenoid, dan flavonoid serta terbukti sebagai antibakteri. Meniran juga terbukti sebagai antioksidan dan imunodulator. Penelitian oleh Hidanah et al. (2019) menggunakan metode rancangan acak lengkap dimana ayam dipilih  secara acak dengan berat badan dan kondisi lingkungan yang sama. Penelitian ini terbagi menjadi lima kelompok perlakuan dan masing-masing kelompok terdiri dari lima ayam yang diinfekesi bakteri Escherichia coli.

Bakteri Escherechia coli digunakan karena bakteri ini sering mengakibatkan penyakit kolibasilosis pada ayam yang kasusnya selalu berulang setiap periode tertentu. Perlakuan diberikan selama tujuh hari dengan estimasi produksi telur setiap kelompok berjumlah 25 telur. Kelompok pertama sebagai kontrol negatif, kelompok kedua sebagai kontrol positif yang diberi AGP dan ekstak meniran, kelompok ketiga, keempat, dan kelima masing-masing diberikan 20%, 25%, dan 30% ekstrak meniran.

Hasil dari penelitian itu menyebutkan bahwa rata-rata konsumsi pakan sebesar 830-887 gram/ayam/minggu. Hasil ini merupakan hasil di atas rata-rata karena normalnya ayam petelur mengkonsumsi pakan 100-200 gram/ayam/hari. Data ini menunjukkan bahwa ektrak meniran dapat digunakan sebagai pengganti AGP.

Zat aktif meniran seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen di dalam saluran pencernaan sehingga dapat meningkatkan fisiologi penyarapan pakan ayam. Semakin tinggi dosis ekstrak meniran yang diberikan maka semakin tinggi pula zat antibakterinya karena bakteri target terbunuh lebih cepat.

Flavonoid dapat menghambat aktivitas enzimatik bakteri sehingga pembentukan dinding sel bakteri terganggu dan sel mengalami lisis. Adanya alkaloid juga berfungsi dalam menghambat sintesis asam nukleat dan menghambat metabolisme energi, serta saponin bekerja dengan mengganggu protein dan enzim dalam sel sehingga sel tidak dapat lagi berkembang.

Peningkatan produksi telur juga dipengaruhi oleh terpenoids sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli yang diinfeksikan pada ayam petelur. Penularan Escherichia coli terjadi melalui telur tetas yang akan menyebabkan kematian dini yang tinggi pada anak ayam. Sumber penularan terpenting lainnya adalah melalui feses yang mengandung Escherichia coli yang bisa mengkontaminasi dan menembus kerabang telur serta selaput telur sehingga telur mudah rusak pada saat atau sudah dikeluarkan oleh ayam.

Kesimpulan dari penelitian tersebut menunjukkan tambahan ekstrak meniran sebagai subsitusi penggunaan AGP untuk performa ayam petelur yang diinfeksi Escherichia coli dengan 30% ekstrak meniran menunjukkan hasil yang terbaik dan dapat dikembangkan sebagai salah satu kandidat AGP pada masa mendatang. Penelitian lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk mendapatkan efektivitas ekstrak meniran dengan berbagai pendekatan penelitian sehingga dapat diaplikasikan langsung pada peternakan masyarakat. (*)

Penulis: Erma Safitri

Informasi lebih lengkap mengenai artikel tersebut bisa akses link berikut ini:

ivj.org.in/users/members/viewarticles.aspx?Y=2019&I=787

Phyllanthusniruri Linn Extract as Antibiotic Growth Promoter (AGP) in Layer Chicken Infected by Escherichia coli (Hidanah, S. et al. 2019). 10-11. Email penulis: erma-s@fkh.unair.ac.id

Berita Terkait

UNAIR News

UNAIR News

Media komunikasi dan informasi seputar kampus Universitas Airlangga (Unair).